Wabah difteri mengamuk di 20 provinsi dan menyebabkan 32 kasus kematian. Pemerintah turun tangan dengan menggelar program imunisasi massal. Namun kelompok anti vaksin adalah yang paling rentan terhadap infeksi
Iklan
Di tengah wabah difteri yang melanda 20 provinsi, Kementerian Kesehatan melancarkan program imunisasi massal secara gratis untuk meredam penyebaran penyakit yang sejauh ini telah menewaskan 32 orang itu, termasuk anak-anak.
"Ini adalah peristiwa luar biasa karena wabah difteri di 2017 tidak mengenal batas usia. Korban paling muda berusia tiga setengah tahun, sementara tertua berusia 45 tahun," kata Muhammad Subuh, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.
Menurut data Kemenkes, hingga November 2017 pihaknya mencatat 593 kasus difteri. Subuh mengklaim 66% korban infeksi tidak mendapat imunisasi, sedangkan 31% hanya mendapat separuh jumlah vaksin yang diperlukan buat menghadang difteri.
Adalah gerakan anti vaksinasi yang ikut ditengarai mempermudah penyebaran penyakit berbahaya. "Di Jatim kenapa masih tinggi? Karena banyak yang tidak mau divaksinasi. Ada yang bilang mengandung babi. Itu tidak betul," kata Dr. Agus Hariyanto kepada CNN Indonesia.
Hal senada diungkapkan pendiri Rumah Vaksin dr. Piprim Basarah Yanuarso "Seruan anti vaksin bukan main-main bisa bikin wabah bermunculan ke mana-mana. Kalau orang tua yang galau ini sampai 40 persen dari populasi wabah bisa bangkit kembali," ujarnya seperti dikutip Detik.com.
Kenali Virus Zika, Lindungi Janin Anda
Ribuan bayi di Brasil lahir dengan kepala yang lebih kecil dari semestinya. Adalah virus Zika yang bertanggungjawab atas fenomena tersebut. Celakanya virus yang sama juga pernah menjangkiti Indonesia
Foto: Reuters/J. Cabezas
Apa itu Virus Zika?
Virus Zika pertama kali ditemukan pada darah seekor monyet di Uganda tahun 1947. Nama tersebut diambil dari hutan Zika tempat virus itu pertama kali ditemukan. Virus Zika tidak mematikan dan memiliki gejala serupa dengan jenis demam lainnya seperti demam kuning atau demam berdarah. Virus ini pertamakali tercatat menginfeksi manusia pada tahun 1968 di Nigeria.
Foto: Getty Images/AFP/N. Almeida
Bagaimana Penyebarannya?
Penyakit ini disebarkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti, yang juga bertanggungjawab atas berbagai jenis wabah penyakit tropis seperti demam berdarah atau demam kuning. Sejauh ini ilmuwan belum mengetahui apakah virus Zika bisa ditularkan antara manusia. Tapi dunia medis pernah mencatat laporan penularan virus Zika melalui hubungan seksual oleh pasangan di Tahiti.
Foto: picture-alliance/J. Gathany/Centers for Disease Control and Prevention via AP
Seperti apa Gejalanya?
Ilmuwan mencatat, pasien yang terinfeksi virus Zika tidak lantas menjadi sakit. Sementara mereka yang terjangkit penyakit Zika cuma mengalami gejala ringan seperti demam, mata merah dan pegal otot. Penyakit Zika biasanya hilang dalam waktu sepekan. Sejauh ini dunia medis belum mampu mengembangkan vaksin yang bisa mencegah infeksi virus Zika. WHO juga mencatat wabah Zika bisa muncul setiap saat.
Foto: Reuters/R. Paiva
Kelainan pada Janin
Kendati tidak mematikan, virus Zika yang diidap oleh ibu hamil bisa menyebabkan kelainan pada janin. Laporan WHO mencatat ribuan kasus cacat lahir di Brasil disebabkan oleh virus Zika. Bayi biasanya dilahirkan dengan ukuran kepala yang lebih kecil dari semestinya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/F. Dana
Dimana Virus Zika Mewabah?
Menurut pengamat kesehatan, Dr. Ari F. Syam, Virus Zika juga pernah dicatat muncul di Indonesia. Dalam hasil penelusuran yang ia terbitkan di Kompas, Dr. Syam mencatat sejumlah warga negara Australia pernah dijangkiti virus tersebut setelah berpergian ke Indonesia pada tahun 1981 dan 2013. Saat ini virus zika tengah mewabah di Amerika Selatan.
Bagaimana Pencegahannya?
Mencegah virus Zika cuma bisa dilakukan dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypti yang juga menyebarkan demam berdarah. Selain metode pengasapan, pembiakan nyamuk bisa dicegah dengan menutup tempat penampungan air dan menguras bak mandi secara rutin. Selain itu masyarakat dianjurkan menimbun lubang sampah dan lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat pembiakan jentik nyamuk.
Foto: Reuters/J. Cabezas
6 foto1 | 6
Sikap antipati terhadap vaksinasi sempat mencuat September silam menyusul polemik sertifikasi halal vaksin campak dan rubella (MR). Saat itu Majelis Ulama Indonesia turut menabur keraguan terhadap vaksin MR karena membebaskan orangtua dalam memilih imunisasi.
"MUI dalam kapasitas tidak menghalalkan dan tidak mengharamkan karena belum diproses. Tetapi yang ragu dan belum yakin halal dan menolak ya tidak apa-apa," ujar Prof. Hasanuddin, Ketua Komisi Fatwa MUI, kepada Detik.com.
Gerakan anti vaksin juga menguat berkat kemunculan tokoh masyarakat yang secara terang-terangan menolak imunisasi, meski telah dibantah dunia medis.
Difteri adalah penyakit lama yang sebenarnya mudah dicegah dengan memberikan vaksin DPT tiga kali seumur hidup dengan jarak 10 tahun. Akibat penemuan vaksin, angka pengidap difteri yang tadinya berjumlah satu juta kasus per tahun di seluruh dunia sebelum dekade 1980an, menyusut menjadi 4.500 kasus di dunia pada 2015 siilam.
Menurut Kementerian Kesehatan, Indonesia sebenarnya sudah terbebas dari wabah difteri sejak tahun 1990an akibat program imunisasi nasional. Namun pada tahun 2009, kasus infeksi difteri kembali meningkat. Bahkan angka kematian akibat penyakit ini sejak 2015 telah mencapai 502 kasus.
Malaria Tetap Ancam Warga
Setiap tahunnya malaria merenggut nyawa ratusan ribu orang di seluruh dunia. Akibat penggunaan obat sembarangan serta obat palsu muncul jenis malaria yang resisten terhadap obat. Vaksinasi sejauh ini belum ada.
Foto: picture-alliance/dpa/Wildlife/W.Moeller
Nyamuk Beraksi
Hewan paling berbahaya sedunia adalah nyamuk Anopheles, inang Malaria, yang ukurannya hanya enam milimeter. Akibat penyakit infeksi ini di seluruh dunia satu juta orang meninggal setiap tahunnya. Serangan Malaria pada anak-anak paling banyak berakibat kematian.
Foto: action medeor/Birgit Betzelt
Dimulai Dari Gigitan Nyamuk
Jika nyamuk Anopheles mengigit orang yang terinfeksi Malaria, hewan ini akan menularkannya ke manusia lain yang digigit kemudian. Para peneliti menandai bibit penyakit Malaria dalam tubuh nyamuk dengan protein berwarna hijau. Parasit Malaria berkembang biak dalam tubuh inang, yang kemudian ditularkan pada manusia saat nyamuk mengisap darahnya.
Bibit penyakit malaria adalah Plasmodium. Para peneliti mengisolasi parasit ini dari kelenjar ludah nyamuk, di mana parasit berubah menjadi Sporozoit yang memicu infeksi.
Foto: Cenix BioScience GmbH
Masa Inkubasi 12 Hari
Dalam tubuh manusia Plasmodium mula-mula bersembunyi dalam hati. Orang yang terinfeksi tidak menyadari, hingga parasit ini 12 hari kemudian berubah menjadi Merozoit yang menyerang sel-sel darah merah dan penderita merasakan gejala khas penyakit Malaria.
Foto: AP
Kelambu Penolong Jiwa
Obat paling ampuh melawan Malaria : jangan sampai digigit nyamuk. Repellent yakni minyak atau krem yang dioleskan ke kulit bisa membantu. Yang paling ampuh adalah kelambu, agar saat tidur kita tidak digigit nyamuk Anopheles inang Malaria.
Foto: picture-alliance/dpa
Perlindungan Ganda
Para peneliti mengembangkan kelambu jenis baru yang memiliki keampuhan ganda. Pada benang pembuat kelambu diimbuhkan insektisida yang akan dilepaskan pelan-pelan dan kontinyu. Unsur aktifnya akan membunuh nyamuk yang hinggap pada kelambu.
Foto: Bayer CropScience
Racun Pembasmi Inang Malaria
Jika Malaria sudah mewabah, pemerintah biasanya mengambil langkah drastis, dengan melakukan penyemprotan racun serangga amat keras seperti DDT. Selain membunuh nyamuk, racun ini juga berdampak negatif terhadap lingkungan karena tahan lama serta bisa masuk ke dalam rantai makanan.
Foto: picture-alliance/dpa
Diagnosa Cepat
Uji cepat Malaria dengan setetes darah dapat membuktikan adanya plasmodium dalam darah. Dalam proyek di Afrika, warga yang hasil tesnya positif mendapat obat anti malaria. Tapi uji cepat semacam itu hasilnya tidak selalu dapat diandalkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengembangkan Kekebalan
Obat-obatan yang selama ini beredar di pasaran, bereaksi dengan menghancurkan parasit dalam darah atau mencegahnya berkembang biak. Tapi kini Plasmodium mengembangkan kekebalan terhadap unsur aktif konvensional seperti Chloroquin. Pemicunya, penggunaan obat sembarangan serta obat palsu. Kini satu-satunya jalan untuk mengatasi Malaria adalah mengembangkan obat baru.
Foto: picture-alliance/dpa
Riset Vaksin
Sejauh ini belum ada vaksin anti Malaria. Uji coba terbaru menunjukkan harapan sukses. Tapi tidak ada yang berani meramalkan, dalam waktu dekat akan berhasil dikembangkan vaksin ampuh anti malaria.