1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaFilipina

Gempa 6.9 M Guncang Filipina, Tewaskan Setidaknya 69 Jiwa

Sorta Caroline AFP, Reuters
1 Oktober 2025

Jumlah korban diperkirakan masih akan terus meningkat, ketika tim penyelamat kesulitan melakukan evakuasi. Bencana di pesisir Pulau Cebu ini adalah gempa terbesar selama satu dekade terakhir di Filipina.

Beberapa petugas penyelamat berdiri di depan bangunan yang rusak akibat gempa berkekuatan 6,9 skala Richter di Daanbantayan, Provinsi Cebu, Filipina, 1 Oktober 2025.
Kerusakan setelah gempa berskala 6.9 Richter mengguncang Provinsi CebuFoto: Municipality of Daanbantayan/REUTERS

Gempa bermagnitudo 6.9 pada skala Richter mengguncang Filipina menewaskan 69 orang dan lebih dari 150 orang terluka, berdasarkan informasi badan penanggulangan negara tersebut pada Rabu (1/10) pagi.

Jumlah korban jiwa diperkirakan bakal bertambah akibat terputusnya akses jalan dan jembatan yang menghambat upaya penyelamatan.

"Kami masih dalam jam-jam kritis operasi pencarian dan penyelamatan,” kata Bernardo Rafaelito Alejandro IV, Wakil Administrasi Badan Penanggulangan Bencana, dalam konferensi pers. "Masih banyak laporan tentang orang-orang yang terjepit atau tertimpa puing-puing.”

Kota San Remigio dan Medelin yang terletak di barat laut Pulau Cebu juga turut terdampak parah.Foto: Alan Tangcawan/AFP/Getty Images

Tim penyelamat bergegas mencari korban selamat pada Rabu (1/10) dini hari. Pasukan militer, polisi, dan relawan sipil menggunakan oleh ekskavator dan anjing pelacak melakukan pencarian dari rumah ke rumah guna menemukan korban selamat.

Pemerintah Filipina sedang mempertimbangkan untuk meminta bantuan dari pemerintah asing berdasarkan penilaian kerusakan cepat yang sedang berlangsung, jelas Alejandro.

Pusat gempa terletak sekitar 17 kilometer di sebelah timur laut kota Bogo, kota pesisir dengan populasi sekitar 90.000 orang di Provinsi Cebu.  

Gempa ini dipicu pergerakan garis patahan bawah laut pada kedalaman dangkal sekitar 10 kilometer. Sejak gempa yang mengguncang sekitar pukul 10 malam waktu setempat, rumah sakit Kota Bogo kewalahan menangani jumlah korban. Bencanaini adalah gempa terbesar yang terjadi satu dekade terakhir di jantung negeri kepulauan tersebut.

Penduduk di Provinsi Cebu mengungsi ke luar bangunan usai gempa, Selasa (30/9).Foto: Alan Tangcawan/AFP/Getty Images

Setelah gempa terjadi, Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PHIVOLCS) sempat mengeluarkan peringatan tsunami dan mengimbau masyarakat untuk menjauhi garis pantai Cebu serta wilayah timur laut Provinsi Leyte dan Biliran, karena kemungkinan muncul gelombang setinggi 1 meter. Namun imbauan tersebut dicabut tiga jam kemudian.

Hingga kini, masih banyak warga yang memilih bermalam di lapangan rumput terbuka atau taman meski diguyur hujan lebat.

Kota San Remigio dan Medelin yang terletak di barat laut Pulau Cebu juga turut terdampak parah dari gempa ini. Wakil Wali Kota Alfie Reynes meminta agar bantuan makanan dan air bagi para pengungsi, serta peralatan berat untuk membantu tim pencarian dan penyelamatan disalurkan dengan cepat.

"Sedang turun hujan lebat dan tidak ada listrik, jadi kami benar-benar membutuhkan bantuan, terutama di bagian utara karena terjadi kekurangan air setelah jalur pasokan rusak akibat gempa,” kata Reynes kepada radio DZMM.

Korban gempa mendapat bantuan darurat di luar rumah sakit di Bogo City, Rabu (1/10).Foto: Ted Aljibe/AFP/Getty Images

Hantaman setelah Badai Tropis

Cebu dan provinsi lainnya masih dalam masa pemulihan dari SIklon Bualoi yang menghantam wilayah tengah pada Jumat pekan lalu, dan menewaskan sedikitnya 27 orang. Sebagian besar korban meninggal dunia karena tenggelam dan tertimpa pohon tumbang. Pemadaman listrik di seluruh kota membuat puluhan ribu orang mengungsi.

Sekolah dan kantor pemerintahan ditutup di kota dan kabupaten yang terdampak gempa sementara keamanan bangunan diperiksa.

Lebih dari 600 gempa susulan terdeteksi setelah guncangan pada Selasa (30/9) malam, jelas Teresito Bacolcol Direktur PHIVOLCS menambahkan lereng-lereng pegunungan yang basah akibat hujan menjadi rentan longsor dan lumpur, jika terjadi gempa besar.

"Peristiwa ini benar-benar traumatis bagi masyarakat. Mereka baru saja dihantam badai, lalu diguncang gempa,” kata Bacolcol. "Saya sendiri tidak ingin mengalami apa yang mereka alami.”

Filipina, salah satu negara paling rawan bencana di dunia yang terletak di Cincin Api Pasifik, dengan ancaman gempa bumi dan letusan gunung berapi konstan. Kepulauan ini juga rata-rata dihantam sekitar 20 topan dan badai setiap tahunnya.

Editor: Rizki Nugraha