Strategi baru Islamic State dengan memanfaatkan individu tanpa afiliasi apapun untuk menjalankan serangan teror membuat Eropa kalang kabut. Pengamat meyakini gelombang teror belum akan berakhir.
Iklan
Eropa tidak habis-habisnya didera serangan teror. Terakhir dua simpatisan Islamic State membunuh seorang pendeta di Normandy, Perancis, dan menyandera jemaat saat misa di pagi hari.
Presiden Francois Hollande menyebut serangan tersebut "pembunuhan oleh pengecut" dan Perancis akan memerangi ISIS "dengan segara cara". Bahkan Paus Fransiscus meratapi "horor" yang ditimbulkan oleh tindak "kekerasan absurd."
Serangan di Perancis bernilai simbolik. Kota Saint-Etienne-du Rouvray selama ini dikenal tenang dan berada di luar radar terorisme. Maka serangan ISIS dianggap membawa pesan horor, bahwa tidak ada lagi tempat yang aman dari kejaran kelompok teror tersebut.
Pakar terorisme meyakini gelombang serangan teror di Eropa belum akan berakhir. "Skenario ini sudah diramalkan sejak lama," kata Rick Nelson, Analis dari Center for Strategic and International Studies kepada USA Today. "Saya tidak melihat fenomena ini akan mereda."
Hal serupa diungkapkan pengamat senior terorisme Israel, Boaz Ganor. Gelombang jihad di Eropa "sayangnya belum mencapai puncaknya," ujar pendiri dan direktur International Institute for Counter-Terrorism di Herzliya kepada Jerusalem Post.
"Masyarakat Eropa belum terbiasa dengan fenomena ini," tuturnya. "Serangan semacam itu terinspirasi oleh ISIS, tapi pelakunya tidak serta merta aktif secara operasional atau disokong secara langsung oleh ISIS."
ISIS diyakini menerapkan taktik baru di Eropa. Dengan mengorbankan efektifitas, ISIS bisa menggandakan jumlah serangan di Eropa. Terlebih kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu membidik negara-negara yang bernilai simbolik tinggi, seperti Perancis, Jerman, Inggris atau Italia.
Selasa (27/7) kepolisian Italia menangkap dua pria asal Maroko yang diduga kuat menyebarkan propaganda Islamic State lewat media sosial. Kedua tersangka memiliki catatan kriminal seputar perdagangan obat bius. Belum jelas apakah pelaku termasuk dalam sel teror ISIS di Eropa, atau cuma sekedar simpatisan tanpa afiliasi apapun.
Perancis adalah negara yang paling sering dibidik kelompok teror Islamic State. Sejak serangan mematikan di Paris, November silam, hampir 250 orang tewas akibat teror di Perancis.
Inilah Sumber Keuangan ISIS
Sumber utama keuangan ISIS adalah penjualan minyak, penjarahan bank, pajak dari rakyat di daerah pendudukan dan penjualan barang antik. Dengan kekayaan 2 milyar Dolar ISIS bisa bertahan 2 tahun jika jalur dana diputus.
Foto: picture alliance/abaca
Penjualan Minyak Illegal
Sumber utama pemasukan ISIS adalah dari penjualan minyak ilegal. ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak penting di Suriah dan Irak. Sudah jadi rahasia umum jalur penyelundupannya adalah lewat Turki. Pentagon menaksir tiap bulan ISIS meraup omset 40 juta Dolar dari pasar gelap minyak.
Foto: Getty Images/J. Moore
Penjarahan Bank
ISIS selalu menjarah bank-bank di kawasan yang mereka rebut di Suriah dan Irak. Pemerintah Amerika menaksir antara 500 juta hingga satu milyar Dolar berhasil diraup ISIS dari bank-bank tersebut. Saat menaklukkan kota Mossul di utara Irak, dilaporkan 420 juta Dolar raib dijarah. Jumlah ini cukup buat membayar gaji 50.000 jihadis selama setahun.
Foto: Getty Images/S. Platt
Pajak dan Pemerasan
8 juta rakyat di kawasan kekuasaan ISIS harus membayar pajak Antara 5 sampai 15 persen dari pendapatan. Pemerintah Jerman melaporkan, ISIS juga terapkan pajak khusus bagi warga non Muslim. Juga perusahaan di kawasan taklukan harus membayar rutin sejumlah uang perlindungan.
Foto: DW/Andreas Stahl
Penjualan Barang Antik
Para "jihadis" biasa mempropagandakan aksi menghancurkan berhala dari kota-kota antik yang dikuasai ISIS. Tapi barang antik berharga tinggi biasanya diamankan dan diselundupkan untuk dijual di pasar gelap. Juga banyak artefak temuan arkeolog yang disita dan dijual di pasar gelap. Sejauh ini tidak ada angka pasti omset penjualannya.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Penculikan dan Uang Tebusan
Penculikan dan permintaan uang tebusan, ibarat pisau bermata dua bagi ISIS. Di satu sisi sumber pemasukan, dan di sisi lain propaganda teror. ISIS diyakini kantungi puluhan juta Dolar uang tebusan. Sandera yang punya efek propaganda besar, biasanya dieksekusi dan videonya ditayangkan lewat Internet. Dengan sekali pukul, ISIS mencapai dua sasaran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sumbangan
Simpatisan ISIS cukup banyak tersebar di mana-mana dan menyumbang dana bagi kelompok teror ini. Total sumbangannya ditaksir 40 juta Dolar pertahun. Lembaga riset terorisme internasional melaporkan, kasus tertinggi dipegang Arab Saudi, yang sejak 2010 menghukum 860 orang dengan tuduhan membiayai teror. Posisi kedua diduduki AS dengan 100 vonis.