Gempa 5,5 Skala Richter Guncang Bali, Tidak Ada Korban
22 Maret 2017
Banyak wisatawan kaget dan berlarian ke luar dari penginapannya. Sejauh ini tidak ada laporan tentang korban jiwa atau cidera. Situasi saat ini sudah normal lagi.
Iklan
Gempa bumi melanda Bali hari Rabu pagi (22/3) sekitar pukul 7 pagi. Menurut keterangan United States Geological Survey, gempa itu berkekuatan 5,5 skala Richter dengan pusat gempa sekitar 10 kilometer dari Denpasar pada kedalaman 118 kilometer.
Saksi mata mengatakan banyak warga dan wisatawan berlarian keluar dari rumah penginapan dan hotel mereka menuju tempat yang lebih tinggi. Tetapi situasi kembali normal setelah tersebar pesan teks yang menyatakan gempa itu tidak berpotensi memicu tsunami.
Sejauh ini tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau cidera. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa dengan kekuatan 6,4 skala Richter. Guncangan keras juga terasa di wilayah Nusa Tenggara Barat. Tidak ada bahaya tsunami karena pusat gempa berada begitu dalam, kata BMKG.
Wisatawan panik
"Puluhan tamu kami berlari keluar dari kamar ketika gempa terjadi," kata Nyoman Pasek, staf Hotel Sayang Maha Mertha di Kuta kepada kantor berita AFP.
Carla Beharry menulis di akun Twitternya: "Ini adalah GEMPA terbesar yang pernah saya alami, pagi ini di Bali."
Penduduk setempat mengatakan, gempa singkat itu juga menyebabkan kepanikan di Pulau Lombok.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, gempa itu terasa kuat di Denpasar selama lima detik.
Indonesia berada di wilayah yang disebut Cincin Api (Ring of Fire) Pasifik, di mana beberapa lempeng tektonik bertumbukan dan menyebabkan aktivitas seismik dan gunung berapi sering terjadi.
Desember 2004, sebuah gempa bumi besar melanda pulau Sumatera bagian Utara dan memicu tsunami hebat yang menewaskan 230.000 orang di berbagai negara. Korban terbanyak berada di Aceh. Tsunami itu juga menghancurkan kawasan luas di kota Banda Aceh yang berada di tepi pantai.
Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang
Aceh adalah kawasan yang terparah diterjang tsunami 2004. Masyarakat internasional langsung menyalurkan bantuan. Bagaimana kemajuan pembangunan di sana? Bandingkan foto dulu dan sekarang.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Paling parah
Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatra adalah kawasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas di kawasan ini saja. Gambar ini diambil 8 Januari 2005 di Banda Aceh, dua minggu setelah amukan tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Rekonstruksi
Sepuluh tahun kemudian, Banda Aceh bangkit kembali. Jalan-jalan, jembatan, pelabuhan sudah dibangun lagi. Bank Dunia menyebut Aceh sebagai "upaya pembangunan kembali yang paling berhasil". Gambar ibukota provinsi Aceh ini dbuat Desember 2014.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pengungsi
Setelah diguncang gempa berkekuatan 9,1 skala Richter dan diterjang gelombang raksasa yang tingginya lebih sepuluh meter, banyak penduduk Aceh jadi pengungsi. Di seluruh Asia Tenggara, 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Gambar ini menunjukkan penduduk yang melihat puing-puing rumahnya beberapa hari setelah bencana tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun kembali
Bencana tsunami Natal 2004 mengundang perhatian besar warga dunia yang ramai-ramai memberikan bantuan. Banyak bangunan yang akhirnya diperbaiki, banyak kawasan yang berhasil dibangun kembali. Gambar ini dibuat Desember 2014 di Lampulo, Banda Aceh. "Kapal di atas rumah" jadi peringatan tentang peristiwa mengerikan itu.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Kehancuran di sekitar Masjid
Gelombang raksasa yang melanda Aceh menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan mengakibatkan kerusakan parah. Gambar ini dibuat Januari 2005 dan menunjukkan kawasan Lampuuk di Banda Aceh yang hancur, kecuali Masjid yang bertahan dari terjangan air.
Foto: AFP/Getty Images/Joel Sagget
Sepuluh tahun kemudian
Masjid di Lampuuk dipugar dan kawasan sekitarnya dibenahi. Rumah-rumah penduduk dibangun kembali di sekitar Masjid. Gambar ini diambil sepuluh tahun setelah kehancuran akibat tsunami.
Foto: AFP/Getty Images/Chaideer Mahyuddin
Gempa bumi hebat
Sebelum tsunami muncul, gempa hebat mengguncang kawasan utara Sumatra, 26 Desember 2004. Gempa itu memicu munculnya gelombang raksasa yang mencapai sedikitnya 11 negara, termasuk Australia dan Tanzania. Gambar ini menunjukkan kerusakan di Banda Aceh.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun lebih baik setelah perdamaian
Bantuan internasional yang berdatangan ke Aceh membuka peluang bagi masyarakat membangun kembali kawasannya dengan lebih baik. Tahun 2005, perundingan antara pemerintah Indonesia dan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghasilkan kesepakatan damai, setelah ada mediasi dari Eropa.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pemandangan mengerikan
Jurnalis AS Kira Kay menuliskan pengalamannya ketika tiba di Banda Aceh setelah tsunami: "Mayat-mayat bergelimpangan, terkubur di bawah reruntuhan. Lalu mayat-mayat itu diangkut dengan truk ke lokasi penguburan massal. Bau mayat menyengat". Gambar ini menunjukkan suasana Masjid Raya di Banda Aceh setelah tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Masjid Raya
Suasana Masjid Raya sekarang. Aceh kini menikmati status sebagai daerah otonomi khusus, dengan wewenang luas melakukan pemerintahan sendiri. Berdasarkan kewenangan itu, Aceh kini menyebut dirinya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan memberlakukan Syariat Islam.