Dalam pemilu Jerman akhir September lalu, Partai Liberal Demokrat FDP dan Partai Hijau jadi favorit generasi muda. Walaupun pilihannya berbeda, kedua kelompok ingin menjamin masa depan yang lebih baik.
Iklan
Sedikit mengejutkan, ketika FDP menjadi favorit pemilih muda. Bahkan di kalangan pemilih pemula, FDP memenangkan sedikit lebih banyak suara daripada Partai Hijau. Padahal sebelumnya banyak pengamat memperkirakan, mayoritas pemilih muda cenderung memberikan suaranya untuk Partai Hijau.
Menjelang pemungutan suara, aksi-aksi menuntut kebijakan iklim memang kian marak, seiring dengan pelonggaran lockdown corona. Aksi terakhir gerakan Fridays for Future bahkan menghadirkan aktivis ikonik Swedia Greta Thunberg, yang sangat populer di kalangan muda.
Tingginya dukungan pemuda untuk Partai Hijau dan FDP bagi sosiolog Norbert Schäuble dari Institut untuk Riset Pasar dan Sosial, Sinus, tidak terlalu mengherankan. "Orang muda juga sama beragamnya dengan populasi secara keseluruhan," ujarnya. Wajar kalau ada pilihan berbeda di kalangan mereka.
Iklan
Menjelaskan suara generasi muda
Menurut penelitian Institut Sinus, generasi muda saat ini memang sedang melakukan "reorientasi" dengan pilihan mereka. Norbert Schäuble menjelaskan, preferensi golongan muda sekarang bisa dibagi ke dalam dua kelompok utama, yaitu Preferensi Neo Ekologis dan Ekspeditif Ekologis.
Ini termasuk apa yang disebut Lingkungan Ekspedisi dan Lingkungan Neo-Ekologis. Menurut Schäuble, ini adalah "milieus masa depan" — dengan kata lain, penentu tren.
"Fokus Neo-Ekologis adalah pada perlindungan iklim, keberlanjutan dan persyaratan normatif termasuk larangan. Preferensi Ekspeditif lebih fokus pada inovasi dan teknologi digital untuk menjawab tantangan ekologis, yang dikaitkan dengan tanggung jawab pribadi dan kebebasan," jelasnya. "Visi inilah yang kemungkinan besar dikaitkan dengan citra Partai Hijau dan FDP, yang dianggap cukup sesuai dengan narasi masa depan mereka masing-masing."
Berlin dan Pemilu Jerman 2021
Berlin adalah kota yang menyimpan banyak sejarah. Pernah jadi simbol perpecahan Barat-Timur dengan dibangunnya Tembok Berlin, kemudian menjadi simbol reunifikasi Jerman dengan keruntuhan rezim sosialis Jerman Timur.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Sabar antre di tempat pemungutan suara
Hari pemungutan suara 26 September 2021 di Tempat Pemungutan Suara di pusat kota Berlin. Pemilih dengan sabar menunggu gilirannya memberikan suara. Menurut UU Pemilu Jerman, pemungutan suara harus dilaksanakan pada hari Minggu atau hari libur lain. Biasanya, pemilihan parlemen di Jerman dilaksanakan pada hari Minggu, sekitar bulan September. Masa legislasi parlemen adalah empat tahun.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Di dalam TPS semua lancar dan tenang
Proses pemilihan di TPS tertib dan tenang. pada Pemilu 2021, sekitar 60,4 juta warga punya hak pilih, turun sedikit dari jumlah pemilih pemilu 2017, yang mencapai 61,7 juta orang. Jumlah pemilih pemula pada pemilu 2021 sekitar 2,8 juta orang, atau 4,6 persen dari seluruh pemilih. Data ini dikeluarkan oleh Komisi Pemilu Jerman, yang biasanya dipimpin oleh Direktur Biro Statistik Jerman.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Komposisi gender pemilih berimbang
Komposisi pemilih perempuan dan pemilih lelaki hampir sama, sekitar 51,7 persen perempuan dan 48,3 persen lelaki. Secara teoritis jumlah anggota parlemen Jerman adalah 598 orang, yang mewakili 299 daerah pemilihan. Tetapi dengan sistem pemilu campuran, jumlah anggota parlemen bisa bertambah. Menurut perkiraan, parlemen Jerman yang baru akan terdiri dari 735 anggota.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Aturan ambang batas 5 persen
Pemilu Jerman 2021 diikuti oleh 47 partai politik. Tetapi hanya partai yang bisa melewati ambang batas 5 persen yang berhak masuk ke parlemen Jerman, Bundestag. Saat ini di Bundestag (hasil pemilu 2017) ada 7 partai politik: CDU, CSU, SPD, AfD, Partai Hijau, Partai Kiri dan FDP. Juga hasil pemilu 2021 hanya meloloskan 7 partai yang sama.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Gedung Reichstag tempat parlemen bersidang
Gedung Reichstag di sidang p, tempat parlemen Jerman Bundestag bersidang. Gedung ini sempat rusak berat dan atapnya runtuh selama pemboman sekutu pada puncak Perang Dunia ke-II. Atap konstruksi baru yang sekarang berbentuk bulat terbuat dari kaca, sebagai simbol transparansi. Publik bisa masuk konstruksi atap bulat itu dan menyaksikan anggota parlemen yang sedang bersidang.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Kantor Kanselir Jerman
Gedung berbentuk kotak di latar belakang adalan kantor Kanselir Jerman. Selama 16 tahun Angela Merkel memerintah Jerman dari kantor ini. Pemilu 2021 akan menentukan, siapa yang bakal menempati kantor ini sebagai kanselir baru pengganti Angela Merkel.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Kota bersejarah
Kota Berlin sendiri adalah kota penuh sejarah, terutama ditandai dengan pembangunan Tembok Berlin tahun 1961 oleh negara sosialis Jerman Timur, untuk mencegah warganya saat itu berbondong-bondong pindah ke Jerman Barat. Perpecahan ini diakhiri tahun 1989 dengan runtuhnya rezim sosialis di Jerman Timur, sekaligus runtuhnya Tembok Berlin.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Sisa Tembok Berlin
Sekarang hanya tersisa beberapa bagian Tembok Berlin yang dijadikan saksi sejarah dan museum era perang dingin. Museum ini juga menunjukkan kekejaman rezim sosialis Jerman Timur yang pro Uni-Soviet sebelum runtuhnya negara Blok Timur itu.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Berlin Marathon 2021
Pada hari pelaksanaan pemungutan suara 26 September, serentak juga digelar acara akbar Berlin Marathon, salah satu ajang marathon terbesar dunia. Berlin Marathon 2021 diikuti hampir 25 ribu peserta dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia. Acara ini disponsori oleh perusahaan otomotif terkemuka Jerman, BMW.
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
Finish di Brandenburger Tor (Gerbang Brandenburg)
Berlin Marathon selalu dimulai dari halaman rumput di depan gedung Reichstag yang dinamakan Lapangan Republik, dan garis finish ada di lokasi bersejarah lainnya yang terletak hanya beberapa ratus meter dari Reichstag, yaitu di Brandenburger Tor, artinya Gerbang Brandenburg. (Teks dan Foto oleh: Hendra Pasuhuk)
Foto: Hendra Pasuhuk/DW
10 foto1 | 10
Kedua kelompok preferensi itu disatukan oleh keprihatinan dan pemikiran tentang masa depan, kata Norbert Schäuble, namun mereka berbeda dalam ide tentang bagaimana membentuk masa depan itu.
Apa opsi koalisi favorit kalangan muda?
Oskar Teufert yang berusia delapan belas tahun tanggal 26 September lalu untuk pertama kalinya ikut pemilu. Sesuai dengan tren generasi muda, dia tidak memberikan suaranya untuk salah satu dari dua partai terbesar, yaitu Sosialdemokrat SPD dan Uni Kristen Demokrat CDU. Oskar memberikan suaranya kepada FDP.
"Sekarang, dengan Partai Hijau dan FDP yang kuat, CDU dan SPD menjadi relatif lemah, sehingga gagasan kebijakan mitra-mitra koalisi akan menjadi agenda utama,” kata Oskar. Baginya, kebijakan perlindungan iklim adalah isu utama. Dia sendiri cenderung mendukung koalisi antara CDU dengan Partai Hijau dan FDP, tapi dia menyadari bahwa peluang koalisi seperti itu sangat kecil.
Jona, pemilih pemula lainnya yang hanya menyebutkan nama depannya, pada pemilu 26 September memilih Partai Hijau. Tapi dia mengaku tidak terkejut dengan keberhasilan FDP. "Itu karena citra digital FDP," katanya, mengutip penggunaan media sosial FDP yang cerdas, dengan menggunakan meme dan bentuk-bentuk komunikasi online yang populer di kalangan muda.
Oscar dan Jona memang memilih partai yang berbeda, tetapi mereka sama-sama senang dengan prospek kedua partai favorit mereka, yang dapat dipastikan akan masuk ke pemerintahan. Jona mendukung koalisi Sosial Demokrat, Partai Hijau dan FDP, yang saat ini memang memiliki peluang terbesar.
Sementara SPD dan CDU harus berpikir keras, bagaimana menarik para pemilih muda, karena basis pemilih mereka makin menua. Kedua partai itu masing-masing berhasil merebut 70 persen suara di kalangan pemilih di atas 70 tahun, tetapi preferensi generasi muda akan menentukan pemilu-pemilu yang akan datang.