1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Migrasi

Gelombang Pengungsi Diperkirakan Kembali Masuki Eropa

2 Maret 2020

Ribuan pengungsi kembali berusaha melintasi perbatasan Turki-Yunani. Dan mereka ingin masuk ke wilayah Eropa, benua yang diharapkan memberikan kehidupan lebih baik.

Massa pengungsi di perbatasan Turki-Yunani
Foto: Imago Images/Depo Photos/E. Corut

Menurut badan penjaga pantai dan perbatasan Eropa, Frontex, situasi di perbatasan Turki-Yunani akan meningkat tajam dalam beberapa hari mendatang.

"Akan sulit untuk menghentikan arus massa yang telah dalam perjalanan," demikian menurut laporan internal oleh badan penjaga perbatasan, seperti dikutip oleh harian Jerman, Die Welt. "Karena itu, dalam jangka pendek, dalam beberapa hari mendatang, tekanan diperkirakan akan meningkat - bahkan jika pemerintah Turki melakukan tindakan untuk mencegah massa menyeberangi perbatasan."

PBB perkirakan ada sedikitnya 13.000 orang

Menyusul pengumuman Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membuka perbatasan ke Uni Eropa (UE), ribuan pengungsi diberitakan telah berusaha memasuki wilayah Eropa Barat.

Menurut PBB, sekitar 13.000 perempuan, laki-laki dan anak-anak saat ini berada di perbatasan antara Turki dan Yunani dan menderita kedinginan. Turki telah menyatakan pada akhir pekan bahwa sebagian besar dari mereka telah melintasi perbatasan.

Frontex menyatakan tingkat kesiagaan di sepanjang perbatasan Uni Eropa dengan Turki saat ini berada dalam level yang "tinggi". Yunani juga semakin memperkuat unit pengamanan di sepanjang perbatasan dengan Turki - dan menyatakan tingkat kesiagaan tertinggi di perbatasannya. Pemerintah di Athena juga menuduh Turki telah memberikan informasi yang salah kepada para pengungsi agar mereka bergerak menuju Yunani dan Uni Eropa.

Pada hari Minggu (01/03), polisi Yunani  diberitakan menggunakan water cannon dan gas air mata untuk mencegah orang-orang melintasi perbatasan. Menurut laporan media, para pengungsi membalas dengan melemparkan batu dan benda lain ke arah polisi. 

Bentrok antara pihak keamanan dan pengungsi di perbatasan Turki-Yunani pada Minggu (01/03).Foto: picture-alliance/AA/A. Hudaverdi Yaman

"Berita yang beredar di media sosial meningkatkan kemungkinan adanya pergerakan massa dari Turki ke perbatasan Uni Eropa," kata laporan Frontex.

Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis mengatakan negaranya tidak akan menerima permohonan suaka baru dalam sebulan ini. Selain itu, Sejak Minggu malam, baik militer maupun kepolisian Yunani juga berada dalam tingkat siaga tertinggi, demikian menurut juru bicara pemerintah Yunani di televisi milik pemerintah.

"Bencana kemanusiaan"

Komisaris Migrasi Uni Eropa, Margaritis Schinas, diperkirakan tiba di Berlin pada hari Senin (02/03) untuk membahas masalah ini. Diharapkan juga akan ada koordinasi antara menteri dalam negeri dan luar negeri di tingkat Eropa pada minggu ini. Seorang juru bicara Uni Eropa mengatakan, Brussel terus berhubungan dengan pihak berwenang Turki.

Turki telah menampung sekitar 3,6 juta pengungsi dari Suriah. Dalam perjanjian terkait pengungsi dengan Uni Eropa pada tahun 2016, Turki sebenarnya setuju untuk menangani migrasi ilegal. Perjanjian tersebut juga menetapkan bahwa Uni Eropa dapat mengirim kembali semua pengungsi dan imigran yang secara ilegal datang ke pulau-pulau milik Yunani lewat Turki. Sebagai imbalannya, Uni Eropa secara teratur menerima pengungsi Suriah dari Turki.

Perdana Menteri Bulgaria, Boiko Borissow berencana untuk melakukan perjalanan ke Ankara, Turki, hari Senin (02/03) untuk berbicara dengan Presiden Erdogan tentang situasi di Suriah dan pergerakan pengungsi.

Sementara anggota Partai Hijau Jerman, Katrin Göring-Eckardt, mengatakan Jerman dapat menerima lebih banyak pengungsi. Dia mengatakan kepada harian Saarbrücker Zeitung bahwa ada banyak kota yang memiliki kapasitas dan siap menerima lebih banyak pengungsi. "Kita harus menggunakannya."

ae/ap (dpa, afp, epd)