1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gempa di Indonesia, Kerusuhan di Timor Leste

29 Mei 2006

Gempa di Yogyakarta dan sekitarnya membangkitkan simpati internasional. Kerusuhan di Timor Leste disebut sebagai peristiwa tragis.

Foto: AP

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung menulis:

"Bagi penduduk di sekitar wilayah Yogyakarta seolah alam semesta bersekongkol menyebabkan penderitaan bagi mereka. Hanya 30 km di Utara Yogyakarta gunung Merapi memuntahkan asap dan lava dan mengancam penduduk sekitarnya dengan erupsi yang memusnahkan. Kini, penduduk wilayah itu dihadapi dengan dampak gempa bumi yang terjadi hanya 25 km di Selatannya. Guncangan kali ini sesungguhnya tidak terlalu besar. Gempa bumi di Samudra Hindia yang menyebabkan Tsunami satu setengah tahun lalu 36.000 kali lebih kuat. Tetapi gedung-gedung baru di Indonesia kerap didirikan tanpa mematuhi prosedur pendirian bangunan yang ditetapkan. Bangunan tradisional bahkan lebih tahan guncangan dari bangunan baru. Hal ini menunjukkan, cara membangun yang tahan gempa sebenarnya sudah dikenal sejak lama di Indonesia."

Di Indonesia, harian Kompas menulis:

"Kita menerima realitas, Yogyakarta dan sebagian besar wilayah Tanah Air kita lainnya memang rawan terkena bencana alam, baik yang disebabkan oleh aktivitas tektonik maupun gunung berapi. Sebutan negeri zamrud di khatulistiwa beserta keelokan dan kekayaan alamnya seiring dengan sebutan lain yang menggetarkan, seperti pusat ring of fire dan area pertemuan lempeng-lempeng tektonik dunia yang amat aktif. Tak pelak lagi, letusan gunung api dan gempa seumur-umur akan menjadi bagian urusan kita. Namun, justru oleh realitas alam itu, kita diamanatkan untuk menjadi bangsa yang cerdas dan waspada. Alam Indonesia mengamanatkan agar kita punya program mitigasi bencana yang aktif, canggih, dan kapabel."

Mengenai di Timor Leste, harian Jerman Süddeutsche Zeitung menulis:

"Sangatlah tragis bahwa Presiden Xanana Gusmao kini harus menangani ketegangan etnis yang mengancam keutuhan negaranya, setelah mengalami perjuangan panjang menuju kemerdekaan. Tidak ada warga Timor Timur lain yang bisa dijadikan lambang dari karakter dan kesengsaraan negara kecil itu selain Xanana Gusmao."

Di Indonesia harian Kompas dalam tajuknya menilai:

"Rupanya para pemimpin Timor Leste kewalahan dan gamang menghadapi kondisi keamanan dan ketertiban yang menjadi runyam oleh gerakan pemberontakan ratusan tentara yang dipecat. Kesulitan memadamkan dan mematahkan gerakan pembangkangan ratusan mantan tentara itu telah memaksa Pemerintah Timor Leste mengundang bantuan pasukan asing. Bagaimanakah kondisi Timor Leste setelah urusan keamanan diserahkan kepada Australia? Semua mengharapkan keadaan akan lebih baik. Namun, dalam kenyataannya, sekurang-kurangnya sampai hari Minggu kemarin, keadaan digambarkan semakin runyam."