Sebuah tim arkeolog telah menemukan sisa-sisa tulang belulang lebih dari 60 mamut di lokasi proyek bandara baru Mexico City. Kerangka binatang lain dan manusia juga ditemukan di sana.
Iklan
Sebuah tim arkeologi di Mexico City telah menemukan sisa-sisa tulang belulang lebih dari 60 mamut raksasa di lokasi proyek bandara masa depan ibu kota Meksiko ini.
Lembaga Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko (INAH) mengatakan, tulang-belulang itu, ditemukan di lokasi pembangunan Bandara Internasional Felipe Angeles. Fosil tersebut diyakini berumur sekitar 15.000 tahun.
Fosil ditemukan dekat dengan tempat menara kontrol atau ACT akan dibangun. Sejak April tahun lalu, INAH telah bekerja di lokasi yang berjarak 50 km di utara ibu kota, untuk mencari sisa-sisa hewan zaman Pleistosen ini.
Sebelumnya, pada Desember tahun lalu, tim melaporkan bahwa mereka telah menemukan tulang-belulang hewan yang berukuran jauh lebih kecil di Pangkalan Udara Santa Lucia lama, sebuah pangkalan udara militer yang kemudian digunakan untuk penerbangan komersial.
Wilayah itu sebelumnya berada di bawah Danau Xaltocan, bagian dari Cekungan Meksiko dan titik fokus peradaban negara pra-Kolombia. Perangkap untuk menjerat mamut juga ditemukan di lokasi yang sama tahun lalu dalam usaha penggalian danau yang mengering.
Hampir semua fosil mamut raksasa ini diketahui merupakan spesies mamut Kolombia.
"Tantangan utama adalah bahwa kekayaan fauna dan peninggalan lebih besar dari yang kita pikirkan," ujar Pedro Francisco Sánchez Nava, koordinator antropologi nasional INAH kepada surat kabar Excelsiornew Mexico.
INAH mengatakan penemuan itu tidak dimaksudkan untuk menunda pembangunan bandara baru, dan mengatakan bahwa penemuan itu berdampak kecil pada pekerjaan pembangunan.
"Adalah kebohongan untuk mengatakan bahwa penemuan kami tidak memiliki pengaruh pada pekerjaan proyek, tetapi kami bekerja dalam koordinasi dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab," jelas Sanchez Nava. "Kami dapat terus melanjutkan dengan cara kami sendiri tanpa mempengaruhi waktu pekerjaan (bandara)."
rap/yp
Hewan-Hewan Yang Bisa Kembali dari Kepunahan
Biodiversitas bisa hilang sekejap. Ilmuwan menyebut kepunahan masal ke-6 di dunia ini setara punahnya dinosaurus. Tapi bisakah kemampuan merusak milik manusia diimbangi kekuatan untuk bangkitkan hewan-hewan ini kembali?
Foto: Imago/Science Photo Library/L. Calvetti
Tidak usah takut t-rex
Film.film Jurassic Park menyebabkan orang membayangkan harus berhadapan dengan dinosaurus berbahaya. Tapi fantasi membangkitkan dinosaurus dari DNA milik seekor nyamuk purba yang terperangkap dalam resin pohon sangat jauh dari kenyataan. Menggunakan materi genetik yang berusia jutaan tahun tidak bisa dilakukan. Demikian pakar kebangkitan spesies punah.
Foto: picture-alliance/United Archiv/IFTN
Kemudian ada dua ekor...
Sejak meninggalnya Sudan, badak putih utara jantan yang terakhir dalam usia 45 tahun dua badak jantan betina, Najon dan Fatu, adalah yang terakhir dari spesies itu. Tapi ilmuwan berharap, embrio yang dibekukan nantinya bisa mengembalikan spesies itu dari jurang kepunahan. Embrio itu hasil penyatuan sperma Sudan dan telur dari badak putih selatan, spesies yang hampir serupa.
Foto: DW/Andrew Wasike
Rupanya tidak "terlalu punah"?
Ketika burung dodo hilang dari Mauritius di abad ke -17, hanya sedikit orang yang percaya, manusia bisa menyebabkan kepunahan seluruh spesies. Baru abad ke-19, ilmuwan Georges Cuvier membuktikan itu benar. Sejak itu dodo jadi simbol kekuatan destruktif manusia. Sekarang dicari DNA dodo dengan harapan, manusia bisa membuktikan kemampuan untuk membangkitkan spesies dari kepunahan.
Foto: Imago/StockTrek Images/D. Eskridge
Hidup rentan bahaya
Ketika Celia, ibex Pirenea terakhir meninggal tahun 2000, ilmuwan sudah kumpulkan dan bekukan sel-sel jaringannya. Tiga tahun kemudian, seekor kambing lahirkan klone Celia, yang diciptkan dengan menempatkan DNA Celia ke sebuah telur kambing. Sebenarnya, pembuahan dilakukan pada puluhan. Hanya 7 kambing hamil dan hanya seekor tidak keguguran. Klone Celia hanya hidup beberapa menit setelah lahir.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/C. Wermter
Jalan dari masa lalu
Ini Martha, merpati penumpang terakhir yang mati 1914. Mereka punah karena dimakan, perburuan ilegal dan deforestasi. Organisasi Revive & Restore, yang mempromosikan kebangkitan dari kepunahan, menilai merpati jenis ini jadi model sempurna untuk proyek model yang menunjukkan potensi kebangkitan spesies.
Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution
Ibu numbat
Warga Eropa yang datang ke Australia meyebabkan kepunahan thylacine, atau harimau Tasmania. Hewan terakhir dari spesies ini mati di kebun binatang Hobart tahun 1936. Sekarang ilmuwan telah mengkungkap kode genetik hwan ini dan berharap bisa menyisipkan gennya ke DNA milik spesies "saudara terdekatnya," yang disebut numbat.
Foto: Getty Images/AFP/T. Blackwood
Kebangkitan mamut
Spesies paling menarik yang mungkin bisa bangkit adalah mamut berambut lebat. "Saudara terdekat" spesies ini adalah gajah Asia. Ilmuwan di Universitas Harvard mengatakan, spesies ini bisa berperan dalam memperlambat pelumeran permafrostdan memperlambat perubahan iklim. Tapi untuk konsep yang disebut "Pleistocene Park" diperlukan sekitar 80.000 hewan supaya ada manfaatnya.
Foto: Imago/Science Photo Library/L. Calvetti
Sapi istimewa
Spesies yang disebut auroch dulunya hidup di kawasan Eurasia. Mereka punah 400 tahun lalu akibat kehilangan habitat. Tapi keturunan mereka, yaitu sapi, terus hidup. Sejauh ini sudah ada program-program untuk "kembali membiakkan" auroch. Upaya yang dilakukan di Jerman membuahkan spesies yang disebut sapi Heck. Penulis: Ruby Russell (ml/ap)