1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Forum Kesetaraan Gender Bahas Penguatan Hak-hak Perempuan

Lisa Louis
1 Juli 2021

Forum Kesetaraan Gender sedang berlangsung di Paris hingga 2 Juli. Tujuannya untuk memperkuat hak-hak perempuan dalam hal keadilan ekonomi, kekerasan gender, hak seksual dan hak reproduksi.

Roula Seghaier, Koordinator International Domestic Workers Federation
Roula Seghaier, Koordinator International Domestic Workers Federation dalam aksi protes perempuan di Lebanon, 2019Foto: Ahmad Abu Salem

Diketuai bersama oleh Prancis dan Meksiko, Forum Kesetaraan Gender PBB dilangsungkan di Paris. Forum ini akan berlangsung dari 30 Juni hingga 2 Juli, dengan menampilkan 100 panel diskusi, lebih dari 700 pembicara, dan diikuti delegasi dari 150 negara. Ada empat bidang topik utama: keadilan ekonomi, hak seksual dan reproduksi, kekerasan gender, dan bagaimana membela hak-hak perempuan.

Gary Barker, salah satu panelis forum dari LSM Promundo yang berbasis di Brasil, mengatakan kepada DW bahwa perjanjian yang mengikat dari forum tersebut akan berdampak pada penduduk di seluruh dunia.

"Bagi kami kalangan aktivis, yang meminta pertanggungjawaban pemerintah kami, perjanjian ini akan memungkinkan untuk mengatakan misalnya: 'Hai pemerintah, mengapa Anda tidak berbuat lebih banyak untuk melindungi perempuan dari kekerasan?"

Gary Barker mengatakan, banyak masyarakat yang telah membuat langkah menuju kesetaraan gender sejak Konferensi Dunia tentang Perempuan di Beijing pada tahun 1995 - tetapi ada juga kemunduran.

"Survei di AS, Kanada, Inggris dan Denmark menunjukkan bahwa lebih dari separuh pria muda menganggap feminisme sudah keterlaluan," kata Gary Barker. "Pola pemungutan suara Brasil juga mengalami kemunduran. Dan ada gerakan keagamaan konservatif yang mendorong mundur agenda kesetaraan gender di Meksiko dan sebagian Amerika Tengah."

Gary Barker, Ketua LSM Promundo yang berbasis di BrasilFoto: Privat

Perempuan pembawa perubahan

Shantel Marekera, yang dibesarkan di Zimbabwe dan saat ini menjadi sarjana hukum di Universitas Oxford, menceritakan bahwa dia dibesarkan oleh neneknya dan hanya berhasil kuliah di luar negeri karena terpilih ikut program beasiswa yang sangat kompetitif.

"Tetapi banyak gadis muda di komunitas asal saya, Glen View 8, yang merupakan bagian dari ibu kota Zimbabwe, Harare, tidak akan pernah mendapatkan kesempatan seperti itu — juga karena orang tua cenderung menyukai anak laki-laki, yang dianggap akan meneruskan warisan keluarga. Sedangkan anak perempuan harus dinikahkan," katanya.

Shantel Marekera, yang sekarang berusia 20-an, lalu mendirikan LSM-nya sendiri, Little Dreamers Foundation, yang membuka program prasekolah untuk anak perempuan. Dia yakin bahwa forum minggu ini akan membantu mendorong perubahan. Untuk pertama kalinya, kaum muda akan mendapat tempat di meja keputusan, dan tidak hanya menjadi peserta,” kata Marekera. "Kami akan memiliki kekuatan untuk turut menentukan prosesnya.”

Pesan kesetaraan gender perlu diubah?

Roula Seghaier, koordinator program strategis di Federasi Pekerja Rumah Tangga Internasional, mengatakan kepada DW bahwa sektor pekerjaan rumah tangga dan perawatan sangat penting untuk isu kesetaraan gender. Federasinya mewakili 580.000 pekerja rumah tangga di seluruh dunia: 80% dari mereka adalah perempuan.

"Pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan perawatan masih dipandang sebagai perpanjangan dari kewanitaan, dan itulah sebabnya pekerjaan itu dibayar rendah di banyak bagian dunia," kata Seghaier, yang akan muncul di panel Feminist Economic Recovery and Transformation of the Care System di forum Paris. Dia menambahkan, banyak pemerintah yang kekurangan dana untuk pendidikan, perawatan kesehatan dan layanan keperawatan dan memanfaatkan pekerja rumah tangga yang dibayar rendah untuk mengisi kesenjangan.

"Pekerja rumah tangga dan perawatan adalah orang-orang di garis depan dalam krisis COVID-19," kata Roula Seghaier.

Gary Barker mengingatkan, pesan tentang dunia yang lebih baik melalui kesetaraan gender belum sampai ke semua orang: "Aktivitas feminis masih terlalu banyak membahas gagasan zero-sum game, bahwa keuntungan perempuan berarti kerugian laki-laki." Mengubah pesan itu mungkin menjadi salah satu tantangan terbesar forum perempuan tahun ini dan yang akan datang, ujarnya.

(hp/gtp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait