PBB Hapus Ganja Dari Daftar Obat-Obatan Paling Berbahaya
3 Desember 2020
WHO merekomendasikan penghapusan ganja dari daftar obat-obatan berbahaya untuk mempermudah penelitian tentang penggunaan medis cannabis. Sebelumnya ganja masuk dalam kategori yang sama dengan heroin dan opioid sintetis.
Badan yang berbasis di Wina, Austria, ini telah mengadakan pemungutan suara yang diikuti oleh negara-negara anggota Komisi Narkotika PBB, dengan hasil 27 setuju, 25 tidak setuju, dan 1 abstain. Badan ini mengikuti rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk menghapus ganja dan resin ganja dari Agenda IV Konvensi 1961 tentang Narkotika.
Sebelumnya, ganja berada dalam kategori yang sama dengan heroin, analog fentanil, dan opioid lainnya. Pemungutan suara dilakukan atas rekomendasi WHO untuk mempermudah penelitian penggunaan ganja dalam bidang medis.
Tujuh Fakta Penting Tentang Konsumsi Ganja di Jerman
Konsumsi ganja di Jerman tidak dilarang. Yang dilarang adalah pembudidayaan, perdagangan dan penyebarannya. Tapi debat tentang legalisasi ganja (cannabis) secara umum sudah berlangsung lama.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Pedersen
Konsumsi ganja tidak dilarang, tapi pembudidayaan dan perdagangannya dilarang.
Menurut UU tahun 2017, Dinas Pengawasan Obat dan Produk media BfArM (Bundesinstitut für Arzneimittel und Medizinprodukte) bertugas membangun "jaringan agen" yang akan mengatur dan melaksanakan pembudidayaan dan pengolahan ganja menjadi bahan medis. Selama jaringan itu belum ada, kebutuhan ganja harus didatangkan dan dibeli dari luar negeri.
Foto: Getty images/AFP/J. Juinen
Siapa yang boleh membeli atau mendapat ganja?
Sejak UU baru dari tahun 2017, ganja boleh diberikan kepada penderita sakit kronis untuk kepentingan medis. Namun UU itu tidak merinci, penyakit apa saja yang dimaksud. Hanya disebutkan bahwa seorang dokter dapat memberikan resep untuk terapi dengan ganja. Sebelumnya, ganja juga diijinkan untuk kepentingan pengobatan, tetapi hanya untuk kalangan yang sangat kecil, sekitar 1000 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Tuntutan legalisasi
Namun sejak lama sudah ada tuntutan agar ganja dijual secara legal untuk umum, seperti misalnya di Belanda. Demonstrasi itu paling sering digelar di ibukota Jerman, Berlin. Kalangan yang menuntut legalisasi antara lain berargumen, pelarangan perdagangan ganja hanya menimbulkan dampak negatif, seperti perdagangan gelap ganja dan prostitusi ilegal.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Banyak dokter masih ragu
Hingga kini, penggunaan ganja sebagai terapi untuk penderita rasa sakit kronis masih sangat terbatas. Banyak pengelola asuransi kesehatan yang juga masih menolak membayar terapi dengan cannabis. Karena pasokannya sering tidak menutupi kebutuhan, banyak pasien ganja yang terpaksa membeli obatnya secara ilegal.
Foto: DW/S. Müller-Plotnikow
Kapan ganja dilegalisasi secara umum?
Hingga kini, belum ada prakarsa untuk melegalisasi pembudidayaan dan perdagangan ganja di tingkat federal. Negara Bagian Nordrhein-Westfalen pernah punya rencana mengizinkan penjualan ganja untuk kebutuhan rekreasi. Tapi sampai sekarang, hal itu belum terwujud. Bibit tanaman ganja (foto) hanya boleh dibeli dengan ijin khusus.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Bein
Kepemilikan ganja diijinkan secara terbatas
Setiap 16 negara bagian di Jerman punya aturan berbeda. Ganja boleh dimiliki untuk kepentingan rekreasi, tetapi berapa banyak ganja yang boleh dimiliki seseorang? Di Berlin, memiliki 15 gram ganja dianggap masih wajar. Di negara-negara bagian lain, kepemilikan "untuk kepentingan sendiri" dibatas hanya 3 sampai 5 gram.
Foto: Getty images/AFP/J. Juinen
Berapa luas konsumsi ganja di Jerman?
Menurut data statistik Eropa, Eurostat (2015), sekitar 18 persen lelaki dan 10 persen perempuan Jerman pada usia 15 sampai 24 tahun mengkonsumsi ganja secara berkala. Sedangkan data World Drug Report dari tahun 2011 menyebutkan 4,8 persen penduduk Jerman antara usia 18 sampai 64 tahun mengaku mengkonsumsi ganja setidaknya satu kali dalam tahun terakhir.
Pada tahun 2019, dalam sebuah laporan WHO telah merekomendasikan bahwa "ganja dan resin ganja harus di bawah kendali ketat guna mencegah kerusakan yang disebabkan oleh penggunaannya. Pada saat yang sama, ganja juga bisa digunakan untuk penelitian dan pengembangan, serta penggunaan medis."
Namun, Komisi PBB belum melegalkan ganja karena masih terdaftar di antara obat-obatan yang "sangat membuat ketagihan dan dapat disalahgunakan."
WHO sekarang merekomendasikan agar ganja tetap terdaftar di bawah level kendali Agenda I, karena WHO mengakui "tingginya tingkat masalah kesehatan masyarakat yang timbul dari penggunaan ganja."
WHO juga merekomendasikan agar "ekstrak dan larutan ganja" dihapus dari Agenda I, namun rekomendasi itu tidak diikuti oleh Badan Kebijakan Obat PBB.