Pemimpin Dunia Bahas Lagi Gencatan Senjata Israel-Hizbullah
26 November 2024
Prancis, AS, Italia, Jerman, dan lainnya optimis pembicaraan gencatan senjata Israel-Hizbullah di Lebanon akan membuahkan hasil.
Iklan
Beberapa pemerintah negara-negara Barat pada Senin (25/11) menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon, akan semakin mendekati kesepakatan.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan kepada wartawan pada pengarahan harian, Senin (25/11), bahwa: "Kami percaya, kami telah mencapai titik di mana kami sudah dekat."
"Kami belum sampai di sana. Kami percaya bahwa arah ini sangat positif, tetapi sekali lagi, tidak ada yang selesai sampai semuanya selesai, tidak ada yang dinegosiasikan sampai semuanya dinegosiasikan," katanya.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock mengatakan ada lebih banyak momentum dibandingkan beberapa hari sebelumnya.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Saat ini kami sedang berdiskusi dengan mitra kami dari negara-negara Teluk dan Arab tentang bagaimana kami, dalam situasi ini, dapat setidaknya menyelesaikan salah satu tantangan terbesar, situasi di Lebanon, dan akhirnya mencapai gencatan senjata," katanya.
Menlu Italia Antonio Tajani menyampaikan komentar serupa setelah menghadiri pertemuan menteri luar negeri G7, dan menyebut dirinya "optimis" akan kesepakatan itu.
Berdirinya Negara Israel
Inilah kilas balik pendirian negara warga Yahudi yang penuh pertikaian dan gejolak politik.
Foto: Imago/W. Rothermel
Deklarasi yang ditunggu-tunggu warga Yahudi
Tanggal 14 Mei 1948, tokoh Israel David Ben-Gurion mendeklarasikan pembentukan Negara Israel yang independen. Dia menggarisbawahi latar belakang sejarah keagamaan Yahudi. "Orang-orang tetap percaya dan tidak pernah berhenti berdoa dan berharap mereka kembali ke sana," katanya menegaskan kelahiran negara bagi warga Yahudi tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sejarah hitam
Peristiwa pembantaian warga Yahudi oleh rezim NAZI Jerman, yang dinamakan Holocaust adalah latar belakang kuat yang mendasari kepentingan pendirian Negara Israel. Foto di atas menunjukkan orang-orang yang selamat dari kamp Auschwitz setelah pembebasan.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
"Bencana" bagi warga Palestina
"Nakba", artinya "bencana", Itulah kata yang digunakan warga Palestina pada hari yang sama. Sekitar 700.000 warga Arab yang tinggal di Palestina saat itu harus melarikan diri dengan tibanya gelombang pendatang Yahudi yang ingin menetap di negara barunya. Pendirian Israel menjadi awal konflik Israel-Palestina dan dunia Arab, yang tidak terselesaikan sampai sekarang, 70 tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Darurat perang
Ketegangan dengan negara-negara Arab di wilayah itu pecah saat 'Perang Enam Hari' terjadi pada Juni 1967. Militer Israel berhasil memukul mundur pasukan Mesir, Yordania dan Suriah, lalu menduduki kawasan Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan. Namun kemenangan itu tidak membawa ketenangan, melainkan ketegangan dan konflik berkepanjangan hingga kini.
Foto: Keystone/ZUMA/IMAGO
Politik pemukiman di wilayah pendudukan
Pembangunan permukiman Yahudi di kawasan yang diduduki memperburuk konflik dengan Palestina, yang sebenarnya dijanjikan untuk mendirikan negara. Otoritas Palestina menuduh Israel menjalankan politik yang berupaya menihilkan harapan pendirian Negara Palestina Merdeka. Israel tidak mengindahkan protes internasional yang menentang pembangunan permukiman Yahudi.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Kemarahan dan kebencian: Intifada pertama
Akhir 1987, warga Palestina melakukan mobilisasi untuk menentang pendudukan Israel. Kerusuhan menyebar di wilayah permukiman Palestina dari Gaza sampai Yerusalem Timur. Kerusuhan itu menggagalkan Kesepakatan Oslo dari tahun 1993 — kesepakatan pertama yang dicapai dalam perundingan langsung antara perwakilan pemerintah Israel dan pihak Palestina, yang diwakili oleh PLO.
Foto: picture-alliance/AFP/E. Baitel
Upaya perdamaian
Presiden AS Bill Clinton (tengah) menengahi konsultasi perdamaian antara PM Israel Yitzhak Rabin (kiri) dan pimpinan PLO Yasser Arafat (kanan). Perundingan itu menghasilkan Kesepakatan Oslo I, yang memuat pengakuan kedua pihak atas eksistensi pihak lain. Namun harapan perdamaian pupus ketika Rabin dibunuh oleh seorang warga Yahudi radikal dua tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Kursi yang kosong
Rabin ditembak pengikut radikal kanan pada 4 November 1995 ketika akan meninggalkan acara demonstrasi damai di Tel Aviv. Foto di atas menunjukkan Shimon Peres yang kemudian menggantikan Yitzhak Rabin sebagai Perdana Menteri. Kursi kosong di sebelahnya adalah tempat duduk Rabin.
Foto: Getty Images/AFP/J. Delay
Tembok pemisah
Tahun 2002, setelah rangkaian aksi kekerasan dan teror selama Intifada II, Israel mulai membangun tembok pemisah sepanjang 107 kilometer atas alasan keamanan. Tembok ini memisahkan wilayah Israel dan Palestina di wilayah Tepi Barat. Proyek tembok pemisah sekarang masih dilanjutkan dan menurut rencana panjangnya akan mencapai 700 kilometer. (Teks: Kersten Knipp/hp/ts)
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/S. Nackstrand
9 foto1 | 9
Prancis desak Israel-Hizbullah setujui gencatan senjata
Istana Elysee Prancis mengatakan adanya "kemajuan signifikan" yang telah dicapai dalam pembicaraan tentang gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah di Lebanon.
Iklan
Presiden Prancis Emamanuel Macron mendesak kedua pihak untuk memanfaatkan "kesempatan ini secepat mungkin."
"Diskusi tentang gencatan senjata di sepanjang ‘Blue Line' (Garis Biru) telah mencapai kemajuan yang signifikan," kata kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron. "Kami berharap pihak-pihak terkait akan memanfaatkan kesempatan ini secepat mungkin."
Menurut media Israel, kabinet akan dijadwalkan bertemu pada Selasa (26/11) untuk membahas kesepakatan gencatan senjata baru dengan Hizbullah tersebut. Sementara, pejabat pemerintah Lebanon di Beirut menyatakan optimis, tetapi menambahkan bahwa keputusan akhir berada di tangan Israel.
Ini bukan pertama kalinya kesepakatan semacam ini dilaporkan hampir tercapai dalam beberapa bulan terakhir. Sedikit kemajuan disambut baik oleh pemerintah asing yang mencoba untuk membantu menengahi dalam beberapa kesempatan sebelumnya, tetapi kesepakatan itu tidak terwujud.
Perdebatan Keamanan Soal Dugaan Aksi Teror di Berlin
01:29
Israel dan Hizbullah terus saling serang
Serangan udara Israel dilaporkan telah menewaskan 31 orang di berbagai wilayah Lebanon.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka telah menyerang sekitar 25 "target teror" Hizbullah di Nabatiyeh, Baalbek, Lembah Bekaa, dan wilayah selatan Beirut.
Badan Berita Nasional (NNA), media resmi milik pemerintah Lebanon, melaporkan pada Senin malam (25/11) bahwa "pesawat tempur musuh melancarkan serangan di distrik Haret Hreik dan Shiyah."
Kementerian Kesehatan Lebanon, yang melaporkan jumlah korban pada hari Senin, mengatakan sebagian besar korban tewas berada di wilayah selatan, sementara empat orang lainnya tewas di wilayah timur.
Di sisi lain, Hizbullah meningkatkan jumlah roket yang ditembakkan melintasi perbatasan menuju Israel.
Hizbullah di Garda Depan Konflik Sunni dan Syiah
Didirikan buat menghalau invasi Israel, Hizbullah kini menjadi ujung tombak Iran melucuti pengaruh Arab Saudi dan Mesir di kawasan Syam.
Foto: Getty Images/C. Furlong
Simalakama Invasi Israel
Hizbullah atau Partai Allah dibentuk oleh sekelompok ulama Syiah pada dekade 1980an sebagai reaksi atas invasi Israel terhadap Libanon Selatan 1982. Kelompok ini tidak hanya memiliki sayap militer bersenjata lengkap, tetapi juga ikut berkecimpung dalam politik Libanon lewat parlemen.
Foto: picture-alliance/dpa
Dukungan Lintas Ideologi
Berbekal pengalaman dalam perang saudara di Libanon, Hizbullah sukses menerapkan taktik geriliya buat mengusir tentara Israel dari Libanon Selatan pada tahun 2000. Kedua pihak kembali berhadapan satu sama lain ketika Israel membombardir selatan Libanon pada 2006. Berkat perlawanan tersebut Hizbullah mendapat dukungan lintas sektarian di masyarakat Libanon.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Zaatari
Dibesarkan Suriah dan Iran
Sejak pertamakali berdiri, organisasi pimpinan Hassan Nasrullah ini mendapat bantuan militer, finansial dan terutama politik dari Iran dan Suriah. Selama beberapa dekade kedua negara secara praktis menguasai Libanon. Kini kekuatan Hizbullah tidak hanya melampaui militer Libanon, tetapi juga menjadikan organisasi itu sebagai kekuatan paramiliter paling disegani di Timur Tengah.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
Berpolitik dengan Nasrullah
Sejak berakhirnya perang saudara 1975-1990 di Libanon, Hizbullah menggandeng komunitas Syiah dan menjalin aliansi dengan kelompok lain seperti warga Kristen untuk berkecimpung di dunia politik. Terutama sejak kepemimpinan Hassan Nasrullah, Hizbullah dengan cepat menjadi kekuatan alternatif di panggung politik Beirut.
Foto: picture-alliance/dpa
Permusuhan di Beirut
Berbeda dengan kelompok lain yang aktif pada perang saudara, Hizbullah menolak melucuti sayap militernya. Hingga kini sejumlah kekuatan politik di Libanon, termasuk partai Tayyar Al-Mustaqbal milik Perdana Menteri Saad Hariri, ingin agar Hiizbullah meletakkan senjata. Namun Nasrullah menolak dengan alasan menguatnya ancaman jiran di selatan, Israel.
Foto: picture-alliance/AA
Pertalian Gelap dengan Damaskus
Sikap antipati sejumlah masyarakat Libanon terhadap Hizbullah antara lain berawal dari pendudukan Suriah antara 1976 hingga 2005. Pertautan keduanya berakhir ketika Suriah dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan terhadap bekas PM Rafik Hariri yang tewas akibat bom mobil. Damaskus akhirnya terpaksa menarik mundur pasukannya dari Libanon.
Foto: picture-alliance/AP
Panji Kuning di Tangan Assad
Sejak berkecamuknya perang Suriah, Hizbullah aktif mendukung Presiden Bashar Assad dan bertempur bersama pasukan pemerintah. Assad yang sering membantu menjamin jalur suplai senjata dari Iran, membutuhkan pengalaman tempur dan kekuatan militer Hizbullah buat mematahkan perlawanan kelompok pemberontak Free Syrian Army dan sejumlah kelompok teror yang masih bercokol di Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Syrian Central Military Media
Sektarianisme Sunni dan Syiah
Sejak lama Libanon berdiri di jantung konflik kekuasaan di Timur Tengah, terutama antara Arab Saudi dan Iran. Saat ini hanya Hizbullah yang menghalangi meluasnya pengaruh Riyadh di Libanon. Arab Saudi sejak lama berusaha melucuti kekuasaan Iran dan Suriah dengan menyokong pemerintahan Saad Hariri.
Foto: dapd
Musuh Lama Bertemu Kembali?
Namun berbeda dengan Arab Saudi, Iran dan Hizbullah berhasil memperkuat pengaruhnya lewat Perang Suriah. Sebaliknya Israel yang menilai perkembangan politik di kawasan sebagai ancaman, berulangkali melancarkan serangan udara terhadap militer Suriah dan Hizbullah. Israel berjanji tidak akan membiarkan Iran dan Hizbullah bercokol secara permanen di Suriah.
Foto: Getty Images/C. Furlong
9 foto1 | 9
Upaya 'membungkam media independen'
Pemerintah Israel telah memerintahkan agensinya untuk tidak berkomunikasi atau beriklan di surat kabar independen Haaretz, setelah media itu mengkritik Israel tentang perang di Gaza.
Anat Saragusti, ketua Serikat Jurnalis Israel, mengatakan kepada DW bahwa kebijakan terhadap Haaretz itu hanyalah "babak" dalam "rencana besar untuk membungkam media independen."
Ketika ditanya apakah dia setuju dengan wakil editor Haaretz, yang mengatakan bahwa pemerintah Israel mencoba membungkam media independen dengan memboikot publikasi tersebut, Saragusti menjawab:
"Ya, saya sepenuhnya setuju dengan itu. Saya pikir pemerintah Israel telah merancang rencana besar untuk membungkam media independen di Israel dan melemahkan kebebasan pers di Israel, dan sanksi terhadap Haaretz hanyalah salah satu babak dari rencana besar ini."
"Mereka juga mengesahkan resolusi dalam pemerintah untuk menarik dana dan sebenarnya menghancurkan penyiaran publik di Israel. Ini juga diputuskan kemarin oleh pemerintah yang sama. Jadi, ini adalah dua langkah, bagian dari rencana besar ini," kata Saragusti.