Gelombang gravitasi akhirnya berhasil dibuktikan. Fenomena berupa kerutan ruang waktu itu ternyata tidak cuma mengungkap peristiwa kosmik, tetapi juga membuka rahasia terdalam alam semesta.
Iklan
Ilmuwan di Hannover, Jerman, adalah yang pertama kali menganalisa data yang direkam oleh sebuah detektor di Amerika Serikat, yakni gelombang gravitasi. Karsten Danzmann dan timnya mengembangkan dan mengujicoba teknik pengukuran gelombang ajaib tersebut. Padahal detektor LIGO yang digunakan buat mengukur gelombang pertama terlihat sederhana. Kenapa selama ini sulit mendeteksi gelombang gravitasi?
Prof. Karsten Danzmann adalah direktur MPI Gravitasi Fisika di Universitas Leibniz: "Ide dasarnya sederhana. Bagaimana kita bisa membuktikan gelombang gravitasi? Kita harus mengukur ruang yang mengerut dan memuai. Dan bagaimana mengukur ruang yang mengerut? yaitu dengan mengukur panjangnya. Cuma saja kita harus mengukur panjang dengan sangat akurat. Karena gayanya terlalu kecil. Dan teknologi pengukuran menggunakan sinar laser ini baru saja kita miliki sejak beberapa tahun terakhir."
Di dalam kontainer tersimpan jantung detektor. Instalasi ini memancarkan sinar laser melalui kedua pipa panjang di bawah tanah. Pancarannya dipantulkan, lalu ditabrakkan satu sama lain. Seharusnya kedua gelombang cahaya saling mengeliminasi. Tapi jika cahaya berpendar, penyebabnya kemungkinan adalah gelombang gravitasi.
Gelombang Gravitasi Ungkap Rahasia Semesta
04:03
Sinyal pertama gelombang gravitasi terlihat biasa, tapi bagi Karsten Danzmann sinyal ini adalah segalanya. Menurutnya gelombang ini indah. Seperti yang digambarkan Albert Einstein. Gelombang gravitasi juga bisa didengar.
Terpaut lebih dari satu milyar tahun cahaya dari bumi ada dua lubang hitam yang saling berpusar dengan kecepatan luar biasa. Sekitar 200.000 kilometer per detik. Pada saat melebur, keduanya melepaskan momentum energi yang jumlahnya 50 kali lipat lebih besar dari seluruh alam semesta.
"Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa peristiwa kosmik paling dahsyat yang pernah dideteksi manusia ini gelap total. Ada 20 aktivitas buat mendeteksi sisa tabrakan dengan harapan bisa menemukan sinyalnya di sepanjang rentang spektrum elektromagnetik, dengan gelombang radio, radiasi rontgen, atau gelombang pendek. Tapi tidak ada," jelas Danzmann.
Tidak ada teleskop yang bisa merekam peristiwa meleburnya dua lubang hitam. Gelombang gravitasi diyakini akan membuka jendela baru ke alam semesta. Lebih dari 99 persen jagad raya tidak kasatmata. Sebab itu ilmuwan mengembangkan detektor yang lebih peka untuk bisa mendengar lebih jauh ke dalam kegelapan. Mereka bahkan merencanakan misi luar angkasa.
Apa Itu Gelombang Gravitasi?
Penemuan gelombang gravitasi membuka bab baru pengamatan alam semesta. Tapi bagaimana gelombang ajaib tersebut terbentuk dan kenapa penemuan ini menandai lompatan besar dalam dunia sains? Simak jawabannya berikut ini:
Foto: picture-alliance/dpa
Kerutan Ruang Waktu
Gelombang gravitasi diprediksi Albert Einstein seabad silam. Intinya, setiap gerakan obyek bermassa akan menimbulkan kerutan pada ruang waktu atau juga disebut gelombang gravitasi. Fenomena ini diamati oleh ilmuwan untuk pertamakali ketika dua lubang hitam bermassa 50 matahari saling berbenturan di jarak 1,3 milyar tahun cahaya dari Bumi.
Foto: S. Ossokine/A. Buonanno/Max-Planck-Institut für Gravitationsphysik/W. Benger/Airborne Hydro Mapping GmbH/dpa"
Mata Kedua
Ada dua cara buat mengamati alam semesta. Pertama, melalui gelombang elektromagnetik yang mencakup sinar gamma, sinar x, cahaya atau gelombang radio. Kedua, melalui gelombang gravitasi. Karena lubang hitam tidak memancarkan radiasi elektromagnetik, raksasa langit itu cuma bisa diamati lewat gelombang gravitasi. Menemukan gelombang ajaib itu berarti membuka jendela baru pengamatan luar angkasa
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hanschke
Jala Angkasa
Einstein mengatakan, ruang dan waktu bukan dimensi terpisah, melainkan sebuah kesatuan. Ia membayangkannya seperti sebuah jala multidimensi yang bersifat plastis, dapat melengkung atau mengerut bergantung pada massa benda yang ada di dalamnya. Semakin berat benda itu, semakin tajam pula lengkungannya. Ketika sebuah benda berakselerasi, ia akan menimbulkan gelombang seperti riak di permukaan air
Foto: picture-alliance/Wissen Media Verlag
Rahasia Gravitasi
Gravitasi tidak cuma memiliki gaya tarik, tetapi juga menyebabkan gangguan pada ruang waktu atau mengubah arah rambatan cahaya. Pada gambar ini misalnya gaya gravitasi yang dipancarkan sebuah lubang hitam mampu membelokkan cahaya yang dipancarkan galaksi di belakangnya. Lubang hitam juga menghentikan waktu dan dalam dimensi raksasa mampu memicu kerutan pada jala ruang waktu yang dapat dideteksi
Foto: cc-by-sa 2.0/Ute Kraus
Cahaya Murni
Untuk membuktikannya, ilmuwan mengembangkan interferometer yang bisa mendeteksi perubahan terkecil sekalipun. Alat tersebut berupa sinar laser yang dibagi dua sepanjang empat kilometer. Teorinya karena gelombang gravitasi menyebabkan kerutan pada ruang waktu, panjang sinar laser semestinya juga akan berubah, kendati perubahannya cuma berukuran seperseribu diameter sebuah inti atom.
Foto: Courtesy Caltech/MIT/LIGO Laboratory
Lubang Hitam
Berbekal penemuan tersebut, ilmuwan kini dapat mengamati fenomena lubang hitam di alam semesta dengan lebih akurat. Astronom malah membandingkan penemuan gelombang gravitasi dengan saat ketika Galileo pertama kali menggunakan teleskopnya. Energi yang dipancarkan benturan dua lubang hitam lewat radiasi gravitasi misalnya, tercatat lebih besar ketimbang semua energi yang diproduksi di jagad raya.
Foto: 2014 Warner Bros. Entertainment, Inc. and Paramount Pictures Corporation
Semesta yang Hilang
Pengetahuan mengenai gravitasi dapat membantu ilmuwan mengungkap misteri terbesar alam semesta, yakni partikel gelap. Partikel kasat mata ini bisa diamati dari gaya gravitasinya yang mempengaruhi pergerakan bintang di wilayah terluar galaksi. Diperkirakan 84,5% dari materi di alam semesta berupa materi gelap.
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
Misi tersebut berupa tiga satelit yang saling memancarkan sinar laser dalam jarak lima juta kilometer. Ilmuwan akan mengawasi jarak antara satelit dengan akurat untuk mendeteksi gelombang gravitasi. Dengan itu, kata Karsten Danzamnn, ilmuwan bisa mendengar lubang hitam di seluruh semesta. Dan bahkan mungkin menangkap gelombang gravitasi dari dentuman besar yang membentuk alam semesta. Tapi kenapa ilmuwan ingin mengungkap rahasia gelombang gravitasi?
Prof. Karsten Danzmann: "Untuk mengetahui bagaimana segalanya tercipta, dari mana asalnya. Saya tidak tahu, manusia sepertinya dilahirkan dengan keinginan besar untuk mengetahui segalanya. Seperti pengetahuan tentang garis keturunan. Itu juga tidak berguna. Tapi tetap ada banyak orang yang ingin mengetahui siapa nenek moyangnya. Jadi seperti mencari garis keturunan kosmik untuk mengungkap rahasia dentuman besar"
Sampai mereka bisa meneliti dentuman besar dengan seksama, mereka harus menempuh jalan panjang terlebih dahulu. Karena baru pada tahun 2028 detektor luar angkasa yang mereka kembangkan bisa difungsikan.
Cornelia Borrmann (vlz/as)
7 Misteri Iptek Yang Belum Terpecahkan
Para ilmuwan sejak lama berusaha memecahkan sejumlah misteri ilmu pengetahuan yang ternyata hingga kini tetap belum terpecahkan. 7 diantara misteri sains yang masih dilacak jawabannya.
Foto: Fotolia/Noel Powell
Materi Lebih Banyak dari Anti Materi?
Berdasar ilmu fisika partikel yang dipahami saat ini, jumlah materi dan anti materi seharusnya seimbang dan jika bertemu akan saling memusnahkan. Tapi faktanya jumlah materi lebih banyak dari anti materi. Buktinya adalah milyaran galaksi dan trilyunan bintang di jagad raya yang tersusun dari materi. Hingga kini masih diteliti mengapa jumlah anti materi lebih sedikit dari materi?
Foto: picture alliance/dpa
Apa Penyusun Materi Gelap?
Lebih 80 persen massa di jagad raya tidak kasat mata dan disebut materi gelap. Para ilmuwan hingga kini belum mengetahui komposisi materi yang tidak memancarkan cahaya itu. Sejak ditemukan indikasinya 60 tahun lalu, hingga kini tidak ada bukti langsung eksistensi materi gelap ini. Artinya tidak ada yang tahu persis bagaimana komposisi materi gelap tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Apa Energi Gelap itu?
Energi gelap menjadi misteri yang lebih besar dibanding materi gelap. Energi gelap diyakini mencakup lebih 70 persen dari seluruh energi di alam semesta dan diduga merupakan implikasi dari ekspansi jagad raya. Dipertanyakan apakah energinya konstan atau berfluktuasi mengikuti ekspansi alam semesta? Tersusun dari apa? Mengapa terindikasi kerapatannya mirip dengan densitas materi?
Foto: Zosia Rostomian, LBNL; Nic Ross, BOSS Lyman-alpha team, LBNL; and Springel et al, Virgo Consortium and the Max Planck Institute for Astrophysics
Adakah Makhluk Cerdas Lain?
Apakah manusia satu-satunya makhluk cerdas di jagad raya? Alam semesta kasat mata, diameternya sekitar 92 tahun cahaya dan berisi milyaran galaksi, bintang dan planet, tapi tidak ada pertanda eksistensi makhluk cerdas lain. Atau “alien” itu sejak lama telah berkunjung ke bumi, cuma kita tidak tahu atau mereka tidak mau menjalin kontak?
Foto: picture-alliance/dpa
Bagaimana Kehidupan Muncul?
Misteri lain yang terkait erat dengan manusia adalah, bagaimana kehidupan muncul? Dari mana asal usul kehidupan di bumi? Mengapa di bumi? Banyak teori dilontarkan, mulai dari model adonan purba yang berkembang mejadi molekul kompleks yang punya DNA hingga teori kehidupan berupa mikroba yang terbawa komet atau meteorit. Tapi semua itu tidak menjawab pertanyaan bagaiama kehidupan bisa terjadi?
Foto: Fotolia/Gernot Krautberger
Bagaimana Mekanisme Gravitasi?
Semua tahu, gravitasi dari bulan membuat siklus pasang dan surut laut di bumi. Gravitasi bumi membuat manusia tetap berada di permukannya dan gravitasi matahari membuat bumi stabil di orbitnya. Tapi para ilmuwan hingga kini masih belum dapat memastikan, bagaimana cara kerja gravitasi itu. Mengapa gaya yang menjaga stabilitas atom beda dengan gaya tarik bumi? Apakah gravitasi itu partikel?
Foto: NASA
Bagaimana Cara Kerja Lempeng Tektonik?
Kita juga tahu, pergerakan lempeng tektonik memicu gempa, aktivitas gunung api, membentuk benua dan gunung, tapi para ilmuwan belum tahu sepenuhnya mekanisme gerakan lempeng ini. Alfred Wegener saat melontarkan teorinya tahun 1932 ditertawakan banyak ilmuwan, dan baru 1960 teori dapat dibuktikan. Tapi hingga kini masih jadi misteri, apa pemicu gerakan ini dan bagaimana batas lempengan tercipta.