Genjot Pariwisata, Arab Saudi Rangkul Pasangan Belum Menikah
7 Oktober 2019
Untuk menghidupkan sektor pariwisata yang baru seumur jagung, Arab Saudi mengizinkan pasangan yang belum menikah untuk tinggal sekamar. Perempuan juga tidak lagi diwajibkan mengenakan Abaya, setidaknya buat turis asing
Iklan
Saat sejumlah hotel di Indonesia menolak menerima pasangan yang belum menikah, Arab Saudi malah membuka pintu lebar-lebar bagi mereka yang datang tanpa ikatan resmi pernikahan. Komisi Pariwisata dan Warisan Sejarah Arab Saudi pekan lalu menerbitkan aturan baru yang membebaskan perempuan dari pasangan muhrim untuk menyewa kamar hotel.
Selain itu perempuan juga diizinkan berbagi kamar dengan pria tanpa harus melampirkan surat menikah. Perempuan juga dibebaskan untuk tidak mengenakan Abaya seperti yang sebelumnya diwajibkan, melainkan hanya harus menutupi bagian dari pundak hingga lutut.
Kelonggaran baru itu diberikan untuk menarik minat wisatawan mancanegara agar berwisata ke Arab Saudi. Aturan ini hanya berlaku untuk warga negara asing. "Semua warga negara Arab Saudi masih akan ditanya surat keterangan menikah ketika menyewa kamar," tulis Komisi Pariwisata pada Jumat (4/10). "Hal ini tidak diperlukan untuk wisatawan asing."
Indonesia Belum Berhak atas eVisa
Langah tersebut diambil hanya beberapa pekan setelah pemerintah Riyadh untuk pertamakalinya menawarkan visa kunjungan wisata ke Arab Saudi. Nantinya turis dari 49 negara dapat mengajukan permohonan kunjungan secara online. Namun demikian hanya tujuh negara Asia yang berhak atas visa tersebut, yakni Brunei, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Kazakhstan, dan Cina.
Geliat pariwisata kerajaan Al-Saud muncul di tengah "kerapuhan ekonomi", tulis Wall Street Journal beberapa pekan lalu. Riyadh dikabarkan kesulitan menggerakkan sektor non-migas sebagai pondasi baru perekonomian nasional.
Pemerintah bertekad pariwisata akan memicu pertumbuhan lapangan kerja dan menyumbang 10% pada Produk Domestik Brutto (PDB) pada tahun 2030. Saat ini jumlahnya hanya berkisar tiga persen. Nantinya Arab Saudi diharapkan akan lebih mudah diakses warga asing, layaknya Uni Emirat Arab saat ini.
Ketertarikan Budaya
Riyadh mencoba membangkitkan minat wisawatawan dengan menggenjot pembangunan infrastruktur di sejumlah situs bersejarah. seperti Mada'in Saleh yang merupakan situs peninggalan Kerajaan Nabatea terbesar kedua setelah Petra di Yordania. Selain itu Arab Saudi juga sedang membangun kota futuristik bernama Neom di dekat perbatasan Mesir.
Belum lama ini pihak kerajaan mengundang sejumlah vlogger berpengaruh dari Eropa, Asia dan Amerika Serikat untuk menjajal program wisata di Arab Saudi. Berbagai pakar pariwisata meyakini kelonggaran baru akan menambah jumlah wisatawan asing, terutama dari Eropa dan Cina lantaran kedekatan geografis.
"Awalnya yang datang adalah wisatawan yang benar-benar tertarik kepada dunia Arab dan warisan budayanya," kata Simon Calder, Editor Wisata The Independent kepada BBC. Sementara Rich Harill, Guru Besar Pariwisata di University of South Carolina, meyakini ada satu faktor lagi yang bisa mendorong warga AS berpelesir ke Arab Saudi, yakni "hanya karena ini barang baru dan belum pernah tersedia buat mereka," kata dia dalam wawancara dengan USA Today.
rzn/ap (ap, bbc, usatoday, aljazeera)
Menengok Hak Perempuan di Arab Saudi
Arab Saudi sudah mengumumkan akan mengizinkan perempuan untuk memiliki surat izin mengemudi tanpa harus ada izin dari "penjaga legal". Untuk itu perjuangannya panjang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
1955: Sekolah pertama buat anak perempuan, 1970: Universitas pertama
Dulu, anak perempuan Arab Saudi tidak bisa bersekolah seperti murid-murid sekolah di Riyadh. Penerimaan murid di sekolah pertama untuk perempuan, Dar Al Hanan, baru dimulai 1955. Sementara Riyadh College of Education, yang jadi institusi pendidikan tinggi untuk perempuan, baru dibuka 1970.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2001: Kartu identitas untuk perempuan
Baru di awal abad ke-21, perempuan bisa mendapat kartu identitas. Padahal kartu itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan siapa mereka, misalnya dalam cekcok soal warisan atau masalah properti. Kartu identitas hanya dikeluarkan dengan dengan izin dan diberikan kepada muhrim. Baru tahun 2006 perempuan bisa mendapatkannya tanpa izin muhrim. 2013 semua perempuan harus punya kartu identitas.
Foto: Getty Images/J. Pix
2005: Kawin paksa dilarang - di atas kertas
Walaupun 2005 sudah dilarang, kontrak pernikahan tetap disetujui antara calon suami dan ayah pengantin perempuan, bukan oleh perempuan itu sendiri.
Foto: Getty Images/A.Hilabi
2009: Menteri perempuan pertama
Tahun 2009, King Abdullah menunjuk menteri perempuan pertama. Noura al-Fayez jadi wakil menteri pendidikan untuk masalah perempuan.
Foto: Foreign and Commonwealth Office
2012: Atlit Olimpiade perempuan pertama
2012 pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya setuju untuk mengizinkan atlit perempuan berkompetisi dalam Olimpiade dengan ikut tim nasional. Salah satunya Sarah Attar, yang ikut nomor lari 800 meter di London dengan mengenakan jilbab. Sebelum Olimpiade dimulai ada spekulasi bahwa tim Arab Saudi mungkin akan dilarang ikut, jika mendiskriminasi perempuan dari keikutsertaan dalam Olimpiade.
Foto: picture alliance/dpa/J.-G.Mabanglo
2013: Perempuan diizinkan naik sepeda dan sepeda motor
Inilah saatnya perempuan untuk pertama kalinya diizinkan naik sepeda dan sepeda motor. Tapi hanya di area rekreasi, dan dengan mengenakan nikab dan dengan kehadiran muhrim.
Foto: Getty Images/AFP
2013: Perempuan pertama dalam Shura
Februari 2013, King Abdullah untuk pertama kalinya mengambil sumpah perempuan untuk jadi anggota Syura, atau dewan konsultatif Arab Saudi. Ketika itu 30 perempuan diambil sumpahnya. Ini membuka jalan bagi perempuan untuk mendapat posisi lebih tinggi di pemerintahan.
Foto: REUTERS/Saudi TV/Handout
2015: Perempuan memberikan suara dalam pemilu dan mencalonkan diri
Dalam pemilihan tingkat daerah di tahun 2015, perempuan bisa memberikan suara, dan mencalonkan diri untuk dipilih. Sebagai perbandingan: Selandia Baru adalah negara pertama, di mana perempuan bisa dipilih. Jerman melakukannya tahun 1919. Dalam pemilu 2015 di Arab Saudi, 20 perempuan terpilih untuk berbagai posisi di pemerintahan daerah, di negara yang monarki absolut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Batrawy
2017: Perempuan pimpin bursa efek Arab Saudi
Februari 2017, untuk pertama kalinya bursa efek Arab Saudi mengangkat kepala perempuan dalam sejarahnya. Namanya Sarah Al Suhaimi.
Foto: pictur- alliance/abaca/Balkis Press
2018: Perempuan akan diijinkan mengemudi mobil
September 26, 2017, Arab Saudi mengumumkan bahwa perempuan akan segera diizinkan untuk mengemudi mobil. Mulai Juni 2018, perempuan tidak akan perlu lagi izin dari muhrim untuk mendapat surat izin mengemudi. Dan muhrim juga tidak harus ada di mobil jika mereka mengemudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
2018: Perempuan akan diijikan masuk stadion olah raga
29 Oktober 2017, Badan Olah Raga mengumumkan perempuan akan boleh menonton di stadion olah raga. Tiga stadion yang selama ini hanya untuk pria, juga akan terbuka untuk perempuan mulai 2018.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2019: Perempuan Saudi akan mendapat notifikasi melalui pesan singkat jika mereka diceraikan
Hukum baru dirancang untuk lindungi perempuan saat pernikahan berakhir tanpa sepengetahuan mereka. Perempuan dapat cek status pernikahannya online atau dapat fotokopi surat tanda cerai dari pengadilan. Hukum ini tak sepenuhnya lindungi perempuan karena cerai hanya dapat diajukan dalam kasus terbatas dengan persetujuan suami atau jika suami lakukan tindak kekerasan. (Penulis: Carla Bleiker, ml/hp)