1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gelombang Pengungsi Afrika di Lampedusa

10 Oktober 2008

Sejak beberapa hari, pulau Lampedusa harus menampung pendatang yang kian membengkak. Dalam 24 jam terakhir, lebih dari 1000 pengungsi mendarat di pantai pulau milik Italia ini.

Pengungsi dari benua Afrika pindah ke kapal polisi pengawas pesisir ItaliaFoto: picture-alliance/ dpa

Tahun ini Laut Mediterania menunjukan wayah yang bersahabat, tak banyak ombak tinggi meskipun cuaca tak selalu bagus. Tenangnya laut Mediterania bulan ini merupakan berkah bagi ratusan penduduk asal Afrika, karena memuluskan pelayaran mereka menuju Eropa. Pada hari Kamis (09/10), sedikitnya empat kapal dengan jumlah total sekitar 400 pengungsi mendarat di Italia Selatan. Begitu ungkap komandan polisi penjaga pesisir kepulauan Pelagia.

Hari Selasa lalu di Lampedusa, pulau terbesar kepulauan Pelagia, lebih dari 1000 orang datang ke kamp pengungsi di situ. Jauh melampaui batas jumlah orang yang dapat dilayani oleh para petugasnya. Untuk mengatasinya polisi penjaga pesisir Italia dikerahkan dalam aksi besar-besaran.

Komandan pasukan, Letnan Achille Selleri menjelaskan: “Tentu saja ini merupakan aksi khusus, ini bantuan untuk ratusan orang yang dengan kapal-kapal kecil, yang kelewat penuh muatan, telah memberanikan diri untuk menyebrangi lautan luas.” Menurut Achille Selleri, kapal-kapal pengungsi itu sama sekali tak layak untuk dipakai di lautan luas dan perjalanan para penumpangnya penuh mara bahaya. Oleh karena itu kini, kapal penjaga pesisir Italia tidak hanya diawaki tim polisi, melainkan juga seorang dokter dan petugas penyelamat dari layanan bantuan Malteser.

Pulau Lampedusa tak memiliki rumah sakit. Namun di pelabuhan beberapa dokter dari organisasi Dokter Lintas Batas Negara memberikan layanan kepada pengungsi. Menurut Marinella Cantacalice, yang mengkoordinasinya semakin banyak pengungsi gelap, tanpa dokumen, yang tiba dalam kondisi kesehatan buruk. Ia mengatakan: “Seringkali ada yang terluka, terbakar, lemah atau sakit akibat tidak cukup minum. Selain itu, kini semakin banyak perempuan hamil yang ikut. Padahal mereka tahu bahwa perjalanan ini berbahaya.”

Menurut organisasi Doktor Lintas Batas Negara, jumlah perempuan yang mengungsi melebihi 12 persen dari sekitar 20.000 pengungsi yang tahun ini berhasil mencapai pulau Lampedusa. Saat ini, sekitar 1500 pengungsi menetap di kamp penampungan modern di pulau Lampedusa itu. Padahal resminya kapasitas kamp ini hanya 700 orang.

Walikota Lampedusa, Bernardino de Rubeis mengetahui bagaimana kondisi di kamp itu saat ini. Ia sering berkunjung ke sana. Dua kali lipat kapasitas berarti, ruang mandi yang bau pesing, sampah di mana-mana dan kebersihan yang tak terjaga.

Banyak pengungsi yang terpaksa tidur dan makan persis di sebelah tempat pembuangan sampah. Begitu tutur de Rubeis, yang mengupayakan agar sebagian pengungsi itu bisa diterbangkan di kamp pengungsi lain. Namun de Rubeis khawatir, tenangnya laut Mediterania merupakan pertanda bahwa gelombang pengungsi yang datang bulan ini akan semakin besar dan sering. (ek)