1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

Geliat Komunitas Yahudi yang Nyaris Musnah di Polandia

Sabine Oelze
7 Desember 2023

Krakow pernah jadi salah satu komunitas Yahudi terbesar di Polandia. Holocaust hampir memusnahkan seluruh komunitas ini. Kini, komunitas yang hanya berjarak satu jam perjalanan dari Auschwitz kembali berkembang.

Tradisi Yahudi dipertahankan di Pusat Komunitas Yahudi di Krakow, Polandia
Tradisi Yahudi dipertahankan di Pusat Komunitas Yahudi di Krakow, PolandiaFoto: Sabine Oelze/DW

"Membangun Masa Depan Yahudi di Krakow" demikian tulisan di spanduk yang tergantung di gerbang masuk Pusat Komunitas Yahudi di Distrik Kazimierz, Krakow, Polandia. Di hari Jumat, tepat sebelum Sabat, lebih dari 100 orang duduk di meja-meja meriah di JCC, sebutan untuk Pusat Komunitas Yahudi. Mereka menunggu waktunya ibadah berjamaah dan kembali merayakan Sabat.

JCC memandang diri mereka sebagai tempat terbuka dan nonreligius. Para tamu dari seluruh dunia pun berdatangan ke sini setiap Jumat malam. Ada yang memang keturunan Yahudi, ada pula mereka yang tertarik pada budaya, agama, dan tradisi Yahudi.

JCC didirikan tahun 2008 oleh Raja Inggris Charles III, yang saat itu masih berstatus pangeran. Menempati gedung baru yang luas, di sana ada jendela besar, ruangan terang, ruang untuk kelas memasak gratis, paduan suara, serta kelas bahasa Yiddish dan Ibrani. Bahkan ada pula taman kanak-kanak.

Pernah jadi komunitas Yahudi terbesar di Polandia

Sebelum pendudukan oleh tentara Nazi, Krakow adalah salah satu komunitas Yahudi terbesar di Polandia. Dari sekitar 65.000 orang Yahudi Krakow pada saat itu, hanya 50 orang yang selamat dari Holocaust dan masih tinggal, atau kembali hidup di sana. Sebagian besar korban yang selamat tidak pernah atau enggan kembali ke tempat keluarga, teman dan kerabat mereka dideportasi oleh Nazi dan dibunuh di kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau yang hanya berjarak 50 kilometer.

Fakta bahwa Kazimierz pernah menjadi rumah bagi banyak orang Yahudi dapat dilihat di banyaknya sinagoga, gedung sekolah, dan mikvah, serta pemandian Yahudi.

"Di sini, tempat budaya Yahudi telah tersingkir sepenuhnya, memelihara setiap akar Yahudi, tidak peduli seberapa kecilnya, sangatlah penting," kata Sebastian Rudol, wakil direktur JCC. 

Sebastian Rudol, Wakil Direktur Pusat Komunitas Yahudi (JCC) di KrakowFoto: Sabine Oelze/DW

Jumlah anggota komunitas ini pun terus bertambah, kata Rudol dengan nada puas. Generasi ketiga setelah Holocaust mengetahui asal muasal Yahudi mereka. "Banyak dari 800 anggota komunitas Yahudi di Krakow bukanlah Yahudi Ortodoks, melainkan orang-orang yang baru menyadari bahwa mereka memiliki identitas Yahudi karena keluarga mereka merahasiakannya selama bertahun-tahun."

Antisemitisme mencuri identitas Yahudi

Dampak antisemitisme adalah hilangnya identitas Yahudi beberapa dekade setelah peristiwa pembunuhan jutaan Yahudi, atau dikenal dengan nama Shoah. "Banyak yang mengetahui asal usul mereka secara kebetulan. Seseorang melakukan tes DNA atau menemukan nama mereka di suatu tempat di arsip online Yahudi."

JCC juga menerima pengungsi orang-orang Yahudi yang harus meninggalkan Ukraina. Para pengungsi menemukan titik kontak di JCC dan menerima sumbangan makanan dan pakaian. "JCC telah menerima lebih dari 200 orang Yahudi Ukraina."

Peduli terhadap penyintas Holocaust

Lalu bagaimana JCC merawat para penyintas Holocaust? "Mayoritas dari mereka mampir setiap hari," kata Rudol. Para penyintas pun berlatih untuk memperkuat ingatan mereka, untuk berbicara, untuk bernyanyi. Bernard Offen adalah tamu tetap di Shabbat.

Pria berusia 95 tahun dengan rambut abu-abu dan mata biru cerah ini mengatakan dia ingin menggunakan waktu yang tersisa untuk menyebarkan pengetahuannya tentang Holocaust. Sebagai bagian dari proses penyembuhan, ia kembali ke Polandia untuk pertama kalinya tahun 1981 untuk menghadapi masa lalu. 

Bernard Offen adalah saksi dari hal yang tak bisa terbayangkan itu. Ia dilahirkan tahun 1929 di Kraków-Podgórze, yang kemudian menjadi Ghetto Kraków. Dia selamat dari lima kamp konsentrasi: Plaszow, Julag, Mauthausen, Auschwitz-Birkenau dan subkamp Kaufering IV dari kamp konsentrasi Dachau, tempat dia dibebaskan oleh Amerika pada tahun 1945.

Ia rutin bertemu dengan kaum muda di ruang-ruang JCC. "Saya percaya bahwa penduduk Polandia, khususnya kaum muda, hanya mengetahui sedikit sekali tentang apa yang terjadi dalam Holocaust. Pertemuan-pertemuan di JCC ini bertujuan untuk mengerti kehidupan para penyintas, lebih daripada sekadar statistik. Ini tentang mendengar apa yang terjadi kepada saya, ayah saya, ibu saya dan saudara perempuan saya."

Lebih dari 50 orang di keluarganya dibunuh. Selain Bernard Offen, hanya dua saudara lelakinya yang selamat, yang ia temukan lagi di Italia setelah perang. 

Sinagoga Yahudi di Kazimierz, Krakau, adalah sinagoga tertua yang masih ada di PolandiaFoto: Daniel Kalker/picture alliance

Bernard Offen memutuskan untuk kembali tinggal di Krakow. JCC memberinya apartemen dan membantunya dalam kehidupan sehari-hari. Hanya ketika cuaca di musim dingin terasa terlalu dingin, barulah dia terbang ke AS untuk mengunjungi keluarganya.

"Saya bukan warga negara Polandia. Saya seorang Yahudi. Begitulah cara saya diperlakukan oleh umat Katolik di sini. Ada, dan masih ada, diskriminasi. Pesan saya adalah bahwa sebagai orang yang beragama, Anda tidak boleh membenci orang lain." JCC memang bukanlah pusat keagamaan, tapi ia gembira dengan fakta bahwa "mereka masih mempertahankan beberapa tradisi."

JCC mendapat dukungan dari Amerika

Ini bukan kelahiran kembali dari sebuah ketiadaan, tegas Sebastian Rudol. Yudaisme tidak pernah hilang sepenuhnya di Krakow. Namun hanya dukungan keuangan swasta dari AS yang memungkinkan kebangkitan kembali ini.

"Komite Yahudi di Amerika Serikat sangat tersentuh dengan ide tentang sebuah komunitas Yahudi di dekat Auschwitz." Selama bertahun-tahun, para penyintas Holocaust dan keturunan mereka berasumsi bahwa tidak ada lagi yang tersisa dari kehidupan Yahudi di Krakow kecuali "darah dan abu". Krakow memiliki tempat yang sangat istimewa di Polandia. Kota ini hanya berjarak satu jam perjalanan dari Kamp Auschwitz-Birkenau.

"Kami harus sangat aktif dalam mempromosikan apa yang kami lakukan di sini dan berbicara tentang kebangkitan Yahudi dan fakta bahwa di sini aman. Karena semakin banyak kita membicarakannya, semakin banyak orang yang akan mendengarnya dan mungkin memutuskan untuk datang ke sini," harap Rudol.

Bernard Offen membuktikan bahwa hal itu mungkin. Hari ini dia membawa orang-orang muda ke tempat ia pernah tinggal dan bertahan hidup. Baginya, JCC adalah "oasis kemanusiaan."

(ae/hp)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait