Galaksi Bima Sakti diduga kuat didorong kekuatan tidak nampak, melesat melintasi alam semesta dengan kecepatan 2 juta km/jam. Indikasinya adalah arah gerakan Bima Sakti menuju kluster Great Attractor.
Iklan
Para peneliti astronomi sejak 30 tahun mengetahui, bahwa galaksi Bima Sakti bergerak dengan kecepatan relatif menembus jagat raya. Diketahui kecepatannya sekitar dua juta kilometer per jam. Tapi sejauh ini mereka belum mengetahui apa penyebabnya.
"Kini para peneliti menemukan ruang kosong di jagat raya di arah kebalikan gerakan Bima Sakti. Ini membuktikan adanya gaya dorongan saat tidak adanya gaya tarikan", ujar Brent Tully, pakar astronomi di Institute for Astronomy in Honolulu.
Melacak Pulsa Sinyal Radio dari Luar Bima Sakti
01:04
Pada tahun 1980 ada dugaan Bima Sakti "ditarik" menuju sebuah cluster atau awan galaksi yang bernama Great Attractor sejauh 150 juta tahun cahaya dari Bima Sakti. Tapi kini diketahui gaya penarik kemungkinan berasal dari kluster bernama Shapley Concentration berjarak sekitar 600 juta tahun cahaya.
Selain ada gaya tarikan yang lemah, kini bisa dibuktikan ada gaya gaib amat besar yang mendorong galaksi Bima Sakti dengan milyaran bintang dan planet di dalamnya, termasuk Tata Surya menembus jagat raya. Gaya dorongan berasal dari kluster Dipole Repeller.
Galaksi Paling Misterius di Alam Semesta
Memetakan semesta mustahil tanpa menemukan anomali. Beberapa galaksi menyimpan misteri yang hingga kini tidak bisa dijawab ilmu pengetahuan. Mulai dari galaksi bermata iblis hingga yang berjantung ganda. Simak daftarnya
Foto: NASA/R. Lucas
Galaksi Lumba-lumba
Tidak sulit menerka kenapa NGC 2936 dijuluki lumba-lumba. Galaksi ini awalnya berbentuk spiral dan berubah bentuk setelah ditarik gravitasi galaksi eliptis ARP 142 yang bermassa jauh lebih besar. Kuatnya gaya gravitasi ARP 142 membuat NGC 2936 berbentuk lumba-lumba. Pada bagian matanya terletak inti galaksi. NGC 2936 dan ARP 142 akan melebur dalam waktu satu milyar tahun.
Foto: NASA, ESA, and The Hubble Heritage Team (STSci/AURA)
ARP 87
ARP 87 ibaratnya tarian maut dua galaksi, NGC 3808A dan NGC 3808B, yang hampir bertabrakan. Interaksi gaya gravitasi kedua obyek langit raksasa ini mendistorsi bentuknya. NGC 3808A dan NGC 3808B akan terus berdansa dan saling tarik menarik selama dua miliar tahun sebelum menyatu menjadi sebuah galaksi raksasa. ARP 87 berjarak 300 juta tahun cahaya dari Bumi
Foto: NASA, ESA, and The Hubble Heritage Team (STScI/AURA)
Galaksi Antena
Serupa ARP 87, Galaksi Antena adalah hasil perkawinan dua galaksi, NGC 4038/39, yang saat ini berada dalam fase akhir. Tarian maut kedua galaksi spiral ini berawal beberapa ratus juta tahun lalu. Dua gugus bintang berwarna kuning adalah inti galaksi yang belum menyatu. Ilmuwan hanya bisa membayangkan apa yang terjadi jika galaksi Bima Sakti membaur dengan Galaksi Adromeda..
Foto: NASA, ESA, and the Hubble Heritage Team (STScI/AURA)-ESA/Hubble Collaboration
NGC 474
Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang terjadi dengan NGC 474. Galaksi berbentuk eliptis ini memiliki halo yang seakan bereaksi terhadap gaya gravitasi berskala besar. Penyebab kemunculan ekor pasang-surut (tidal tail) pada NGC 474 kemungkinan adalah hasil interaksi gravitasi dengan galaksi spiral di dekatnya atau jejak penyatuan dengan galaksi-galaksi yang lebih kecil.
Foto: P.-A. Duc (CEA, CFHT), Atlas 3D Collaboration
Messier 83
Messier 83 adalah galaksi spiral berpalang yang tergolong paling cemerlang di langit Bumi. Kendati terlihat biasa, M83 pernah mengalami ratusan ledakan bintang raksasa alias supernova. Saat ini ilmuwan sedang mengamati enam fenomena supernova pada Messier 83. Keunikan lainnya pada M83 adalah inti ganda yang berpusar pada jantungnya.
Foto: European Southern Observatory (ESO)
NGC 660
NGC 660 tergolong langka di alam semesta. Tipenya dikategorikan sebagai galaksi cincin kutub dan sejauh ini cuma ada belasan dari 10.000 galaksi yang diteliti ilmuwan. NGC 660 memiliki bintang, gas dan debu kosmik yang mengorbit inti galaksi dengan sudut yang nyaris vertikal. Tapi dari mana materi itu berasal? Pada NGC 660 ilmuwan berharap bisa mempelajari efek materi gelap pada cakram galaksi
Biasanya galaksi raksasa berbentuk spiral atau eliptis. Tapi Centaurus A
memiliki keduanya. Galaksi yang berjarak 16 juta tahun cahaya dari Bumi ini adalah satu-satunya galaksi eliptis yang memiliki lengan spiral. Ilmuwan berspekulasi, Centaurus A menyantap galaksi spiral antara 200 hingga 700 juta tahun silam, namun perkawinan semacam itu biasanya tidak menyisakan lengan spiral dalam bentuk utuh
Foto: ESO/Y. Beletsky
Galaksi Mata Hitam
Galaksi bernama Messier 64 ini memiliki julukan lain yang lebih seram, yakni galaksi mata iblis. Pasalnya M64 memiliki cakram berwarna hitam yang terbentuk dari debu kosmik di sekitar intinya. Misteri terbesar M64 adalah ketika cakram bagian dalam berputar searah, cakram terluarnya yang berisikan debu dan bintang bergerak ke arah sebaliknya. Fenomena semacam ini jarang ditemukan pada galaksi lain.
Foto: NASA and The Hubble Heritage Team
Galaksi Sombrero
Selain bentuknya yang menyerupai topi tradisional Meksiko, Messier 104 memiliki misteri yang belum bisa dijawab ilmuwan. Jika disimak lebih dekat M104 memiliki inti galaksi yang terdiri bukan cuma dari satu, melainkan beberapa gugus bintang sekaligus. Selain itu Galaksi Sombrero mengandung bintang-bintang muda yang cemerlang di cakram terluarnya. NASA menyebut M104 berkeperibadian ganda
Foto: NASA/ESA/ Hubble Heritage Team
Obyek Hoag
Sejak lama Obyek Hoag menjadi teka teka buat ilmuwan. Terutama bentuknya yang unik memicu pertanyaan, apakah obyek misterius ini terdiri atas satu atau dua galaksi. Pasalnya di antara gugus bintang di jantung galaksi dan cincin terluar terdapat ruang hampa yang sepenuhnya gelap. Ilmuwan belum bisa mengungkap bagaimana Obyek Hoag terbentuk. Galaksi ini berjarak 600 juta tahun cahaya dari Bumi.
Foto: NASA/R. Lucas
10 foto1 | 10
Semua bergerak di alam
Para pakar astronomi juga menyebutkan, di alam semesta semua obyek terus bergerak, baik itu galaksi, bintang, planet maupun komet. Bumi berrotasi pada sumbunya dengan kecepatan 1.600 km per jam dan mengorbit mengelilingi Matahari dengan kecepatan 100.000 km/jam. Sementara Matahari bergerak mengorbit inti di Galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 850.000 km/jam. Dan galaksi Bima sakti juga bergerak bersama galaksi lain di Laniakea Supercluster dengan kecepatan 2 juta kilometer di jagat raya.
Manusia yang ada di Bumi tidak merasakan efek gerakan dengan kecepatan amat tinggi itu. Pasalnya semua obyek di jagat raya juga bergerak relatif mengikuti gerakan sistem planet dan galaksinya.
Siklus Hidup Bintang di Jagat Raya
Bintang di jagat raya juga mengikuti siklus alamiah lahir, hidup dan mati. Dilahirkan di nebula, tumbuh dewasa di galaksi dan berakhir jadi supernova yang menciptakan lubang hitam atau bintang neutron.
Foto: NASA
Nebula Tempat Bintang Lahir
Kelompok masif bintang muda yang diberi nama R136 ini berlokasi di 30 Doradus Nebula di Large Magellanic Cloud, umurnya rata-rata baru beberapa juta tahun. Usia bayi bagi bintang-bintang yang bisa mencapai umur milyaran tahun. Citra tempat bintang lahir ini direkam Wide Field Camera teleskop Hubble dalam spektrum ultra violet.
Foto: picture-alliance/dpa/Nasa
Awan Gas Terbesar
Nebula berdiameter 2 juta tahun cahaya yang berlokasi di seputar quasar UM287 ini merupakan awan gas terbesar di jagat raya yang berhasil dipantau W.M.Keck Observatory. Bintang tercipta dari molekul gas dan debu kosmik yang bergabung dan berpusar menjadi obyek langit yang kompak. Ukuran bintang saat dilahirkan menentukan nasibnya di masa depan jika bintang ini mengalami kematian.
Foto: S. Cantalupo/dpa
Bintang Aktif
Pada usia aktifnya bintang diibaratkan memasuki umur dewasa. Pada inti bintang lazimnya terjadi fusi nuklir, dimana unsur hidrogen diubah menjadi unsur lebih berat seperti helium, karbon dan oksigen. Proses ini menimbulkan panas dan energi. Matahari yang tergolong bintang berukuran sedang, saat ini umurnya 6 milyar tahun dan akan terus melakukan fusi nuklir hingga semua bahan bakarnya habis.
Foto: picture-alliance/dpa
Bintang Masif
Cluster bintang NGC 6093 di galaksi Bima Sakti ini mengandung ratusan ribu bintang masif yang terhimpun oleh gaya gravitasinya. Umur bintang di cluster ini seragam sekitar 15 milyar tahun, tapi memiliki ukuran dan massa berbeda-beda. Bintang yang massa dan ukurannya jauh lebih besar dari matahari, berubah menjadi bintang merah raksasa, yang menandakan saat-saat akhir hidup bintang.
Foto: NASA
Supernova
Jika sudah kehabisan bahan bakar nuklirnya bintang mendekati saat kematian. Bintang yang massanya cukup besar akan meledak menjadi supernova. Kecemerlangannya ribuan kali lipat matahari, seperti Supernova 1987-A ini yang citranya direkam teleskop ruang angkasa Hubble milik NASA di kawasan rasi awan Magellan.
Foto: picture-alliance/dpa
Lubang Hitam
Jika massanya masih cukup besar, sisa bintang akan runtuh tertarik gaya gravitasinya sendiri. Jika gravitasi amat kuat juga cahaya akan tersedot ke intinya. Julukan Lubang Hitam diberikan karena cahaya sekalipun tak lolos gaya gravitasi obyek langit ini. Gambar ini gabungan citra yang direkam wahana riset antariksa Chandra X-Rays Obsevatory dan teleskop di bumi.
Foto: picture-alliance/Zhaoyu Li
Bintang Neutron
Yakni bintang yang amat masif dan berat jenisnya amat tinggi. Sebuah bintang neutron berdiameter 20 km bisa memiliki massa 1,5 hingga 3 kali massa matahari. Terdapat bintang neutron yang memancarkan medan magnet amat kuat yang disebut magnetar, yang tercipta dari sisa bintang yang massa dan ukurannya sekitar 40 kali matahari.
Foto: picture alliance/dpa
Debu Kosmik
Material ledakan sebuah bintang atau supernova berupa debu kosmik biasanya disebarkan ke seluruh jagat raya. Seperti pada Supernova SN 2006gy yang diamati tim dari Universitas California di Berkeley ini, yang menyemburkan debu kosmik dengan kecepatan 13 juta km per jam. Ini akan menjadi material awal dari pembentukan bintang-bintang berikutmya. Begitulah siklus kosmis berputar.
Foto: AP/NASA
8 foto1 | 8
Para pakar astronomi menyebutkan, kluster galaksi dengan kepadatan bintang amat tinggi biasanya berperan sebagai "penarik", sedangkan kluster dengan jumlah galaksi dan bintang kecil, sering berfungsi sebagai gaya "pendorong" bagi galaksi lainnya. Pada Galaksi Bima sakti yang ada di pusat Laniakea Supercluster terlihat pola gerakan, ditarik oleh Shapley Atrractor dan didorong oleh Dipole Repeller.
Sejauh ini para pakar astronomi belum banyak memahami mekanisme Dipole Repeller maupun galaksi di dalamnya. Dengan memahami mekanismenya, diharapkan juga bisa meningkatkan pemahaman mengenai alam semesta dan bagaimana fungsi serta mekanisme yang menggerakannya.
Menguak Misteri Tata Surya
Banyak rahasia Tata Surya hingga kini belum terungkap dan masih merupakan misteri. Beragam temuan astronomi mengungkap fakta menarik dari sistem tata surya, di mana Bumi berada.
Foto: picture-alliance/dpa
Galaksi Bima Sakti
Galaksi Bima Sakti diameternya sekitar 120.000 tahun cahaya. Tata Surya berada di pinggiran, sejarak 27.000 tahun cahaya dari pusat galaksi. Matahari sebagai pusat sistem planet hanyalah satu dari 400 milyar bintang di galaksi ini. Bintang tertua berumur 13,8 milyar tahun yang nyaris seumur dengan Dentuman Besar (Big Bang).
Foto: AP
Tata Surya
Tata Surya terdiri dari delapan planet besar dan sejumlah planet kecil serta obyek langit lainnya. Merkurius, Venus, Bumi dan Mars disebut planet dalam, sementara Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus disebut planet luar. Umur Tata Surya ditaksir sekitar 4,6 milyar tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Bumi: Planet Makhluk Hidup
Bumi adalah satu-satunya planet yang dihuni makhluk hidup di sistem Tata Surya. Posisinya yang ideal serta adanya atmosfir dan air dalam bentuk cair merupakan prasyarat penting bagi adanya kehidupan. Sejauh ini pencarian exo-planet mirip Bumi untuk melacak kehidupan lain di jagat raya belum membuahkan hasil.
Foto: picture-alliance/dpa
Venus: Planet Anomali
Venus dijuluki kembaran Bumi. Planet ini memiliki anomali, rotasinya berlawanan arah jarum jam, hingga Matahari terbit di barat dan terbenam di timur. Satu hari Venus lebih panjang dari satu tahunnya. Penyebabnya, rotasi Venus pada sumbunya setara 243 hari Bumi, lebih lambat ketimbang evolusinya mengelilingi Matahari yang 224 hari Bumi.
Foto: picture-alliance/dpa
Yupiter: Planet Terbesar
Massanya 318 kali Bumi dan memiliki 67 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Calisto, Io dan Europa. Ganymede ukurannya lebih besar dari planet Merkurius. Yupiter juga terkenal memiliki bintik merah raksasa, yakni badai antisiklon bekecepatan 450 km/jam yang besarnya dua kali Bumi.
Foto: picture alliance/dpa
Saturnus: Planet Bercincin
Saturnus bukan satu-satunya planet bercincin di Tata Surya, tapi yang paling jelas kenampakannya. Cincin terdiri dari partikel es dan batuan mikro hingga seukuran rumah. Dari 62 satelitnya, dua yang terbesar adalah Titan, yang lebih besar dari planet Merkurius, dan Enceladus menunjukan aktivitas geologi dan memiliki atmosfir. Kedua satelit itu diselimuti lapisan es beku.
Foto: HO/AFP/Getty Images
Uranus dan Neptunus: Bertukar Posisi
Dua planet terluar, yaitu Uranus dan Neptunus, 3,8 milyar tahun lalu bertukar posisi akibat gravitasi Yupiter. Sebelumnya Uranus berada di bagian terluar dan Neptunus di dekat Saturnus. Untuk membuat rotasi seimbang, Neptunus terdesak ke bagian paling luar dan membuat garis lintasan elips baru rotasi Matahari.
Foto: NASA
Adakah Mahluk Cerdas Lain?
Bumi sejauh ini merupakan planet satu-satunya di jagad raya yang diketahui memiliki mahluk cerdas. Pencarian sesama mahluk cerdas di luar angkasa atau SETI, sejauh ini belum menunjukkan hasil konkrit. Potensinya amat banyak, trilyunan sistem tata surya lain menanti. Apakah teknologi Bumi masih ketinggalan dibanding mahluk cerdas lain?
Foto: picture-alliance/dpa
Kandidat Planet Baru
Pluto cukup lama diakui sebagai planet ke-9, namun statusnya tetap kontroversial. Kini muncul sedikitnya tiga kandidat yang bisa diakui sebagai planet baru di Tata Surya, yakni Ceres, Charon dan Xena. Di masa depan mungkin Tata Surya akan terdiri dari sistem 12 planet.