1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAmerika Serikat

Gelar KTT Ganda, Negara Barat Ingin Dekati ASEAN dan Afrika

16 Desember 2022

Uni Eropa dan AS menggiatkan diplomasi untuk mendekati negara-negara berkembang di Asia Tenggara dan Afrika. Dua KTT di Brussels dan Washington digelar ketika pengaruh Cina terus meluas di berbagai kawasan di dunia.

KTT UE-ASEAN
Pemimpin UE dan ASEAN di Brussels, Rabu (14/12)Foto: Geert Vanden Wijngaert/AP/picture alliance

Pada Rabu (14/12) silam, sebanyak 27 kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa menyambut pemimpin sepuluh negara ASEAN di Brussels. Pada saat yang sama di Washington, Presiden AS, Joe Biden, menjamu 45 pemimpin Afrika selama tiga hari. 

Di kedua kesempatan, negara-negara Barat menegaskan betapa pentingnya kemitraan dengan Asia dan Afrika. "Amerika Serikat mendukung sepenuhnya masa depan Afrika,” kata Biden. 

Aksi diplomatik tersebut dilancarkan di tengah pengaruh Cina yang menggurita. Betapapun, UE dan AS mewakili dua kawasan ekonomi paling kaya di Bumi, bersama ASEAN dan Afrika dengan dua miliar penduduknya.

Potensi yang diemban kedua KTT juga ditekankan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, di hadapan parlemen, Rabu (14/12) kemarin ."Secara keseluruhan sepuluh negara ASEAN memiliki 670 juta penduduk, sementara kita di UE punya 450 juta orang,” kata dia.

Presiden Joe Biden menjamu 49 negara anggota Uni Afrika di Washington, Kamis (15/12)Foto: Kevin Lamarque/REUTERS

Terjaga dari tidur panjang

Undangan Presiden Biden kepada delegasi 49 negara Uni Afrika, di antaranya 45 kepala negara dan pemerintahan Afrika, adalah KTT pertama yang digelar AS sejak 2014. Sebaliknya Cina mengundang pemimpun Afrika setiap tiga tahun sekali sejak lebih dari dua dekade silam. 

Alhasil, AS tertinggal dibandingkan Cina dalam neraca perdagangan. Menurut analisa Eurasia Group, nilai perdagangan AS dan Afrika antara 2002 hingga 2021 meningkat dari USD 21 miliar menjadi USD 64,3 miliar per tahun. Pada periode yang sama, volume perdagangan Cina-Afrika melonjak dari USD 12 miliar menjadi USD 254 miliar.

"KTT AS-Afrika sebab itu merupakan sinyal penting ke berbagai arah. Dengan Afrika, AS dan Barat misalnya ingin memperkuat kerja sama politik dan ekonomi,” kata Christoph Kannengießer, pakar ekonomi Afrika di Jerman.

Pesan lain menurutnya diarahkan kepada dunia korporasi dan mitra di sebrang Atlantik agar mendorong aliran investasi. " Sebab itu kami di Jerman berharap bisa juga menggelar KTT dengan Afrika dengan fokus utama ekonomi pada 2023,” imbuh Kannengießer.

Tebar pesona dengan mitra baru

Kanselir Scholz menggunakan istilah "penemuan kembali dunia” untuk menggambarkan upaya diplomasi AS dan Eropa merangkul belahan Bumi selatan. Sejak KTT G7 di Elmau, Jerman, dia sudah mencanangkan kerja sama yang lebih kuat dengan Indonesia, India, Argentina, Senegal dan Afrika Selatan.

"Kita tidak cuma harus mendiversifikasi rantai pasokan industri, tetapi juga memperkuat relasi dengan berbagai kawasan di dunia,” tutur Scholz, Rabu (14/12). Jerman menurutnya membutuhkan "kemitraan yang erat dan terpercaya, terutama dengan negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin dan Karibia.”

Hasilnya adalah tawaran kerja sama senilai sepuluh miliar Euro dari UE kepada ASEAN, antara lain untuk membiayai proyek infrastruktur ala Belt & Road Inisiative milik Cina. Hal serupa dijanjikan G7 kepada negara-negara berkembang. Vietnam misalnya mendapat 14,7 miliar Euro untuk membangun infrastruktur energi. Proyek serupa sedang dikerjakan di Indonesia dan Afrika Selatan.

"Jika Afrika berhasil,” kata Presiden Biden di KTT AS-Afrika, "Amerika Serikat pun ikut sukses, bahkan, seluruh dunia akan ikut merasakan sukses.”

rzn/hp (dpa,afp)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya