Ketua Gereja Protestan Jerman menyayangkan minimnya kritik organisasi Islam terhadap tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama. Ia mengimbau agar pemuka Islam lebih sering mengangkat isu tersebut dalam khotbahnya
Iklan
Bagaimana pemuka Islam memposisikan diri terhadap tindak kekerasan yang sering muncul mengatasnamakan Nabi Muhammad S.A.W? Terkait hal ini Ketua Gereja Protestan Jerman Nikolaus Schneider mengeluhkan bungkamnya organisasi Islam di Jerman terhadap aksi kekerasan yang digalang kelompok radikal seperti Negara Islam (IS).
"Diskusi mengenai legitimasi kekerasan di dalam al-Quran dan tradisi Islam yang digagas organisasi-organisasi Islam buat saya sangat kurang," ujarnya. Ia mendesak agar pemuka Islam lebih sering mengangkat isu kekerasan dalam khotbahnya.
Sejarah penyebaran Islam yang berkaitan dengan peperangan menurutnya, "Memiliki legitimasi di dalam Al-Quran. Sebagaimana juga Alkitab yang juga berisikan dalil untuk tindak kekerasan. Semua orang bisa menggunakan ayat-ayat tersebut jika ingin memanfaatkan kepercayaannya untuk mengksploitasi tindak kekerasan."
Sejarah Kekerasan dalam Kristen
Menurutnya gereja juga pernah berurusan dengan gelombang kekerasan mengatasnamakan agama. "Jadi kami tidak memiliki otoritas moral yang lebih tinggi. Saya cuma ingin mendorong perdebatan mengenai tradisi kekerasan di dalam Islam."
Geliat kelompok teror Islamic State yang menjangkau komunitas Muslim di Eropa sempat memicu kekhawatiran publik. Lusinan pemuda dan remaja putri Muslim asal Jerman dikabarkan hijrah ke Suriah untuk berjihad bersama IS.
Uniknya, ketika gelombang anti Yahudi menyapu Eropa lantaran dipicu serangan Israel ke Jalur Gaza, organisasi Islam di Jerman justru bersuara lantang menentang anti semitisme. Schneider mengakui, pemuka Islam kesulitan mempopulerkan tafsir damai terhadap ayat-ayat perang yang termaktub dalam Al-Quran.
rzn/yf (dpa,kna)
Mengenyam Pendidikan dan Teologi Islam di Münster
Di Jerman terdapat beberapa universitas yang menawarkan jurusan teologi Islam. Yang paling besar ada di Universitas Münster. Di jurusan ini dipersiapkan tenaga-tenaga pengajar untuk pelajaran agama Islam di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Pusat pendidikan Islam terbesar di Jerman
Pusat Teologi Islam di Münster (Zentrum für Islamische Theologie, ZIT) adalah satu dari empat pusat pendidikan Teologi Islam di Jerman. Pusat pendidikan Islam lainnya terletak di Frankfurt, Tübingen dan Nürnberg. Tapi jurusan di Universitas Münster ini yang terbesar. Pusat pendidikan ini mendapat bantuan dana sekitar 20 juta Euro dari pemerintah Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Metode ilmiah dalam pendidikan teologi
Mouhanad Khorchide merupakan pimpinan jurusan ini. Dia menyebut dirinya sebagai seorang ilmuwan sekaligus ahli agama. Menurut Khorchide, sistem pendidikan di institutnya mengacu pada metode ilmiah yang juga diterapkan dalam pendidikan teologi umum.
Foto: Ulrike Hummel
Suasana belajar
Inilah suasana belajar di ruang kuliah studi Islam di Universitas Münster. Dewan Pengawas Pusat Teologi Islam di Münster diisi oleh anggota dari empat organisasi besar Islam yang ada di Jerman. Pimpinan pusat kajian Islam, Mouhanad Khorchide menolak interpretasi fundamenlistik dan menyebut Islam sebagai "agama yang murah hati."
Foto: Amal Diab Fischer
Tempat terbatas
Setiap tahun, ribuan orang melamar, tapi hanya sekitar 400 orang yang bisa diterima. Dua jurusan khusus yang ditawarkan adalah jurusan "Teologi Islam" dan jurusan "Pendidikan Keguruan Islam". Tampak beberapa perempuan Muslim mengikuti seminar dalam pembukaan jurusan teologi dan keguruan Islam di Universitas Münster.
Foto: picture-alliance/dpa
Ingin jadi guru
Mariam Sarwary termasuk yang berhasil masuk ke jurusan keguruan Islam. Ia bercita-cita untuk menjadi guru pelajaran agama Islam. Saat ini sudah ada mata pelajaran Islam yang ditawarkan di sekolah di beberapa negara bagian. Kebutuhan guru agama Islam di Jerman diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun depan.
Foto: Marie Coße
Mualaf yang ingin mendalami
Di universitas yang sama, Daniel Garske lebih memilih jurusan Teologi Islam ketimbang keguruan Islam. Dia seorang mualaf dan baru mulai belajar tentang Teologi Islam beberapa tahun belakangan. Dia mengatakan: "Dengan pengetahuan yang saya dapatkan di sini, saya nantinya ingin bekerja dalam bidang teologi. Saya juga ingin membantu agar wajah dan citra Islam dalam masyarakat menjadi lebih baik.
Foto: Marie Coße
Dikunjungi presiden Jerman
Dalam kunjungannya pada bulan November 2013, Presiden Jerman Joachim Gauck berbincang dengan kepala pusat studi Islam di Münster, Mouhanad Khorchide.
Foto: picture-alliance/dpa
Belajar toleransi
Masih banyak guru pelajaran Islam dibutuhkan di Jerman. Bulent Senkaragoz, di antaranya, mendidik siswa dalam pelajaran agama Islam di Münster. Sebagai pendidik kerohanian, ia menanamkan kepada murid-muridnya, tentang betapa pentingnya toleransi.