Kaca jendela yang memproduksi energi sendiri, mengatur tempat kerja agar sesuai kebutuhan pengguna dan hemat energi. Itu cuma sebagian contoh kemampuan gedung pintar, yang bagiannya bisa digunakan kembali jika dibongkar.
Iklan
EDGE Olympic di ibukota Belanda, Amsterdam bukan gedung biasa. Ini adalah salah satu gedung yang paling berkelanjutan di dunia. Dengan teknologi pintar, gedung ini mampu mengurangi konsumsi energinya.
Kaca jendela pada perusahaan "start up" Belanda Physee ini bahkan bisa memproduksi energi sendiri. Sandra Gritti dari EDGE Technologies menjelaskan, "Ini solusi bagus berupa jendela, di mana cahaya yang direfleksikan lewat jendela melalui lapisan khusus disalurkan ke panel-panel surya di bingkai jendela." Jika matahari bersinar seharian, jendela ini punya energi yang mencukupi untuk mencas telefon, lewat alat kecil di bingkainya.
Sandra Gritti bekerja di gedung itu, dan jadi bagian tim yang disebut EDGE. Dia menjelaskan, setiap pengguna gedung bisa memberikan sumbangan untuk menghemat energi, yaitu dengan mengatur tempat kerja mereka agar sesuai kebutuhan.
Gritti menunjukkan salah satu fitur yang mereka miliki di dalam aplikasi bagi setiap pengguna di gedung EDGE, yaitu aplikasi untuk mengubah cahaya dan suhu sebagai fitur utama. "Di gedung ini, kami menyetel agar suhu dan cahaya tidak terlalu menyedot energi." Karena orang tidak perlu cahaya terang yang maksimal.
Bangunan Hemat Energi Janjikan Penggunaan Energi yang Minimal
04:39
Cara nyaman dan fleksibel menghemat energi
Cara itu tentu menghemat banyak energi. Selain itu orang jadi punya media untuk mengurangi atau meningkatkan intensitas cahaya yang mereka inginkan. "Dengan aplikasi, saya bisa memilih tombol cahaya di ruangan, kemudian, misalnya menyetel cahaya seterang mungkin, atau sebaliknya, membuat gelap jika saya sedang menyampaikan presentasi."
Pakar energi Clay Nesler dari World Resources Institute menyambut baik teknologi yang memungkinkan orang memiliki kontrol langsung atas lingkungan hidup dan kerja mereka.
Nesler menjelaskan lebih lanjut, ini bukan sekedar merancang tingkat pencahayaan dan tingkat kenyamanan untuk situasi paling buruk. Melainkan juga dengan menambah fleksibilitas dan memberikan orang kemampuan untuk menyesuaikan lingkungan sekitar mereka, cara ini menghemat energi. dalam jumlah besar
"Jadi teknologi adalah kuncinya," tandas Clay Nesler, "Ini adalah teknologi yang bisa diatur dengan baik. Bukan hanya di bagian utara bumi dengan kota-kota besar modern, melainkan di bagian manapun di dunia.
Iklan
Berbasis Internet of Things
Untuk mengerti di mana energi dikonsumsi dan mungkin dibuang, banyak data dikumpulkan di EDGE Olympic. Menurut Sandra Griti, EDGE Olympic pada dasarnya dibuat sebagai gedung IoT, singkatan dari Internet of Things. "Jadi kami punya ribuan sensor di gedung ini, yang mengukur segalanya, mulai dari suhu, kualitas udara, dan di mana orang berada di dalam gedung."
Ia menambahkan, mereka kemudian menggabungkan semua data ke dalam apa yang disebut "tulang punggung IP". "Jadi itu yang menghubungkan seluruh gedung dan membawa data ke satu pangkalan, kemudian menempatkannya di 'cloud'", papar Sandra Gritti.
Lewat panel-panel surya di atapnya, EDGE Olympic memproduksi sendiri energi yang dibutuhkan. Dengan langkah penghematan energinya, EDGE Olympic menggunakan tiga kali lebih sedikit energi dibandingkan gedung perkantoran lainnya.
Teras di atas bangunan ditanami berbagai tumbuhan untuk mengurangi aliran suhu tinggi lewat atap. Di bagian dalam gedung, tempat kerja yang hijau dan menenangkan menyediakan iklim yang sehat.
Prinsip ekonomi sirkuler
EDGE Olympic adalah hasil inovasi yang dilakukan berdasarkan prinsip ekonomi sirkuler. Ini juga menghemat emisi gas rumah kaca, kata ahli energi dan iklim, Clay Neser. Ia mengemukakan, dalam konstruksi bangunan konvensional, emisi gas rumah kaca di dalam bahannya sangat tinggi. Semen, kaca juga baja produksinya sangat intensif energi. Sementara bahan bakar yang digunakan biasanya dari fosil. Baja dan semen juga melepas emisi gas rumah kaca ketika dibuat.
Konsep Bangunan Berkelanjutan yang Terinspirasi dari Alam
Dikenal sebagai biomimikri, para arsitek dan desainer mengintegrasikan pengembangan sebuah bangunan berkelanjutan dengan mengadopsi inovasi yang telah lama ada di alam.
Foto: Frank Rumpenhorst/dpa/picture alliance
La Sagrada Familia, Barcelona, Spain
Katedral Katolik Roma karya arsitek Antoni Gaudi telah dikerjakan sejak 1882. Gaudi, terkenal dengan desain yang terinspirasi dari alam. Struktur bangunan buatannya menampilkan tiang pancang yang luar biasa dan dihiasi kaca patri sehingga mampu menerangi ruang ibadah sakral tersebut dengan cahaya berwarna emas dan hijau.
Foto: Frank Rumpenhorst/dpa/picture alliance
Kanopi hutan
Karya Gaudi lainnya terinspirasi oleh sinar matahari yang menembus kanopi hutan. Pengunjung "nave", area pusat gereja, mungkin merasa seperti sedang berjalan di rawa hutan. Area yang bercabang untuk menopang kubah dan atap, meniru cara pohon mendistribusikan bobot dan mampu menahan beban yang lebih besar.
Foto: Halil Sagirkaya/AA/picture alliance
Eastgate Centre, Harare, Zimbabwe
Area perkantoran dan kompleks perbelanjaan ini adalah bangunan pertama di Afrika yang menggunakan ventilasi pasif. Dibangun pada pertengahan 1990-an, bangunan-bangunan ini memanfaatkan perubahan suhu harian yang konsisten mendinginkan dan memanaskan secara alami. Kipas menarik udara segar dan mendorongnya ke atas melalui lantai berlubang, tempat udara hangat keluar.
Foto: Mick Pearce
Gundukan rayap
Pearce terinspirasi dari sarang rayap yang tersebar di sabana Zimbabwe. Bangunan besar ini memiliki tinggi 9 meter dan dibentuk untuk terciptanya sirkulasi angin dan udara panas. Salah satu kebiasaan rayap adalah menjaga suhu tubuhnya sekitar 30 derajat celcius. Dari inspirasi tersebut, tercipta terowongan yang mampu mengatur panas dan kelembapan.
Foto: Julian Peters/Zoonar/picture alliance
30 St Mary Axe, London, Inggris
Gedung pencakar langit ikonik ini telah menjadi bagian dari kota London sejak tahun 2003. Dirancang oleh Norman Foster yang lebih dikenal sebagai The Gherkin, ia mendapat manfaat dari sirkulasi pemanasan dan pendinginan pasif, bersama dengan fasad kaca yang membantu melindungi kantor dan memaksimalkan cahaya alami.
Foto: Martin Sasse/DUMONT/picture-alliance
Keranjang bunga Venus
Interior bangunan terbuka dan luas berkat struktur kisi eksterior. Kawat diagonal berkontribusi pada menara setinggi 180 meter, sama seperti kerangka silika yang membantu spons kaca bertahan di kedalaman laut di Samudra Pasifik dan Hindia. Sistem ventilasi Gherkin juga terinspirasi dari cara spons menyaring air laut untuk mencari kandungan nutrisi.
Foto: Wikipedia/Public Domain
BIQ Algae House, Hamburg, Jerman
Kompleks apartemen lima lantai di Jerman utara ini dibangun pada tahun 2013 dan telah mengintegrasikan "benda hidup" ke dalam desainnya. Sebuah fasad bio-adaptif membantu memberikan keteduhan dan energi terbarukan pada bangunan. Dua sisi bangunan yang menghadap ke selatan ditopang oleh 129 bio-adaptif, panel kaca yang membentuk pertanian alga vertikal.
Tumbuhan alga yang membutuhkan proses fotosintesis untuk tumbuh ini dipanen dan disimpan ke dalam tangki di sebuah gedung, kemudian difermentasi dan digunakan untuk menghasilkan listrik. Selama musim panas, tumbuhan ini membantu menaungi jendela; pertumbuhan yang lebih lambat di musim dingin memberikan lebih banyak cahaya.
Foto: ChinaFotoPress/Getty Images
Museum Seni Milwaukee, Wisconsin, AS
Hasil karya arsitek Spanyol, Santiago Calatrava di galeri seni utama Milwaukee, selesai pada tahun 2001, bangunan dengan bentuk seperti haluan kapal sesuai dengan lokasinya yang berada di tepi danau. Atap bangunan ini terdiri dari 72 sirip baja yang dapat dibuka tutup. Ketika terpasang penuh, sirip tersebut memiliki lebar 66 meter.
Foto: Shawn Thew/dpa/picture-alliance
Burung yang sedang terbang
Calatrava ingin menggabungkan fitur perkotaan dan alam, seperti perahu dan layar yang sedang berkembang. Atap gedung yang tampilannya seperti sayap memiliki berat 90 ton dan membutuhkan waktu tiga setengah menit untuk buka tutup. Gerakan anggun buka tutup atap itu terinspirasi dari burung yang sedang terbang.
Foto: M. Varesvuo/WILDLIFE/picture alliance
Jendela kaca ramah burung
Ratusan juta burung mati setiap tahun saat menabrak jendela transparan. Perusahaan Jerman, Arnold Glas mengembangkan lembaran kaca isolasi dengan lapisan reflektif ultraviolet khusus yang hampir tidak terlihat oleh manusia, namun dapat membantu menjauhkan burung dari bahaya tabrakan dengan kaca.
Foto: Michael Probst/AP Photo/picture alliance
Jaring laba-laba
Kebanyakan burung dapat melihat cahaya dalam spektrum ultraviolet karena memiliki lebih banyak batang dan kerucut di matanya dibanding manusia. Kemampuan ini membantu mereka untuk membedakan dan menghindari daun saat terbang melintasi puncak pohon. Jaring laba-laba yang memantulkan sinar UV mampu membuat burung terbang ke arah yang lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Keramik dinding eksterior
Pada awal 1990-an, para peneliti di perusahaan produsen keramik Jepang Inax mengembangkan lapisan silika yang dapat diwarnai dengan cat pada dinding eksterior untuk membantu menjaganya tetap bersih. Silika, sebuah unsur alami yang ditemukan di tanah, membentuk tonjolan mikroskopis pada permukaan ubin.
Foto: The Yomiuri Shimbun/AP Images/picture alliance
Cangkang siput
Para peneliti mendapatkan ide dari hasil mengamati cangkang siput, yang memiliki pola tonjolan kecil. Permukaan yang tidak rata menciptakan genangan air kecil di cangkang siput yang pada akhirnya terbuang saat "mandi" berikutnya. (ha/vlz)
Foto: picture-alliance/chromorange/C. Eder
14 foto1 | 14
Gedung itu juga dibuat model digitalnya. Dan model itu akan membantu proses daur ulang dan 'upcycling' bahan-bahan yang sudah digunakan. Sandra Gritti dari EDGE Technologies mengatakan, "Jika gedung ini satu waktu nanti dirombak, mereka akan dengan mudah bisa menemukan informasi, apa yang bisa digunakan kembali, juga dijual kembali, sehingga mendapat hidup baru.”
Sandra Gritti mengatakan, EDGE ingin menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk hidup lebih berkelanjutan. "Orang bisa melihat tanaman juga bagian luar bangunan yang sekarang digunakan kembali sebagai lantai bangunan", jelasnya.
Ada banyak sekali elemen di bangunan itu, yang mereka gunakan untuk membuat orang lebih sadar akan keberlanjutan. Termasuk lewat makanan dan minuman, dan segalanya yang terjadi di sekitar sini. "Jadi orang tidak bisa mengelak dari menjadi bersifat berkelanjutan jika hidup di dalam gedung ini.” (ml/Inovator)