Gelombang Panas Ciptakan Kekeringan di Asia Tenggara
16 Juni 2023
Vietnam dan negara lain di Basin Mekong mencatatkan rekor suhu udara yang melampaui 40 derajat Celcius. Kekeringan bahkan sudah mengintai sejak peralihan musim Mei lalu.
Iklan
Di tepi sebuah danau penampungan yang menyuapi bendungan terbesar Vietnam, Dang Thi Phuong menunjuk ke sebuah retakan tanah, di mana ikan-ikan dulunya bersarang. Belakangan, muka air danau menyusut tajam didera serangkaian gelombang panas, dengan rekor suhu tertinggi dicatat pada Mei silam.
Kekeringan mengancam sungai-sungai dan bendungan di utara Vietnam yang sejatinya kaya air. Fenomena ini ikut membebani warga lokal yang mencari nafkah dari perikanan.
Di bendungan Thac Ba di Provinsi Yen Bai, 160 kilometer di utara Hanoi, ketinggian air di danau penampungan sudah menyentuh level terendah sejak 20 tahun terakhir, menurut laporan media-media lokal.
Situasi yang lebih menggenaskan bisa ditemui pada Sungai Merah yang ikut mengairi Thac Ba. Sungai itu dikabarkan hanya tinggal genangan air di antara lumpuran berbatu.
"Biasanya, saya menghasilkan hingga tiga juta dong (setara Rp. 1,8 juta) per bulan dari menangkap ikan di danau, tapi sekarang tidak ada yang bisa saya tangkap,” kata Phuong, 42, yang menambahkan betapa kekeringan dan gelombang panas juga menyulitkan kerbau dan hewan lain.
Dia juga khawatir, kekeringan bisa mengancam pasokan air irigasi untuk sawah dan kebun, yang berpotensi memicu kerawanan pangan.
"Kami menggunakan air dari sumur terdekat untuk mengairi sawah. Tahun ini, mata airnya mengering. Jadi kalau situasinya berlanjut seperti sekarang, saya takut kami tidak lagi punya air untuk kebutuhan sehari-hari,” kata dia kepada AFP.
Explainer: Kekeringan di Eropa
01:24
Musim gelombang panas di Asia Tenggara
Bulan April dan Mei biasanya tercatat sebagai musim paling panas di Asia Tenggara. Temperatur cenderung melonjak yang diiringi tingkat kelembapan tinggi selama peralihan antara musim hujan dan kemarau.
Pada pertengahan April silam, Thailand mencatatkan suhu setinggi 45,4 derajat Celcius, ketika Laos didera temperatur 43,5 derajat Celcius selama dua hari di bulan Mei. Rekor suhu panas di Vietnam terpecahkan pada awal Mei dengan 44,2 derajat Celcius, menurut catatan meteorologi yang dilansir CNN.
Gelombang panas di bulan Mei juga mencatatkan rekor temperatur di belahan dunia lain, yakni Cina, Eropa, Amerika Serikat dan Meksiko.
Fenomena ini sudah diperingatkan oleh Panel Iklim PBB (IPCC), yang melaporkan dengan keniscayaan tinggi, betapa periode 2023-2027 akan dicatat sebagai periode lima tahunan paling panas dalam sejarah pencatatan cuaca.
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
Penyebabnya adalah peningkatan level gas rumah kaca di atmosfer akibat pembakaran energi fossil dan menguatnya fenomena el-Nino yang ditandai oleh temperatur tinggi.
Laporan terbaru IPCC mewanti-wanti terhadap "setiap jengkal peningkatan pada pemanasan global yang mampu memperparah dan menggandakan ancaman bencana.”
Iklan
Krisis energi di Vietnam
Kekeringan saat ini pun sudah melumpuhkan sejumlah pembangkit air di Asia tenggara, termasuk Vietnam.
Krisis energi yang mengintai dari bendungan-bendungan di utara mendorong pemerintah di Hanoi untuk menghemat listrik.
Namun langkah itu belum mampu membantu nelayan di Provinsi Yen Bai yang mengeluhkan hilangnya mata pencaharian. "Kekeringan separah ini sudah pernah saya alami di masa lalu,” kata nelayan berusia 60 tahun, Hoang Van Tien, "tapi tidak sepanas seperti sekarang ini,” tukasnya.
"Sekarang, bahkan suhunya terlalu panas bagi kami untuk pergi ke danau dan memancing. Mataharinya terlalu terik. Saya duduk di dalam sampan dengan topi di kepala, tapi panas memantul di permukaan air dan membakar kulit saya.”