Forum Ekonomi Davos Mencari Cara Keluar dari Pandemi
25 Januari 2021
KTT Davos tahun ini akan berlangsung secara virtual, dengan latar belakang krisis pandemi corona yang telah menghancurkan mata pencaharian dan memperlebar kesenjangan ekonomi dan sosial.
Iklan
Kota resor ski di pegunungan Swiss ini biasanya setiap awal tahun berubah menjadi panggung dunia dan sorotan media. Para pemimpin dunia di bidang politik dan ekonomi, wakil-wakil institusi dan organisasi internasional, para elit dan aktivis global, semuanya akan hadir. Namun tahun ini, situasinya berbeda. Virus corona memaksa World Economic Forum (WEF) Davos untuk menyingkir ke dunia virtual.
Tapi topik yang akan mereka bahas justru makin penting dan genting: Bagaimana menghadapi pandemi Covid-19 dan menyediakan vaksin bagi negara-negara miskin, bagaimana menjembatani jurang kesenjangan ekonomi yang makin melebar, dan bagaimana menghadapi ancaman perubahan iklim yang makin nyata.
Nama-nama yang bakal berpidato juga menunjukkan bobot KTT tahun ini: Presiden China Xi Jinping, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan Perdana Menteri India India Narendra Modi.
WEF menjadi forum krisis ekonomi dunia
Konferensi WEF virtual yang akan berlangsung dari 25 hingga 29 Januar ini juga akan menjadi kesempatan pertama bagi Xi Jinping untuk bertemu dengan Presiden AS yang baru, Joe Biden. Belum diketahui apa yang akan disampaikan Xi Jinping kepada Joe Biden, setelah hubungan menegangkan yang naik turun selama empat tahun kepresidenan Donald Trump.
Iklan
Konferensi Tingkat Tinggi Davos yang ke-51 ini digelar di tengah krisis ekonomi yang disebut-sebut sebagai "krisis ekonomi terburuk sepanjang sejarah" dan menyebabkan jutaan orang kehilangan mata pencarian dan memicu krisis sosial. Dalam laporan tahunan yang baru saja diterbitkan Selasa lalu (19/1), WEF memperingatkan bahwa dampak ekonomi dan sosial pandemi COVID-19 dapat menyebabkan "kerusuhan sosial, fragmentasi politik, dan ketegangan geopolitik."
Itu sebabnya, pendiri WEF Klaus Schwab kepada wartawan mengatakan, dibutuhkan pemulihan ekonomi yang "lebih tangguh, lebih inklusif dan lebih berkelanjutan,". Pandemi dan tanggapan terhadap krisis yang ditimbulkannya telah memicu ketegangan geopolitik. Pada awal pandemi, pemerintahan memilih untuk mendahulukan kepentingan nasional di atas yang lain, dan secara sepihak menutup perbatasan dan berusaha menimbun makanan serta persediaan medis.
Membangun kepercayaan dan "bencana kegagalan moral"
Klaus Schwab mengatakan, para pemimpin perlu memulihkan kepercayaan dunia. "Kita harus memperkuat kembali kerja sama global secara substansial, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan ke dalam solusi dari masalah dihadapi, dan khususnya para pemimpin bisnis harus terlibat,” katanya.
Tanggapan terhadap pandemi memang memperlihatkan kesenjangan mencolok: di bidang vaksin negara-negara kaya telah memastikan pemesanan miliaran dosis - berkali-kali lipat dari jumlah populasi mereka - sementara negara-negara miskin masih berjuang untuk mendapatkan pasokan, banyak yang belum mendapat konfirmasi untuk satu dosis pun.
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, berulang kali mengingatkan bahwa dunia sedang berada di ambang "bencana kegagalan moral". Persaingan global untuk mendapatkan vaksin, atau yang disebutnya "nasionalisme vaksin", justru berisiko memperpanjang pandemi dan menunda pelonggaran pembatasan perjalanan global.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Selain pandemi, tema perubahan iklim tetap akan mendominasi pertemuan Davos, walaupun situasinya tahun ini agak berbeda. Lockdown secara luas tahun 2020 telah menyebabkan emisi global secara keseluruhan turun. Ada kekhawatiran, dunia sekarang mengambil risiko melakukan lebih banyak kerusakan lingkungan karena berupaya cepat untuk kembali ke pertumbuhan ekonomi atau menangani masalah sosial ekonomi dalam jangka pendek.
Di situlah "para pemimpin politik harus mencapai keseimbangan," kata Saadia Zahidi, Direktur Pelakasana WEF. Memang ada beberapa sinyal positif, antara lain kembalinya AS ke Perjanjian Iklim Paris, dan komitmen Cina sebagai pencemar utama dunia untuk menetapkan agenda target neraca emisi nol.