Rekor Kompensasi bagi Korban Pelecehan di Keuskupan Köln
14 Juni 2023
Putusan tersebut merupakan vonis pertama pengadilan dalam kasus pelecehan seksual oleh anggota Keuskupan di Köln, Jerman. Meski kasusnya sudah kedaluwarsa, gereja tetap mempersilahkan pengadilan berjalan.
Iklan
Pengadilan Tinggi memerintahkan Keuskupan Köln membayarkan uang ganti rugi sebesar 300.000 Euro atau sekitar Rp. 4,8 miliar kepada korban kejahatan seksual di gereja Katolik pada dekade 1970an.
Angka tersebut lebih tinggi ketimbang jumlah uang ganti rugi yang dibayarkan Keuskupan Köln secara sukarela di masa lalu.
Meski kasusnya sudah kedaluwarsa, Keuskupan tetap mempersilahkan pengadilan dilaksanakan, demi menentukan jumlah uang kompensasi bagi korban.
Meski putusan tersebut belum bersifat mengikat, Uskup Köln, Rainer Maria Woelki, telah mengindikasikan tidak akan mengajukan banding.
"Saya senang dan bersyukur, bahwa pengadilan telah berkontribusi untuk kejelasan kasus ini,” kata Woelki, sembari menekankan betapa pelecehan seksualadalah "kejahatan yang berdampak terhadap korban secara negatif selama hidupnya.”
Colonia Dignidad: Kisah Kelam Koloni Jerman di Chili
Colonia Dignidad, seyogyanya berarti koloni yang bermartabat. Namun, harkat kemanusiaan tak dapat ditemui di permukiman terpencil di Chili itu. Penyiksaan dan kekerasan seksual diduga bahkan menimpa anak-anak.
Tidak ada "amal"
"Organisasi Sosial bidang Pendidikan dan Amal yang Bermartabat" adalah semboyan permukiman terpencil "Colonia Dignidad" di selatan Chili tersebut. Sekte ini didirikan oleh aktivis pemuda protestan Jerman, Paul Schäfer yang berasal dari kota Bonn.
Foto: picture-alliance/dpa
"Paman Paul"
Tahun 1950 Paul Schäfer melakukan kekerasan seksual terhadap anak dari gereja Baptist Jerman. Ketika investigasi berlangsung, ia melarikan diri ke Chili dan mendirikan Colonia Dignidad. "Paman Paul" kembali melakukan kekerasan seksual terhadap anak-anak yang dipaksa bekerja di sana, sebagian dari mereka bahkan diculik dari Jerman. Ia juga menggunakan perangkat listrik sebagai alat penyiksaan.
Foto: dpa - Bildfunk
Dalang di balik kekejian "Colonia Dignidad"
Paul Schäfer bersahat erat dengan lingkaran ekstrimis kanan. Semasa rezim militer, Colonia Dignidad juga digunakan sebagai tempat penyiksaan lawan politik Pinochet (1973-1990). Ketika rezim tumbang, Schäfer melarikan diri dan tertangkap di Argentina tahun 2005. Mantan tentara Hilter ini dihukum 20 tahun penjara atas 25 kasus kekerasan seksual. Ia meninggal di penjara pada usia 88 tahun.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Pisarenko
Penebusan terakhir
Kurt Schnellenkamp, rekan Paul Schäfer, dipenjara tahun 2013. Ia berusia 88 tahun saat pengadilan Chili menjatuhkan vonis atas kasus penahanan ilegal dan kekerasan seksual terhadap anak. Putranya, Klaus, yang melarikan diri dari sekte totalitarian tersebut, menuliskan kisah masa kecilnya dalam buku berjudul "Born in the Shadow of Fear," tahun 2007.
Foto: Reuters
Aktor yang tersisa
Mantan wakil kepala dan dokter Colonia Dignidad, Hartmut Hopp, melarikan diri dari vonis hukuman di Chili tahun 2011. Ia sempat hidup bebas di Jerman akibat pemerintah Jerman menolak mengekstradisi warganya. Senin (14/08/2017) pengadilan Krefeld memutuskan bahwa hukuman lima tahun penjara sesuai vonis pengadilan Chili akan dilanjutkan di Jerman.
Foto: picture alliance/dpa
Di mana anak-anak kami?
5 Mei 1988, kerabat dari para tahanan yang disiksa di Colonia Dignidad berdemonstrasi di depan pintu masuk permukiman yang berkedok sebagai komunitas sekte Kristen tersebut. Pada saat diktator Pinochet berkuasa, koloni ini berfungsi sebagai bagian dari dinas rahasia militer Chili, Dirección de Inteligencia Nacional (DINA).
Foto: dpa
Koloni pasca Pinochet
Pasca menjabat sebagai presiden pertama pasca tumbangnya era diktator, Patricio Aylwin (1990 - 1994) mendeklarasikan status Colonia Dignidad sebagai "negara di dalam negara". Presiden yang memimpin Chili di masa transisi demokrasi ini menghapus status badan amal Colonia Dignidad tahun 1999. (Pada foto tampak Aylwin bersama dengan Pinochet)
Foto: Biblioteca del Congreso Nacional de Chile
Masih banyak yang hilang
Tahun 2005, pemerintah Chili merilis arsip rahasia yang mendata sekitar 39 ribu orang yang pernah ditahan di Colonia Dignidad. Kelompok HAM masih terus berusaha mengungkap nasib para korban yang menghilang sepanjang era kediktatoran Pinochet.
Foto: Asocacion por la Memoria y los Derechos Humanos Colonia Dignidad
Diangkat ke layar lebar
Tahun 2016 film berjudul "The Colony" yang dibintangi Emma Watson dan Daniel Brühl, mengangkat kisah nyata pasangan berkewarganegaraan Jerman yang terjebak dalam gejolak politik ketika Pinochet mulai berkuasa. Tak hanya memperlihatkan peristiwa penangkapan para aktivis politik, film ini juga menceritakan kondisi mencekam yang dihadapi para penghuni Colonia Dignidad.
Foto: Majestic Filmverleih GmbH
Perjalanan ke masa lampau
Sulit dipercaya, namun realitanya Colonia Dignidad bersolek menjadi lokasi wisata yang dilengkapi dengan promosi trip menggunakan jip. Di koloni yang kini bernama "Villa Baviera" tersebut, tiap tahun pengunjung juga dapat menghadiri "Oktoberfest", festival bir layaknya di Munich. Para penghuni koloni terdahulu masih menempati lokasi seluas 30 ribu hektar tersebut.
Foto: Archivo Villa Baviera
10 foto1 | 10
Kompensasi individual terbesar di Jerman
Kuasa hukum penggugat awalnya menuntut uang ganti rugi sebesar 800.000 Euro dari gereja.
Iklan
Pengadilan memutuskan, dana kompensasi sebesar 300.000 Euro akan dikurangi 25.000 Euro, senilai dengan uang ganti rugi yang sebelumnya sudah dibayarkan gereja.
Keuskupan juga diwajibkan membiayai perawatan kesehatan, terutama terkait trauma yang kemungkinan masih bisa muncul di masa depan.
Dalam kasus semacam itu, dana kompensasi ditentukan oleh sebuah komisi independen yang diutus oleh gereja. Menurut data komisi, besaran dana kompensasi per individu rata-rata sebesar 22.000 Euro. Hanya segelintir yang mendapat ganti rugi melampaui jumlah 100.000 Euro.
Penggugat adalah seorang ahli Teologi yang pernah bekerja untuk Keuskupan Köln pada dekade 1970an. Sementara pelakunya adalah pastor yang sebelumnya juga pernah terlibat kasus pelecehan seksual, namun hanya dimutasi dan tidak dipecat.
Solusi Inovatif untuk Mengatasi Kasus Pelecehan Seksual
Hampir satu dari tiga perempuan pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual setidaknya sekali seumur hidup, demikian laporan WHO 2021 lalu. Berikut ragam solusi digital sebagai upaya atasi pelecehan seksual.
Foto: Montira Narkvichien/UN Women | CC BY-NC-ND 2.0
Cincin alarm
Katya Romanovskaya awalnya pernah diserang. Pengalaman ini mendorongnya mendirikan perusahaan Nimb, yang menciptakan tombol darurat berbentuk cincin. Perhiasan buatan Rusia ini dirancang untuk memberi rasa aman pada perempuan. Jika tidak sengaja mengaktifkan peringatan, pengguna dapat membatalkannya dalam hitungan 20 detik. Namun, ada kata sandinya, jadi tidak semua orang bisa menghapusnya.
Foto: Mark Lennihan/AP/picture alliance
Cara kerja Nimb
Pengguna mengirimkan peringatan dan lokasi ke daftar nomor telepon yang telah dipilih sebelumnya. Pesan disampaikan dalam bentuk pemberitahuan baik berupa getaran, panggilan telepon, atau email. Orang yang memakai Nimb akan melihat cincin mereka bergetar dan tahu bahwa ada teman dan kerabat dalam bahaya. Informasi peringatan itu juga diteruskan ke layanan darurat dan kantor polisi.
Foto: Stephen Chung/ZUMA/imago
Berbicaralah kepada Spot
Insinyur dari Jerman dan Swiss menciptakan Spot, sebuah chatbot khusus yang memungkinkan karyawan melaporkan tuduhan pelecehan seksual secara anonim. Bot diprogram untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan informasi serta saran untuk membantu mereka menyelidiki insiden ini. Jawaban akan dirangkum ke dalam PDF, dengan lembar sampul yang tampak formal, yang dapat dikirim melalui email ke HRD.
Foto: Andriy Popov/PantherMedia/imago images
Sis bot buatan Thailand
Letkol Peabrom Mekhiyanont membuat chatbot yang memberikan informasi 24/7 bagi para penyintas kekerasan seksual. Bot ini dapat diakses melalui perangkat seluler atau komputer. Penyintas dapat mengirim pesan lewat Facebook Messenger, dan nanti akan otomatis dipandu terkait bagaimana cara melapor ke polisi, cara menyimpan barang bukti, dan layanan dukungan yang didapat para penyintas secara hukum.
Foto: Montira Narkvichien/UN Women | CC BY-NC-ND 2.0
Terkoneksi di malam hari dengan bthere
Aplikasi ini ditujukan untuk pengguna yang berusia 18-22 tahun demi mengurangi kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus-kampus di AS. Teknologi ini berupaya untuk membantu penggunanya menghindari situasi berbahaya dengan mendorong mereka terkoneksi di malam hari. Alat ini dilengkapi dengan fitur berkirim pesan, berbagi lokasi, bahkan hadiah yang mendorong pengguna habiskan waktu bersama.
Foto: bthere
Bagaimana cara kerja bthere?
Pengguna mendaftar dan membuat "lingkaran" dengan teman kampus, keluarga, atau teman serumah, yang dapat bersifat permanen atau sementara, misalnya hanya untuk keluar malam di hari tertentu. Aplikasi ini memiliki dua tujuan yakni menjaga anak muda tetap aman, tetapi juga memberi peluang agar mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam kehidupan nyata, dengan memanfaatkan kekuatan digital.
Foto: bthere
Callisto di kampus di Amerika Serikat
Kasus kekerasan seksual di berbagai kampus di AS mendasari terbentuknya Callisto. Platform ini dapat mendeteksi pelaku kekerasan seksual dengan teknologi AI yang menjalankan fungsi pencocokan. Penyintas akan melaporkan rincian pelaku ke dalam sistem, lalu penyintas lain juga memberi rincian serupa. Dengan cara ini, pelaku berantai dapat diidentifikasi terlepas dari afiliasi universitas.
Foto: Spencer Grant/imago images
Safecity di India
Dibentuk setelah kasus pemerkosaan Nirbhaya Gang 2012 di India, platform Safecity menjadi tempat berbagi cerita tentang pelecehan seksual atau pemerkosaan yang terjadi. Dengan menggunakan teknologi AI, secara visual akan terlihat lokasi berbahaya, dan rute aman. Lewat laporan berbasis crowdsoursing ini, otoritas keamanan dan pembuat kebijakan diharapkan dapat menciptakan ruang aman. (ts/ha)
Foto: safecity
8 foto1 | 8
Gelombang tuntutan terhadap gereja
Korban pelecehan dan kekerasan seksual di lingkungan gereja di Jerman pada dekade 1950an dan 1970an kebanyakan adalah anak-anak di bawah umur. Hingga kini, para penyintas mengalami ragam gangguan psikologis, seperti serangan panik, gangguan tidur hingga keluhan fisik.
Sebuah investigasi, yang dirilis baru-baru ini, menyebut pihak Keuskupan telah mengetahui tentang gelombang kasus pelecehan seksual pada 1980 dan 2010. Tapi para tersangka pelaku tetap bekerja selama beberapa dekade setelahnya.
Laporan tersebut ditanggap oleh Uskup Woelki dengan mengaku "malu" atas masa lalu gereja. Dia lalu memecat dua anggota keuskupan lantaran diduga ikut membiarkan terjadinya kasus pelecehan.
Sejumlah keuskupan lain di Jerman juga sedang menjalani sidang kompensasi yang diajukan korban. Kasus kejahatan seksual oleh gereja mulai marak diperkarakan sejak beberapa tahun terakhir, terutama di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada.