Batalnya pelaksanaan Formula E di Monas menuai kritik dari PDIP, yang mengatakan bahwa anggaran triliunan rupiah menjadi sia-sia karena ajang balap itu belum mempunyai venue. JakPro mengatakan telah menyiapkan 5 venue.
Iklan
PDIP DKI Jakarta mengkritik keputusan ajang balap Formula E batal digelar di Monas, Jakarta Pusat. PDIP mengatakan belum adanya venue untuk balap mobil listrik adalah sebuah hal yang ironis.
"Justru itu yang menjadi ironi, Pemprov DKI mengadakan kegiatan yang menghabiskan anggaran hingga triliunan rupiah namun belum mengetahui di mana lokasi balapannya," kata Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Ima Mahdiah kepada wartawan, Rabu (6/10/2021).
Ima kemudian mempertanyakan infrastruktur yang telah disiapkan untuk menyiapkan kawasan Monas sebagai sirkuit balap. Dia mengatakan uji coba pemasangan aspal hingga infrastruktur yang telah dibuat di Monas yang menghabiskan uang rakyat menjadi sia-sia.
"Dan bagaimana infrastruktur yang sudah dibuat di Monas menggunakan uang rakyat, jadi sia-sia begitu saja," kata dia.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta itu kemudian menyinggung pihak yang membandingkan Formula E dengan sirkuit Mandalika. Ima mengatakan gelaran MotoGP di Mandalika sudah jelas waktu pelaksanaan dan lokasinya.
"Ini ironis karena mereka membandingkan balapan Formula E dengan MotoGP Mandalika yang sudah jelas akan diadakannya kapan, lokasinya di mana, dan studi kelayakannya terbuka," kata dia.
Oleh sebab itu, Ima mengatakan PDIP akan tetap mengajukan hak interpelasi, sehingga akan menjadi terang persoalan Formula E ini.
"Kami dari Fraksi PDI Perjuangan justru ingin membuka tabir ini dengan jalan hak interpelasi, agar semua hal yang ditutup-tutupi ini menjadi terang," kata dia.
Pembalap Terbaik dalam Sejarah Formula 1
Sebastian Vettel masuk dalam daftar pembalap-pembalap terbaik dalam sejarah Formula 1. Senna, Schumacher, Fangio dan lauda adalah sederet nama yang menghiasi galeri Hall of Fame Formula 1.
Foto: Reuters
Juara dunia termuda
Dengan usia 23 tahun dan 134 hari, Sebastian Vettel adalah juara dunia termuda sepanjang sejarah. Sejak 2010 pria kelahiran Heppenheim, Jerman, itu mendominasi ajang balap mobil terbesar sejagad. Vettel sudah 30 kali berdiri di puncak podium selama karirnya yang singkat.
Foto: Reuters
Pewaris Schumacher
Kerusakan mesin musim ini adalah hal langka buat Vettel. Jika tidak ada aral melintang, pembalap yang kini berusia 26 tahun itu bisa dipastikan akan kembali mencium cincin juara dunia untuk yang ke-empat kalinya. Menurut jajak pendapat di Jerman, Vettel bahkan lebih disukai ketimbang pendahulunya, juara dunia tujuh kali Michael Schumacher.
Foto: Getty Images
Manusia rekor
Kendati gagal menghiasi kepulangannya ke Formula 1 dengan gelar juara, Michael Schumacher masih memegang lusinan rekor-rekor terpenting: Tujuh kali juara dunia, 91 kali juara pertama, 155 kali berdiri di podium. Selama bertahun-tahun Schumi mendikte persaingan di Formula 1. Sebelum Vettel, kedigdayaan Schumacher lah yang membuat ajang balap ini terkesan membosankan.
Foto: picture-alliance/dpa
Cuaca Schumi
Schumacher (kiri) sampai saat ini masih dianggap pembalap hujan terbaik sepanjang sejarah. Di atas lintasan yang licin ia justru terlihat semakin giat melibas para pesaingnya. Kemampuan uniknya itu pernah dirasakan oleh Damon Hill (kanan) pada musim balap 2014. Pada tahun itulah Schumacher merebut gelar juara dunia pertama dalam karirnya.
Foto: Getty Images
Juara dunia di atas panah perak
Apa yang gagal dilakukan Schumacher dengan kepulangannya kembali pasca pensiun, justru menjadi salah satu keberhasilan terbesar Juan Manuel Fangio. Pada dekade 1950-an, pembalap Argentina itu menjadi juara dunia dua kali bersama kendaraan besutannya, Mercedes-Silberpfeil alias panah perak. Secara keseluruhan Fangio mencatat lima gelar juara dunia, antara 1954 dan '57 empat kali berturut-turut.
Foto: picture-alliance/dpa
Brabham dan Brabham
Pembalap Australia, Sir Jack Brabham mampu mencatat tiga gelar juara dunia. Pria yang pendengarannya terganggu lantaran suara mesin itu memiliki kisah unik, 1966 ia menjadi juara dunia dengan kendaraan buatannya sendiri. Catatan tersebut hingga saat ini dan mungkin tidak akan pernah tersaingi oleh pembalap manapun.
Foto: picture-alliance/ASA
Berakhir setelah 99 Grand Prix
Tiga gelar juara dunia juga diraih oleh Sir John Young Stewart yang lazim dipanggil Jackie. Pembalap Inggris itu pensiun tahun 1973 sebagai juara bertahan. Jackie Stewart batal membalap pada Grand Prix USA yang seharusnya menjadi balapan ke-100 buatnya, menyusul kematian rekan setimnya François Cevert yang tewas pada sesi latihan di Watkins Glen.
Foto: picture-alliance/ASA
Terbakar di neraka hijau
Salah satu figur terbesar dalam sejarah Formula 1 adalah Niki Lauda yang meraih gelar pertamanya tahun 1975. Setahun kemudian Lauda mengalami kecelakan fatal di sirkuit Nürburgring yang membuat kendaraannya terbakar. Lauda mengalami luka bakar di wajah. Asap beracun merusak paru-parunya. Lauda yang tampil dominan, terpaksa menyerahkan gelar juara dunia ke pesaing terdekatnya, James Hunt.
Foto: picture-alliance/ASA
Empat untuk Prost
Lauda (kiri) kembali dan menjuarai Formula 1 tahun 1977. 1984 ia mencatat gelar ketiga usai mengalahkan pesaing sekaligus rekan setimnya, Alain Prost (kanan). Usai kegagalan tersebut, pembalap Perancis itu kemudian mampu mendominasi Formula 1 dan mengukir empat kali juara dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Sang provokator
Nelson Piquet bukan pembalap yang disukai di antara rekan-rekan sejawatnya. Pembalap Brazil itu sering melontarkan komentar nakal soal pembalap lain di depan publik. Tapi di atas sirkuir, Piquet termasuk pembalap terbaik dekade 1980-an. Tiga gelar juara dunia adalah buktinya.
Foto: AP
Tercepat sepanjang masa
Kiprah Piquet sebagai pahlawan Formula 1 Brazil diikuti oleh Ayrton Senna (kiri). Dalam waktu empat tahun Senna menjuarai empat musim Formula 1. Hingga saat ini Senna masih dianggap salah satu pembalap terbaik oleh Schumacher, Mikka Häkkinen, Fernando Alonso dan Jacques Villeneuve. Menurut ke-empat pembalap tersebut, kemampuannya membaca tikungan tidak tertandingi sampai saat ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir yang tragis
Tidak ada yang menyangka karir Senna akan berakhir tragis. Tiga kali juara dunia itu berusia 34 tahun saat kecelakaan di sirkuit Imola pada Grand Prix San Marino merengut nyawanya.
Foto: picture-alliance/dpa
12 foto1 | 12
Siapkan 5 venue untuk Formula E
Sebelumnya, JakPro memastikan gelaran Formula E tetap lanjut. JakPro kini tengah menyiapkan lima venue untuk gelaran Formula E.
Iklan
"Venue yang jelas bukan di Monas, itu saja clue-nya," kata Direktur JakPro, Gunung Kartiko, kepada wartawan, Rabu (6/10).
Gunung menjelaskan hingga kini lokasi Formula E di Monas terkendala perizinan dari pemerintah pusat. Oleh karena itu, JakPro memutuskan mencari lokasi lainnya yang tetap menunjukkan ikon Kota Jakarta.
JakPro telah menyiapkan lima venue alternatif, di antaranya kawasan Senayan dan Pantai Maju-Bersama. Hal itu diungkap oleh Wagub DKI Jakarta.
"Macam-macamlah (lokasinya), di antaranya di Senayan, di Pantai Maju Bersama, dan lain-lain," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (6/10).
Sebagai informasi, Pantai Maju dan Pantai Bersama di Jakarta Utara merupakan nama dari dua pulau reklamasi D dan Pulau G.
Inilah Mobil Tercepat di Dunia
00:48
Project director formula e mundur
Project Director Sportainment Jakpro Muhammad Maulana diketahui mengundurkan diri dari Jakpro. Semasa di JakPro, Maulana terlibat dalam penyelenggaraan Formula E Jakarta.
Direktur JakPro, Gunung Kartiko membenarkan pengunduran diri Maulana. Gunung mengatakan Maulana selama di JakPro menjabat sebagai Strategic Business Unit (SBU) Sportaiment JakPro merangkap SBU terkait Formula E.
"Benar, mengundurkan diri," ujar Gunung Kartiko, kepada wartawan, Rabu (6/10/2021).
"Beliau itu di JakPro selevel kadiv, jadi sebagai seorang karyawan Jakpro mengundurkan diri suatu hal yang wajar. Jadi jangan dibikin kok heboh banget. Posisinya Pak Maulana kan dulu SBU Sportainment, tapi merangkap SBU Formula E," ujarnya.
Gunung menyebut Maulana baru mengundurkan beberapa minggu lalu. Dia juga tak mau pengunduran Maulana dikaitkan dengan Formula E. Sebab, menurutnya, itu merupakan hak karyawan.
"Jangan dikait-kaitin. Dia berhaklah... dia punya karier yang lain," ujarnya. (pkp/gtp)