Game Streamer Korea Selatan: Muda, Kaya, dan Bersemangat
27 Maret 2021
Memanfaatkan gudang di atap apartemen ibunya di Seoul, Kim Min-kyo bermain video game hingga 15 jam sehari hingga mampu menghasilkan banyak uang dari ribuan penggemar yang menontonnya secara langsung.
Iklan
Kepiawaian bermain game dan melancarkan komentar-komentar cerdik disertai humor, membuat penghasilan Kim Min-kyo, pemain berusia 24 tahun itu meningkat sekitar US $ 50.000 (Rp 720 juta) sebulan. Meski memiliki banyak uang, gaya hidup Kim tidak berubah. "Saya tidak terlalu suka mobil atau menghabiskan banyak uang," kata Kim.
"Ibuku mengelola semua penghasilanku, jadi aku tidak pernah memegang banyak uang," katanya kepada AFP.
Budaya baru
Live streamer atau dikenal sebagai "Broadcast Jockeys" di Korea Selatan, sudah terprogram dalam infrastruktur digital budaya anak muda. Mereka menghibur diri selama berjam-jam dengan beragam aktivitas seperti mengobrol, bermain game, menari, mendengarkan musik, makan, mabuk atau bahkan hanya tidur.
Live streamer ternama menikmati status "selebriti" di kalangan remaja Korea Selatan. Beberapa diantara mereka menghasilkan lebih dari US $ 100.000 (Rp 1,4 miliar) dalam satu bulan, dari siaran langsung di platform lokal AfreecaTV dan meng-upload konten yang telah diedit ke situs berbagi video YouTube.
Kim yang sering bermain game online League of Legends membangun kontennya dengan percakapan unik. "Mungkin terkadang Anda perlu melakukan sesuatu yang absurd untuk menarik pengikut," akunya.
Kim menghasilkan uang dari donasi penggemar, sponsor, dan beriklan di YouTube, di mana dia telah memiliki lebih dari 400.000 pelanggan.
Instagram Bisa Rusak Lingkungan?
Para followers mengikuti jejak selebgram mengunjungi sejumlah tempat wisata yang dikenal lewat tagar #instagramfamous. Mereka merusak tempat menakjubkan itu dengan meninggalkan sampah dan menghancurkan habitat alami.
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
Dari #superbloom ke #poppynightmare
Usai musim dingin disertai hujan lebat, musim semi akhirnya muncul di California Selatan, AS. Momen yang tepat untuk melihat mekarnya bunga liar, namun sekitar 50.000 orang berbondong-bondong datang dan asyik berfoto. Mereka memetik, menginjak-injak bunga poppy, dan menghancurkan dengan meletakkan poster "bunga ini akan tumbuh lagi". Tidak perlu banyak merusak tempat-tempat keindahan alam.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Ketika wisata alam menjadi viral
Dulunya menjadi tempat nongkrong warga setempat, namun kini spot yang menghadap ke Sungai Colorado dekat Grand Canyon, AS telah menjadi salah satu tempat paling instagramable. Terkenal di Instagram, membuat Horsehoe Bend dikunjungi jutaan turis setiap tahun. Area parkir kini sedang diperluas untuk mengakomodasi kerumunan wisatawan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di tempat terpencil.
Foto: imago/blickwinkel/E. Teister
Konsekuensi yang tidak diinginkan
Tak lama setelah fotografer Johannes Holzer memposting keindahan danau Barmsee di Jerman, foto tersebut langsung viral di Instagram dan mendorong banyak orang mengunjungi tempat itu. Dalam sebuah wawancara dengan radio Jerman Bayrischer Rundfunk, Holzer mengatakan jalan menuju danau saat ini terlihat seperti telah diinjak-injak oleh tentara. Kawasan danau juga dipenuhi sampah dan puntung rokok.
Sebuah kota kecil yang dikunjungi jutaan pengunjung
Sebuah desa kecil di Austria yang berpenduduk 700 orang viral di Instagram karena keindahannya. Desa ini menjadi terkenal dan didatangi 10.000 pengunjung per hari. Penduduk setempat mengeluhkan wisatawan yang berjalan ke rumah mereka untuk menemukan sudut terbaik untuk foto-foto. Mereka meninggalkan sampah, membuat film dengan drone yang menakuti burung, dan menghancurkan kedamaian dan ketenangan.
Playa Jardín di pulau Tenerife, Spanyol adalah tempat yang populer di kalangan fotografer yang membangun menara kecil dengan batu yang dikumpulkan dari pantai. Desain mereka mungkin menghasilkan bidikan yang sempurna, namun menara tersebut sebenarnya merusak ekosistem lokal. Laba-laba, serangga, dan kadal yang hidup di bawah batu itu kehilangan tempat berlindung.
Foto: Imago Images/McPHOTO/W. Boyungs
Jangan tinggalkan jejak
Organisme tanaman yang penting bagi kesehatan tanah akan tercabut ketika posisi batu-batu tersebut diubah. Hal itu lantas menyebabkan para pencinta lingkungan membongkar formasi batuan awal tahun ini dan memposting caption di Instagram dengan tagar #pasasinhuella, yang berarti "tidak meninggalkan jejak." Hanya beberapa hari setelah kampanye, Instagrammers sudah mulai membangun kembali menara batu.
Foto: Imago Images/robertharding/N. Farrin
"Popcorn" bukan untuk dibawa pulang
Alga mati di Pulau Canary, Spanyol ini menyerupai cemilan popcorn. Keunikannya memiliki daya tarik tersendiri di media sosial Instagram, sehingga membuat banyak orang berkunjung dan membawa ganggang pulang sebagai kenang-kenangan. Akibat ulah mereka, diperkirakan 10 kilogram "popcorn" menghilang setiap bulan. Sebagai tanggapan, Proyek Clean Ocean telah mulai berbagi foto seperti ini di Instagram.
Foto: Clean Ocean Project
Penduduk Islandia membalas
Lebih dari 10 juta gambar di Instagram, Islandia menjelma sebagai tujuan yang sangat populer. Untuk mendapatkan foto yang sempurna, banyak orang berkendara dan merusak pedesaan. Mereka duduk di gletser, berjalan di lumut, dan menerbangkan drone. Dewan turis Visit Iceland kini telah meluncurkan beberapa inisiatif yang mempromosikan contoh perilaku bertanggung jawab para wisatawan.
Foto: picture-alliance/E. Rhodes
Sikap main hakim sendiri
Akun Instagram Public Lands Hate You bertujuan untuk mempermalukan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Akun itu memposting ulang foto orang-orang yang melanggar aturan, memicu sejumlah brand untuk memutuskan hubungan dengan beberapa influencer dan bahkan menyebabkan penyelidikan dari layanan taman nasional AS. Tetapi akun ini juga menuai kritik karena menyebut orang tanpa persetujuan.(ha/vlz)
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
9 foto1 | 9
Ada norma yang dilanggar
Terdapat kontroversi di Korea Selatan terkait kurangnya peraturan tentang siaran live streaming, yang terkadang mempromosikan produk yang "dirahasiakan" hingga munculnya perilaku cabul, sebuah standar yang lebih rendah dari budaya konservatif.
Pandemi COVID-19 membawa keuntungan tersendiri terhadap bisnis live streaming. Berdasarkan Komisi Komunikasi Korea, jumlah waktu menonton di telepon pintar melonjak tajam.
AfreecaTV yang saat ini menampung sekitar 17.000 siaran live streaming, menjual "balon bintang" kepada pemirsa masing-masing seharga 110 won (Rp 1.405). Penonton dapat menyumbangkannya saat berinteraksi dengan live streamer, yang bisa mengubahnya kembali menjadi uang tunai, dikurangi potongan biaya untuk platform.
"Meski pandemi COVID-19 terjadi, tidak dipungkiri kondisi itu membantu BJ tumbuh," kata Joshua Ahn, yang mengepalai perusahaan produksi lokal Starfish Entertainment.
Pengusaha media penggerak Maserati berusia 44 tahun itu mengelola belasan siaran live streaming teratas dan memproduksi variety show untuk beberapa stasiun televisi terbesar di negara itu.
Siapa pun bisa memiliki saluran
"Media konvensional berada di persimpangan jalan yang penting," kata Ahn, yang aktivitas bisnisnya mengangkangi media tradisional dan media baru. "Sekarang dengan YouTube, siapa pun dapat memiliki salurannya sendiri."
Kontribusi Korea Selatan yang paling terkenal terhadap fenomena live streaming global adalah "mukbang", di mana pembawa acara berkomentar sambil memakan makanan dalam jumlah besar.
Beberapa kegiatan siaran juga lebih kontroversial, seperti percakapan yang menjurus dengan pakaian minim, atau bahkan kriminal, misalnya ancaman kekerasan.
"Alasan mengapa konten BJ ini menjadi lebih seksual dan kekerasan adalah karena mereka mencari lebih banyak perhatian," kata Hojin Song, peneliti dari Universitas Negeri California, Monterey Bay. "Semakin banyak penonton yang bisa mereka tarik, semakin besar kesempatan mereka untuk menghasilkan uang yang lebih baik."