1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Gerakan Anti Islam di Jerman Makin Marak

23 Desember 2014

Gerakan anti-Islam di Jerman Pegida yang diduga disetir kelompok ekstrim kanan mendapat makin banyak dukungan. Dalam aksi di kota Dresden lebih 17 ribu pendukung hadir.

Foto: picture-alliance/dpa/Hendrik Schmidt

Untuk ukuran Jerman, sebuah demonstrasi yang dihadiri 17.500 orang seperti yang digelar di depan gedung opera terkenal kota Dresden, Senin (22/12/14) petang, adalah sebuah demonstrasi besar. Aksi protes serupa juga digelar di kota-kota München, Bonn dan Kassel. Pegida, atau gerakan patriotik Eropa menentang Islamisasi Jerman dan Eropa, menyebut mendapat dukungan 30.000 orang anggota.

Walau begitu, sekitar 12.000 orang juga menggelar aksi demo tandingan di kota München menentang kelompok anti Islam tersebut. Gerakan yang menamakan dirinya aliansi bebas Nazi itu menyerukan sebuah masyarakat Jerman yang terbuka dan toleran. Walikota München Dieter Reiter menyatakan, "Demonstrasi ini menunjukan bahwa München tetap multi budaya."

Pegida terutama menentang politik imigrasi dan politik suaka di Jerman yang belakangan banyak menampung pengungsi dari kawasan konflik di Timur Tengah. Selain itu, aksi provokasi kelompok radikal Islam yang membentuk polisi shariah dan pengadilan shariah di beberapa kota di Jerman, makin memicu rasa anti Islam di kalangan pendukung gerakan tersebut.

Dikecam keras

Aksi anti-Islam yang digelar Pegida dikecam keras oleh para politisi maupun pimpinan kelompok agama di Jerman. Ketua dewan pusat Yahudi di Jerman, Josef Schuster, misalnya mengritik tajam gerakan Pegida. "Memang seruannya menentang Islamisasi Jerman, tapi pada intinya seruan itu tidak lain daripada aksi kebencian terhadap orang asing yang bermukim di Jerman," ujar dia.

Perdana Menteri negara bagian Thuringia, Bodo Ramelow, menyatakan menolak melakukan dialog dengan Pegida. "Kami tidak akan berdialog dengan kelompok rasis dan berpikiran sempit," ujar bekas demonstran dari partai kiri Die Linke itu. Ramelow pada 2010 diadili gara-gara menggagas aksi demonstrasi menentang Neonazi di negara bagian bekas Jerman Timur itu.

Juga sejumlah tokoh politik, termasuk mantan Kanselir Jerman Gerhard Schröder menyerukan warga dan politisi untuk bangkit melawan aksi Pegida. Selain itu penolakan untuk dialog dengan kelompok Pegida yang ant-islam makin banyak didukung oleh politisi puncak yang berhaluan terbuka.

Para pakar keamanan di Jerman mensinyalir, di belakang gerakan warga semacam Pegida, bersembunyi kelompok Neonazi. Indikasinya, izin bagi digelarnya demonstrasi kelompok tersebut biasanya diajukan organisator yang sudah dikenal sebagai pentolan Neonazi yang memiliki rekam cetak kriminal.

as/yf(dpa,rtr,epd)