Badan Antariksa Eropa ESA meluncurkan proyek ambisius pemetaan tiga dimensi dengan presisi tinggi untuk miliaran bintang dan benda langit lain di seluruh galaksi Bima Sakti.
Iklan
Jika memikirkan galaksi kita, Bima Sakti, Anda mungkin akan berpikir mengenai bintang-bintang dan planet, ataupun tentang satelit dan asteroid. Mungkin hal-hal itulah yang kerap muncul di benak kita. Namun, para astronom mengembangkan sebuah proyek ambisius bernama Gaia. Dengan menggunakan teleskop Gaia miliki Badan Antariksa Eropa (ESA), para astronom mengkaji miliaran bintang di antariksa.
ESA menggambarkan Gaia sebagai "misi ambisius untuk memetakan Galaksi kita, Bima Sakti" dalam format tiga dimensi dan dalam prosesnya mengungkapkan komposisi, pembentukan, dan evolusi Galaksi.
Gaia telah mengungkapkan, ada hampir 10 kali lebih banyak asteroid daripada yang kita duga di tata surya. Kita sekarang tahu lebih banyak tentang sifat fisikanya berupa bentuk, ukuran, warna, dan pergerakan dari lebih 60.000 asteroid.
Informasi ini dapat memberikan pemahaman baru, tentang apa yang membentuk tata surya dan bagaimana evolusi yang terjadi dari waktu ke waktu.
Gaia: Sebuah 'sidik jari' dari Bima Sakti
Misi Gaia telah mengidentifikasi setidaknya 2 miliar objek di galaksi Bima Sakti. Dengan data ketiga dan terbesar yang dirilis pada 13 Juni 2022, para ilmuwan dapat mulai mendeskripsikan, apa yang sebenarnya mereka lihat, karena sekarang mereka bisa melihat warna cahaya yang dipancarkan oleh berbagai bintang. Bagi para astronom, hal ini seperti orang buta warna yang baru pertama kali melihat warna.
Planet Mirip Bumi dan Penemuan Benda Langit Lainnya
Banyak planet mirip Bumi dijaring astronom. Sebagian diselimuti samudera nitrogen dan yang lain mengorbit terlalu dekat dengan bintang induk. Penemuan benda langit lainnya juga berhasil diungkap. Berikut daftarnya!
Foto: NASA/Ames/JPL-Caltech
Gliese 667C
Eksoplanet yang berjarak 22 tahun cahaya ini memiliki massa 4,5 kali lipat lebih besar ketimbang Bumi. Ilmuwan sebenarnya tidak begitu yakin Gliese 667C adalah planet batuan. Namun, letak orbitnya yang berada di zona hijau membuat planet merah ini masuk dalam daftar eksoplanet paling mirip Bumi. Gliese 667C mengorbit bintang induknya dalam waktu 28 hari.
Foto: ESO/L. Calçada
Gliese 581D
Planet yang memiliki massa tujuh kali lipat lebih besar ketimbang Bumi ini mengorbit sebuah bintang kecil berjarak 20,3 tahun cahaya dari tata surya. Harapan ilmuwan bertumpu pada letak orbitnya yang berada di zona hijau. Gliese 581D diyakini berbatu dan memiliki air di permukaannya.
Foto: picture alliance/dpa/L. Cook
Kepler-452b
Planet Kepler-452b mengorbit bintang induknya di zona hijau yang bisa menunjang kehidupan dalam konstelasi persis seperti Bumi. Planet ini memiliki massa yang 60% lebih besar dari Bumi dan berlokasi di Rasi Cygnus yang berjarak 1.400 tahun cahaya dari tata surya, umurnya sekitar 6 miliar tahun dan diyakini punya suhu permukaan yang memungkinkan adanya air.
Foto: NASA/Ames/JPL-Caltech/T. Pyle via AP
Kepler-186F
Dari semua eksoplanet yang pernah ditemukan oleh teleskop luar angkasa Kepler NASA, planet bernomor 186F inilah yang paling menjanjikan. Selain ukurannya serupa Bumi dan memiliki jarak orbit yang relatif aman, Kepler-186F juga diyakini sebagai planet batuan, artinya ia sebagian besar terdiri dari silikat dan besi. Perbedaan terbesar dengan Bumi adalah bintang induknya yang jauh lebih redup.
Foto: picture-alliance/dpa
Kepler-22b
Planet yang berjarak 600 tahun cahaya dari Bumi ini terletak di zona layak huni. Teleskop Kepler menemukan benda langit ini cuma tiga hari setelah mulai berfungsi. Ilmuwan memperkirakan, Kepler-22b adalah planet yang permukaannya sepenuhnya ditutupi air atau juga disebut sebagai planet samudera. Kepler-22b memiliki ukuran 2,4 kali lipat lebih besar ketimbang Bumi.
Foto: AP
Kepler-62
Dari sekian banyak sistem tata surya asing yang ditemukan teleskop antariksa Kepler, bintang bernomor 62 adalah yang paling menjanjikan. Planet terluarnya, Kepler-62e dan Kepler-62f, mengorbit di zona layak huni. Ilmuwan yakin kedua eksoplanet memiliki kandungan air yang tinggi.
Foto: picture alliance/AP Photo
Kepler-62f
Serupa dengan Kepler-22b, planet ini juga diduga mengandung jumlah air dalam cukup besar dan mengorbit bintang induknya di zona layak huni. Kepler 62 berada di rasi bintang Lyra dan terletak 1.200 tahun cahaya dari Bumi. Dibandingkan Bumi, Kepler-62f berukuran 1,4 kali lipat lebih besar.
Foto: NASA Ames/JPL-Caltech
Kepler-62e
Sebelum kemunculan Kepler-186f, planet ini dianggap sebagai benda langit yang paling menyerupai Bumi. Kepler-62e ditemukan setelah mengukur kecepatan orbitnya. Selain berada di zona layak huni, Kepler-62e juga memiliki ukuran yang nyaris sama dengan Bumi. Serupa dengan eksoplanet mirip planet Bumi yang sudah ditemukan, Kepler-62e menurut ilmuwan juga merupakan planet samudera.
Foto: NASA Ames/JPL-Caltech
Kepler-69c
Eksoplanet yang berukuran 70% lebih besar ketimbang Bumi ini berada di rasi bintang Cygnus, sekitar 2.700 tahun cahaya dari Bumi. Karena ukurannya, Kepler-69 mendapat status Bumi super. Awalnya ilmuwan mengatakan planet ini mengitari bintang induknya dari jarak aman. Namun, setelah ditelisik lebih lanjut, Kepler-69c mengorbit bintangnya di batas terdalam zona layak huni, menyerupai planet Venus.
Foto: NASA Ames/JPL-Caltech
Pemburu kehidupan di luar angkasa
Selama empat tahun berdinas (2009-2013), teleskop antariksa Kepler telah menjaring lusinan planet yang serupa Bumi. Teleskop yang dibaptis dengan nama astronom Jerman, Johannes Kepler, itu membidik benda langit yang bisa menampung kehidupan. Selain jarak dari bintang induk, susunan atmosfer, ukuran planet juga menentukan karena berdampak pada gaya gravitasinya.
Foto: picture-alliance/ AP Photo
Planet Bumi lain?
European Southern Observatory (ESO) menemukan planet mirip Bumi ketiga yang mengorbit bintang Proxima Centauri, bintang terdekat dengan matahari pada jarak empat tahun cahaya. Sebuah planet dianggap mirip Bumi jika para ilmuwan menduga planet itu menyediakan beberapa kondisi, seperti kisaran suhu tertentu, gravitasi, atmosfer, dan kemungkinan adanya air.
Foto: L. Calçada/ESO
Penemuan melalui teleskop yang sangat besar
Para astronom menemukan Proxima D melalui Very Large Telescope (VLT) di Gurun Atacama, Cile. Proxima D adalah yang paling ringan dari tiga planet yang ditemukan di sekitar bintang terdekat kita. Peneliti ESO juga menemukan Proxima Centauri b yang agak lebih besar, tetapi dengan teleskop berbeda yang didukung oleh instrumen pencarian planet HARPS.
Foto: ESO/M. Kornmesser/Vernazza et al./MISTRAL algorithm (ONERA/CNRS)
Teleskop luar angkasa Hubble menawarkan banyak perspektif
Pilar Penciptaan terletak di Nebula Elang sekitar 7.000 tahun cahaya jauhnya. European Space Agency (ESA) dan teleskop luar angkasa Hubble NASA mengambil gambar baru dari formasi melalui spektrum cahaya inframerah. Pilar adalah rumah bagi banyak bintang terang dan muda, termasuk seluruh tata surya.
Foto: NASA/abaca/picture alliance
Pemandangan terbaik Andromeda
Versi asli dari foto galaksi Andromeda yang berhasil diabadikan berukuran 1,5 miliar piksel — gambar paling detail yang pernah diambil dari galaksi tersebut, mencakup 100 juta bintang dan ribuan gugus bintang. Untuk menontonnya secara utuh, seseorang membutuhkan 600 layar HD-TV. Ujung-ujung gambar berjarak 40.000 tahun cahaya. (ha/)
Foto: Evgenii Puzanov/Zoonar/picture alliance
14 foto1 | 14
Informasi radiasi warna dari bintang-bintang yang ditangkap oleh Gaia, bisa menjelaskan banyak hal. Pertama, warna bintang menunjukkan logam atau gas apa yang membuat suatu bintang mengeluarkan warna tertentu. Sebuah bintang memancarkan warna yang berbeda tergantung pada unsur-unsurnya.
Gaia menggunakan proses yang disebut spektroskopi, yang membuat analisis antara matrial bersangkuta dengan ini warna apa yang dipancarkannya. Ini memberi kita, apa yang oleh para ilmuwan disebut "sidik jari" galaksi.
Kedua, berdasarkan warna-warna ini, kita dapat merujuk ke bintang-bintang yang mungkin berasal dari wilayah yang sama. Itu berarti kita dapat melihat ke masa lalu, dan memahami bagaimana berbagai populasi bintang muncul dari waktu ke waktu dan bagaimana bintang dapat terbentuk di masa depan.
Gaia mengamati jangkauan terluas dari Bima Sakti
Banyak teleskop ruang angkasa mengamati jangkauan yang sudah ditetapkan. Tetapi Gaia memiliki salah satu cakupan terluas pengamatan antariksa.
Gaia berada di orbitnya sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi, dalam apa yang disebut "arah anti-Matahari". Teleskop ini mengorbit matahari bersama-sama dengan Bumi, sambil memalingkan muka dari matahari. Ia melakukan rotasi dengan sudut 45 derajat dan berputar di sekitar sumbu vertikalnya sendiri setiap enam jam. Itu memberi Gaia salah satu bidang penglihatan terluas yang dimiliki astronom untuk mengkaji Bima Sakti.
Iklan
Gaia melihat bintang tercepat di galaksi
Gaia dapat mengamati galaksi dalam enam dimensi ruang dan kecepatan. Ini memungkinkan para astronom untuk melacak kecepatan sekitar 33 juta bintang dan mendeteksi apakah mereka bergerak mendekat atau menjauh dari tata surya kita.
Inilah Siklus Hidup dan Kematian Bintang
03:25
Informasi dhimpun yang Gaia membantu para peneliti mengamati formasi bintang. Manajer Misi Gaia, Uwe Lammers, mengatakan kepada DW, informasi ini dapat memberikan pemahaman baru tentang pembentukan dan sejarah matahari dan tata surya itu sendiri.
Gaia juga melihat gempa bintang
Bagaimana Anda mengetahui apakah ada gempa di bintang-bintang? Nah, Gaia dapat mengamati turbulensi seperti tsunami di permukaan matahari untuk mengidentifikasi apa yang disebut gempa bintang.
Gempa ini diamati melalui "kedipan" bintang dan riak gelo,bang yang dilepaskan saat gempa terjadi dan kemudian diubah menjadi suara. Mempelajari tentang getaran bintang ini, telah membantu para astronom lebih memahami apa yang terjadi di dalam bintang. Ini memberi kita gambaran tentang usia dan ukuran bintang.
Melihat sistem biner bintang dan lubang hitam
Gaia mengamati sistem bintang biner di galaksi Bima Sakti. Sistem biner dapat mencakup pasangan bintang atau bintang dan lubang hitam serta bintang dan planet yang saing mengorbit satu sama lain.
Melihat hal-hal tersebut dapat memungkinkan peneliti untuk menghitung massa bintang atau lubang hitam. Lubang hitam mengajarkan kita banyak tentang hukum alam.
Dalam rilis data berikutnya dari Gaia, para ilmuwan berharap dapat melihat detail lebih dari 20.000 exoplanet raksasa. Ini akan diperoleh dengan mengukur efek gravitasi mereka pada pergerakan bintang induknya. Mempelajari fenomena itu, akan memberi kita kejelasan yang lebih baik lagi tentang pembentukan tumbuhan di tata surya. (rs/as)