1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Gaya Hidup Sehat dan Tren Sepeda Jerman di Indonesia

Mufti Faisal Hakim
17 September 2022

Sejak pandemi Covid-19 menjangkiti Indonesia, kesadaran masyarakat untuk membangun pola hidup sehat semakin membumi. Oleh Mufti Faisal Hakim.

Casual ride di Jakarta
Casual ride di JakartaFoto: Faisal Hakim

Salah satu olahraga yang kemudian menjadi amat populer di berbagai kalangan ialah bersepeda. Mulai dari sepeda lipat yang harganya sempat melambung tinggi, hingga tren bergeser menjadi pemilikan sepeda balap (roadbike). Brand sepeda kenamaan asal Jerman, Canyon, pun turut digandrungi di Indonesia.

Catatan statistik dari BPS membuktikan bahwa pertumbuhan total impor sepeda dan bagian sepeda lainnya mencapai 24,8% year-on-year (yoy) dan 33,1% yoy di semester I dan II pada tahun 2020. Adapun total nilai yang dibicarakan mencapai US$212 juta.

Mufti Faisal HakimFoto: Faisal Hakim

Capaian angka impor ini jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor di industri yang sama. Pada tahun 2020, pertumbuhan ekspor sepeda dan non sepeda hanya sebatas 13,4% yoy dengan total nilai US$108,8 juta. Hal ini menggambarkan pertumbuhan sektor dalam negeri meskipun belum mampu menyaingi pesatnya pertumbuhan pasar sepeda impor di Indonesia.

Salah satu hal yang membuktikan kemajuan produsen sepeda dalam negeri ialah keberhasilan brand sepeda United, yaitu PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk ("BIKE”), melantai di Bursa Efek Indonesia dan berhasil memperoleh fund raised sebanyak hampir Rp55 miliar pada Maret 2022.

Capaian ini tidak lepas dari keberhasilan perusahaan memanfaatkan momentum peningkatan animo bersepeda di Indonesia. Dalam prospektusnya, net sales BIKE tercatat tumbuh lebih dari 389,5% yoy pada tahun 2020. Meskipun melambat, net sales tersebut masih mampu tumbuh 31,2% pada tahun berikutnya. Sebuah capaian yang sangat baik dari perusahaan tercatat sektor industri sepeda di Indonesia.

Popularitas Canyon, sepeda kebanggaan Jerman

Meskipun begitu, pasar pesepeda brand asing dan ternama masih merajai di Indonesia. Saat ini salah satunya adalah Canyon. Sebagai pegiat olahraga sepeda sejak tahun 2013, saya tahu persis bahwa Canyon, brand sepeda asal Jerman, adalah salah satu yang mendadak menjadi favorit para penggila sepeda di dunia, termasuk saat ini di Indonesia.

Foto sepeda Canyon saat jersey launching cycling club @smbrgldkFoto: Faisal Hakim

Brand yang berasal dari Kota Koblenz ini adalah produsen sepeda kelas dunia yang hingga saat ini ditunggangi oleh banyak professional cyclist di kancah internasional. Canyon mengantarkan Nairo Quintana, pembalap asal Kolombia, menjadi pria Amerika Selatan pertama yang mampu memenangkan Giro d'Italia pada tahun 2014. Lebih dari itu, Canyon juga menjadi tunggangan Mathieu van der Poel saat memperoleh gelar juara dunia cyclocross pada tahun 2020. Dua nama superstar ini juga beberapa kali menjuarai etape-etape di Tour de France dalam beberapa tahun terakhir.

Teknologi yang digunakan oleh para pesepeda profesional ini dapat dimiliki oleh para pegiat sepeda/amateur cyclist di Indonesia dengan membeli langsung dari pabriknya. Ya, Canyon adalah salah satu brand yang menganut business-to-consumer distribution alias tidak memiliki retailers. Hal inilah yang membuat Canyon, pada awalnya, tidak begitu popular di Indonesia dan sempat dikatakan sebagai "sepeda internet” atau sesuatu yang fiksi karena jarang terlihat di jalanan.

Tingginya minat bersepeda membuat banyak masyarakat dunia, termasuk Indonesia, rela membeli Canyon langsung dari websitenya. Adanya extra cost yang tidak murah, mencakup biaya pengiriman dan cukai, tidak menyurutkan minat mengingat kualitas yang diperoleh. Telah terbangunnya kepercayaan masyarakat terhadap pabrikan Jerman di bidang otomotif memudahkan masyarakat dalam menilai kualitas Canyon sebagai sepeda balap.

LeBron James, NBA superstar, baru baru ini pun melakukan investasi tidak kurang dari US$30 juta terhadap pengembangan headquarters Canyon di Amerika Serikat. Hal ini tentu menjadi salah satu momen kunci perkembangan industri olahraga sepeda di dunia, khususnya bagi Jerman dan Amerika Serikat. Hingga saat ini, peminat terhadap Canyon ditenggarai amat tinggi mengingat ready stock yang selalu terjual habis ada di website dalam hitungan jam setiap minggunya. Sayang, karena Canyon belum melantai di bursa efek manapun, membuat kita tidak mudah untuk melihat performa penjualannya.

Meminimalisir jejak karbon di era new normal

Hingga tengah tahun 2022 ini, Indonesia dan banyak negara di dunia sudah masuk ke dalam fase era kenormalan baru: hybrid working. Kabar baik ini juga menjadi sebuah dilema karena kemajuan ini membuat banyak kegiatan perkantoran mulai dilakukan lagi di kantor, yang kemudian mempersingkat fleksibilitas para pekerja untuk mengatur waktu berolahraga.

Dengan bentuk perkotaan yang menganut sistem urban-suburban, kebanyakan pekerja harus kembali merelakan waktu olahraganya menjadi commuting menuju pusat perkantoran. Hal ini lantas membuat kemacetan kembali dan menjadi insentif buruk untuk bersepeda.

Keadaan new normal ini secara tidak langsung menekan minat masyarakat dalam bersepeda, yang berujung pada turunnya kegiatan perekonomian dari sektor terkait. Menyiasati hal ini, pemerintah dan para pelaku usaha terus mendukung program bike to work ("B2W”) khususnya di kota kota besar di Indonesia, salah satunya ibu kota DKI Jakarta.

Mengutip dari website Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hingga 2021 telah terbangun jalur sepeda sepanjang 103,5 kilometer. Jumlah ini diestimasi akan bertambah hingga 299,1 kilometer pada akhir tahun 2022. Hal ini dilakukan selain untuk menyiasati tingginya animo masyarakat untuk bersepeda, juga untuk mengurangi jejak emisi karbon yang ada, sekaligus mendukung upaya penerapan ESG di Indonesia.

Semoga minat masyarakat untuk terus menjalani pola hidup sehat tetap terjaga dan Indonesia terus berbenah untuk semakin ramah bagi seluruh pengguna jalan.

*Mufti Faisal Hakim adalah analis di PT Bursa Efek Indonesia, pegiat olahraga bersepeda, dan penyintas kanker.

**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi.
Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait