1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Foto-foto Menyentuh yang Menyoroti Perjuangan Kebebasan Pers

Marco Müller
3 Mei 2021

Semakin foto dapat menyentuh, maka semakin besar pula efeknya. Foto-foto dari buku Reporters Without Borders "Photos for Press Freedom 2021", banyak yang diambil dalam keadaan berbahaya, dan dijamin sangat menarik.

EINSCHRÄNKUNG | Fotobuch Fotos für die Pressefreiheit 2021 | Violetta Savchits, Belarus
Foto: Violetta Savchits

Foto ini bisa saja diimajinasikan bak Putri Leia yang akan berperang melawan pasukan Darth Vader seperti adegan di film Star Wars. Tapi ini bukan Alderaan, ini Belarus. Pada tahun 2020, puluhan ribu orang melakukan protes damai terhadap penguasa lama negara itu, Alexander Lukashenko, dengan banyak demonstran perempuan mengenakan gaun putih. Lukashenko memerintahkan protes dihentikan dengan paksa. Perempuan di foto ini mengenakan gaun pengantin sebagai simbol melawan kekerasan.

Foto: Violetta Savchits

Pelukan untuk protes kebebasan

Mengenakan pakaian putih atau merah, para demonstran tampil mencolok melawan pasukan keamanan Belarus yang berseragam militer. Perempuan muda ini juga memprotes Lukashenko, tetapi alih-alih mengenakan gaun pengantin, dia menggunakan kontak fisik sebagai simbol dan memeluk prajurit yang terlihat masih muda ini. Dia berdemonstrasi untuk perdamaian dan kebebasan, tetapi tentara itu tampaknya agak kebingungan menghadapi situasi tersebut. Kedua foto ini diambil oleh fotografer Belarus Violetta Savchits.

Foto: Yasin Akgül/AFP/Getty Images

Tangan menyentuh perisai

Demonstran dalam protes damai dihadapkan oleh pasukan keamanan yang tampak agresif. Orang-orang di Istanbul berdemonstrasi untuk hak-hak mereka. Para demonstran berhadapan langsung dengan pasukan keamanan dan menyentuh pelindung kaca plexiglass milik polisi Turki dengan tangan terbuka. Di Turki, bukan hanya para demonstran tetapi juga jurnalis yang berada di bawah tekanan politik. Fotografer Yasin Akgul berhasil mengambil gambar yang mencolok seperti ini.

Foto: Lalo de Almeida/Panos Pictures

Kematian tanpa ucapan perpisahan

Lebih dari 400.000 orang telah meninggal di Brasil karena COVID-19, menjadikannya negara dengan kematian akibat virus corona terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat. Apa yang dilakukan oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro? Dia meremehkan krisis ini dengan menggambarkan bahwa virus corona sebagai "flu ringan" dan hampir tidak memberlakukan tindakan apa pun untuk melindungi penduduknya. Dampaknya adalah petugas pemakaman yang kewalahan menguburkan jenazah secara massal di pemakaman Sao Luiz di pinggir Sao Paulo. Pemakaman di masa pandemi COVID-19 telah menjadi rutinitas yang sunyi dan steril karena pelayat tidak lagi memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada almarhum.

Foto: Louisa Gouliamaki/AFP/Getty Images

Tidur di tempat yang tak aman

Di sini, alih-alih tidur di bawah jembatan, warga malah berlindung di dekat pompa bensin. Moria, di pulau Lesbos, Yunani, adalah kamp pengungsi terbesar di Uni Eropa hingga mengalami kebakaran pada September 2020. Setelah kebakaran, para penduduk yang mengungsi tidak memiliki apa-apa lagi dan harus tidur di jalanan, atau seperti yang terlihat di foto ini, di bawah atap pompa bensin. Prospek orang-orang ini, yang hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mendapatkan suaka, sama sekali tidak cerah.

Foto: Louisa Gouliamaki/AFP/Getty Images

Langkah kecil menuju kehidupan yang lebih baik?

Ketika situasi yang sudah mengerikan di pulau Lesbos diperburuk oleh pandemi, beberapa dari 12.000 pengungsi yang tinggal di sana dibawa ke daratan Yunani. Di antara mereka ada gadis kecil yang terlihat di sini berjalan ke bus di pelabuhan Piraeus dekat Athena. Kedua foto dari Yunani ini diambil oleh fotografer Louisa Gouliamaki.

Semua foto di atas diambil dari buku "Photos for Press Freedom 2021" terbitan Reporters Without Borders. (pkp/hp)