1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gempa Pantai Selatan Jawa

Zaki Amrullah 3 September 2009

Gempa berkekuatan 7.3 pada skala Richter mengguncang pesisir selatan pulau Jawa. Sempat muncul peringatan akan potensi Tsunami. Puluhan tewas. Masih banyak yang terjebak reruntuhan.

Foto: AP

Puluhan orang tewas, dan puluhan lainya terluka akibat Gempa kuat yang mengguncang kota kota di pesisir Jawa Barat dan Jakarta. Umumya korban tewas akibat tertimpa bangunan rumahnya yang roboh. Sampai Rabu malam, Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, mencatat seluruh korban tewas adalah warga Jawa Barat. Juru Bicara BNPB, Priyadi Kardono menyebut, korban tewas jatuh di kabupaten Garut, kabupaten Sukabumi, kabupaten Tasikmalaya dan kabupat Bandung Barat.

Ia mengkhawatirkan, jumlah korban tewas akan terus bertambah, terutama dari daerah daerah terpencil di pesisir selatan yang berdekatan dengan pusat gempa Juru Bicara BNPB, Priyadi Kardono menyebut, terputusnya komunikasi juga menghambat upaya pencarian dan penyelamatan serta pencatatan data korban.

"Sampai sekarang kita baru bisa berkomunikasi dengan kota-kota besar. Yang kita khawatirkan ini yang di daerah Garut selatan, kemudian Sukabumi Selatan itu juga kami belum dapat berita dari sana. Karena sebetulnya daerah-daerah itu adalah yang dekat dengan episentrum, dekat dengan titik gempa, semua kota kota di pinggir pantai selatan itu. Belum lama ini kami baru bisa kontak dengan Kodim di Garut, tapi mereka juga belum bisa dapat berita dari Koramil - Koramil yang dekat dekat pantai"

Kabupaten Cianjur termasuk yang menderita guncangan paling parah. Belasan rumah warga di kampung babakan dan sitepu, desa Pamulyanan kecamatan Cibinong, Cianjur dilaporkan tertimbun longsor akibat gempa. Seorang warga setempat, bernama Burdah bin Barji menuturkan, sampai Rabu malam, diperkirakan masih ada 40 puluhan warga yang terkubur hidup-hidup di dalam rumahnya. Sementara upaya evakuasi sulit dilakukan karena keterbatasan peralatan, terputusnya aliran listrik, dan ketakutan akan adanya gempa susulan. Sedangkan tim penyelamatan masih belum mencapai mereka.

"Ini kan daerahnya banyak gunung, terlalu curam sekitar 400 meter. Tiba tiba gempa, sesudah itu terjadi longsor. Besar pak longsornya mencapai 1 kilometer lah panjangnya. Yang terkubur, itu mencapai 13 rumah. Satu rumah berisi 4 orang, Ada yang isinya 5 orang. Sampai sekarang masih belum ketemu pak, karena timbunannya terlalu tinggi. Gak dievakuasi? Gak bisa pak, karena listrik padam, masyarakat ketakutan ada gempa susulan"

Ketakutan akan datangnya bencana susulan mengakibatkan lebih dari lima ribu warga berbagai daerah mengungsi. Selain akibat rusak dan hancurnya banyak rumah dan bangunan. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Priyadi Kardono menggambarkan pencatatan sementara:

"Di Kabupaten Tasikmalaya 33 rumah rusak berat. Kemudian di kabupaten Cianjur 11 rumah rusak berat tertimpa longsor. Di kabupaten Garut 4 unit rumah roboh. Yang terakhir di kabupaten Bandung itu ada 10 gedung perkantoran roboh. Kemudian ada beberapa pengungsi yang tadi sudah tercatat di kabupaten Tasikmalaya ada 500 orang, juga ada pengungsian di kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur, mencapai 5000 jiwa, karena takut Gempa susulan"

Seorang wartawan radio Tasikmalaya, Reza Aditya menuturkan, guncangan gempa kali ini, dirasakan warga Tasikmalaya lebih keras dibanding gempa yang menimbulkan Tsunami di Pangandaran Juli tahun 2006 lalu.

Selain menguncang daerah daerah di pesisir selatan, yang berdekatan dengan pusat gempa, guncangan gempa juga terasa sangat kuat di Jakarta. Para pekerja terpaksa menghentikan aktivitasnya setelah guncangan gempa menimbulkan kepanikan di sejumlah kantor dan pusat perbelanjaan. za/gg