Gubernur Ganjar Pranowo meminta maaf atas kericuhan yang terjadi di Desa Wadas, Purworejo. Insiden bermula saat BPN hendak melakukan pengukuran lahan kuari untuk proyek Bendungan Bener, Selasa (08/02).
Iklan
Penolakan tambang berujung ricuh membuat 64 orang di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah ditangkap. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta maaf atas peristiwa ini dan 64 orang itu pun telah dibebaskan.
Sebelum membeberkan data rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas, secara terbuka Ganjar meminta maaf terkait insiden saat pengukuran lahan tambang di desa tersebut, Selasa (08/02) lalu. Ganjar juga memastikan bahwa warga yang sempat ditangkap akan segera dilepas.
"Saya ingin minta maaf kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat Purworejo, terkhusus yang ada di Desa Wadas, karena kejadian kemarin mungkin merasa betul-betul tidak nyaman," ujar Ganjar dalam keterangan pers yang digelar di Mapolres Purworejo, seperti dikutip dari detikJateng Rabu (09/02).
Iklan
Ganjar siap berdialog dengan Komnas HAM
Ganjar menyebut, pengukuran yang dilakukan pada Selasa (08/02), dilakukan atas permintaan masyarakat yang setuju dengan adanya pembangunan. "Masyarakat yang bertemu dengan Komnas HAM, yang sudah sepakat minta segera diukur. Kami mencoba berkomunikasi dengan tokoh agama, masyarakat di Desa Wadas bahwa kami akan masuk," paparnya.
"Kami tidak akan masuk kepada mereka yang belum sepakat untuk menghormati mereka dengan sikapnya. Untuk itulah kami sangat prudence, kami sangat hati-hati," ujar Ganjar.
Di sisi lain, kata Ganjar, Komnas HAM secara proaktif juga mendatangi para warga yang kontra. Pihaknya pun masih membuka ruang dialog dengan warga yang kontra agar bisa segera tercapai kesepakatan.
"Tanggal 20 Januari 2022 Komnas HAM gelar dialog di Hotel Gracia di mana di hotel itu diundang yang pro, kontra BPN, BBWS, dan yang lain. Namun pertemuan hanya dihadiri yang pro, sedangkan yang kontra tidak hadir. Untuk yang pro kemarin meminta segera dilakukan pengukuran lahan, untuk yang kontra didatangi Komnas HAM, jadi Komnas HAM punya effort yang cukup bagus," tuturnya.
Di Kawah Ijen, Terdapat Pekerjaan Paling Bahaya di Dunia
Debu, kotoran panas: Di lokasi mematikan - di kawah gunung berapi aktif di Jawa Timur ini, para penambang belerang pertaruhkan nyawa untuk menyambung hidup keluarganya.
Foto: picturea-alliance/Acro Images/T. Weise
Suhu yang panas
Di gunung berapi Ijen di Jawa Timur terdapat lokasi penambangan belerang. Kawah sedalam 200 meter di puncak gunung berapi berketinggian 2.600 itu merupakan danau asam sulfat terbesar di dunia. Kawah Ijen terletak di perbatasan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Situbondo, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Bondowoso
Foto: picture-alliance/dpa/B. Indahono
Fenomena api biru
Dari kegelapan, dengan panas 200 derajat, gas belerang yang panas ini memunculkan warna kebiruan. Pekerja ini memandang keindahan panorama saat fajar, sebelum pekerjaan yang sesungguhnya dimulai.
Foto: Getty Images/AFP/Goh Chai Hin
Pekerjaan berbahaya
Mengapa pekerjaan ini disebut pekerjaan paling sulit di dunia? Gas beracun dari kawah ini bisa membakar paru-paru dan kulit pekerja. Tanpa pakaian pelindung yang layak, mereka bekerja di pertambangan yang terpapar kadar gas beracun.
Foto: Getty Images/AFP/Goh Chai Hin
Kuning keemasan
Para pekerja menyalurkan sulfur keluar dari celah-celah ini melalui pipa dalam tambang dan kemudian mendinginkannya. Senyawa ini mengeras dan mengkristal serta berwarna kekuningan. Selanjutnya, belerang dikumpulkan di satu tempat.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Indahono
Beban yang berat
Pekerja ini memikul keranjang berisi belerang seberat 80 kg di atas bahunya. Dia berjalan sepanjang empat kilometer, menyusuri jalur-jalur terjal dan hanya dengan mengenakan sepatu karet. Jika salah langkah, dia bisa terjatuh dan akibatnyanya fatal.
Foto: Getty Images/AFP/Goh Chai Hin
Bekerja di bawah ancaman bahaya besar
Tak jarang pekerja jatuh di kawah dan pingsan. Uap bergerak masuk ke paru-paru dan ke kepala. Setelah beberapa bulan, penderitanya kehilangan bau dan rasa. Dalam 40 tahun terakhir di sini, sudah 70 orang terenggut nyawanya akibat pekerjaan ini. Di sini, harapan hidup untuk pria adalah 50 tahun.
Foto: Getty Images/AFP/C. Archambault
Ekstraksi sumber daya dari zaman pra-modern
Harta karun berwarna kuning ini digunakan di pabrik-pabrik untuk memutihkan gula, korek api dan pembuatan pupuk. Sampai abad ke-19 sulfur yang ditambang dengan cara ini juga terdapat di Italia, Selandia Baru dan Chile. Karena letusan gunung berapi dan perkembangan pertambangan modern, pekerjaan itu tak lagi dilanjutkan lagi.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Upahnya sebanding kerja keras?
Untuk sekitar 100 ribu rupiah, lebih seratus orang rela setiap hari bekerja di kawah gunung berapi ini. Ongkos tersebut lebih murah dibandingkan dengan mengimpor sulfur. Penambang belerang ini dikagumi karena kerja kerasnya.
Ed: Waslat Hasrat-Nazimi (ap/as)
Foto: picturea-alliance/Acro Images/T. Weise
8 foto1 | 8
Kapolda jelaskan soal penangkapan 64 warga
Dalam kesempatan yang sama, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi mengatakan bahwa terkait insiden pihaknya mengamankan 64 warga di Mapolres Purworejo dan akan dibebaskan dalam 1 x 24 jam. Dia juga menyebut pemeriksaan terhadap 64 orang itu telah selesai dan akan segera dibebaskan.
"64 orang diamankan, saat ini berada di Polres Purworejo. Silakan cek, hari ini kami bebaskan," ungkap Ahmad Luthfi, Rabu (09/02) kemarin.
Penahanan sementara tersebut, Luthfi menambahkan, harus dilakukan untuk mencegah adanya benturan antara warga yang menerima pengukuran dengan warga yang menolak.
"Hari ini akan kami kembalikan kepada masyarakat, agar tidak terjadi confuse antara warga yang menerima (pengukuran) dengan yang belum menerima," katanya. (Ed: ha)
Industri Andesit Mengancam Mata Air-Mata Air di Wadas