1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gagalnya Strategi Olimpiade Cina

11 April 2008

Komite Olimpiade Internasional IOC tadinya berharap, dengan penyelenggaraan olimpiade di Cina, negara itu akan lebih terbuka dan memperbaiki kondisi hak asasi. Sekarang terlihat, perkiraan itu salah.

Presiden IOC Jacques Rogge asal Belgia

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung menulis:

Untuk pertama kalinya, Presiden IOC Jacques Rogge menyebut situasi ini sebagai krisis yang membuat ia gundah. Rogge berbicara tentang tema hak asasi manusia yang tabu bagi Cina. Reaksinya memang sudah bisa diduga. Beijing mengeluarkan protes keras dan dengan nada kasar mengingatkan komite olimpiade bahwa piagam olimpiade melarang pernyataan politis, juga bagi para fungsionarisnya. Rogge sendiri seperti berdiri di tengah dua pihak yang sedang bertempur. Di satu pihak Cina yang bersikeras mempertahankan kepentingannya, di lain pihak opini publik internasional yang mengeritik keras penyelenggara olimpiade. Dan masih ada para atlit, yang sampai sekarang belum tahu pasti, sejauh apa mereka boleh bergerak dan bersikap di Beijing.

Harian Inggris Daily Telegraph berkomentar:

Olimpiade 2008 mengarahkan perhatian dunia kepada sisi gelap Cina. Mulai dari dukungan pada rezim di Sudan yang melakukan pembunuhan etnis, sampai pada hujatan terhadap Dalai Lama sebagai srigala berbulu domba dan pemenjaraan aktivis hak asasi Hu Jia. Tak diragukan lagi, Partai Komunis tetap akan menindas Tibet setelah olimpiade berlalu. Juga kelompok oposisi akan tetap diburu, malah mungkin diperlakukan lebih keras lagi. Cina tadinya bermaksud memanfaatkan olimpiade sebagai ajang propaganda politiknya. Mereka tidak perlu heran, jika strategi ini sekarang berbalik memukul mereka sendiri.

Harian Austria Der Standard menilai:

Warga Tibet dan para simpatisannya sekarang malah mendapat kesempatan baik. Sebab masalah Tibet tidak bisa dibahas di PBB karena veto dari Cina. Para pimpinan negara-negara yang berani menerima Dalai Lama diancam oleh Cina dengan konsekuensi serius. Komite Olimpiade Internasional IOC memang salah ketika memberikan penyelenggaraan pesta olahraga ini kepada Cina, di mana standar minimal perlindungan hak asasi tidak ada. Tuan rumah Cina ingin melancarkan propaganda untuk memperbaiki citra politiknya, sedangkan semua pihak lain hanya diizinkan ikut bertepuk tangan. Barulah awal pekan ini presiden IOC Jacques Rogge mulai sadar, bahwa langkah organisasinya bisa saja dinilai sebagai persekongkolan dengan rezim penindas.

Harian Prancis Libération menulis:

Dalai Lama benar: pesta olimpiade harus tetap berlangsung dan orang-orang sebaiknya datang ke sana. Jangan memboikot, tapi bukalah mata lebar-lebar dan beritakan apa yang benar-benar terjadi di negara itu. Cina sekarang terjerat dalam perangkap yang dibuatnya sendiri. Seluruh dunia bisa menyaksikan kebrutalan polisi rahasianya yang beraksi di Paris dan London. Menjelang olimpiade, Cina memblokir internet dan melarang para jurnalis asing memasuki berbagai daerah. Demi pesta olimpiade, ribuan warga digusur dan para buruh kasar diperas tenaganya. (hp)