Pemerintah Damaskus dan pasukan gerilyawan Kurdi YPG setuju membentuk Aliansi di Afrin untuk melawan serangan Turki. Situasi konflik di Suriah utara makin rumit.
Iklan
Tentara pemerintah Suriah akan memasuki daerah kantong Kurdi di Afrin dalam dua hari mendatang, setelah pihak Kurdi setuju menerima bantuan militer Suriah untuk menghadapi serangan Turki, demikian laporan kantor berita Reuters, mengutip seorang pejabat senior Kurdi.
Kesepakatan tersebut, yang diduga diprakarsai oleh Rusia, semakin memperumit konflik di Suriah utara karena melibatkan persaingan antara pasukan Kurdi, pemerintah Suriah, faksi pemberontak, militer Turki, Amerika Serikat, Rusia dan Iran.
Kantor berita Jerman DPA mengutip sebuah sumber anonim dan melaporkan, bahwa pasukan pemerintah Suriah akan masuk ke Afrin untuk mendukung Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) menahan serangan Turki,
Bergabung dengan pasukan pemerintah
Badran Jia Kurd, penasihat administrasi pimpinan Kurdi di Suriah utara, mengatakan kepada Reuters bahwa tentara Suriah akan ditempatkan di beberapa posisi perbatasan di wilayah Afrin.
Jia Kurd selanjutnya menerangkan, kesepakatan dengan Damaskus di Afrin merupakan aliansi militer tanpa kesepakatan politik yang lebih. "Kami dapat bekerja sama dengan pihak manapun yang memberi bantuan kepada kami sehubungan dengan kejahatan barbar dan diamnya dunia internasional," katanya.
Pemerintah Damaskus dan pasukan Kurdi masing-masing menguasai banyak wilayah dalam perang saudara Suriah. Kerja sama mereka merupakan perkembangan baru dalam konflik yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini.
Turki meluncurkan serangan udara dan darat di wilayah Afrin sejak bulan Januari melawan milisi YPG. Ankara memandang YPG sebagai organisasi teroris yang memiliki hubungan dengan pemberontakan bersenjata di Turki.
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Aliansi Suriah-Kurdi sampai kapan?
Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dan YPG selama ini memang menghindari pertempuran langsung. Namun, pasukan mereka kadang-kadang bentrok dan kedua pihak memiliki visi yang sangat berbeda bagi masa depan Suriah. Kurdi ingin mencapai kesepakatan jangka panjang, namun Assad mengatakan dia ingin merebut kembali seluruh negeri.
Sejak awal konflik Suriah pada tahun 2011, YPG dan sekutu-sekutunya telah mendirikan tiga kantong otonom di Suriah utara, termasuk Afrin dekat perbatasan Turki. Wilayah pengaruh mereka meluas ketika berhasil merebut wilayah yan dikuasai ISIS dengan bantuan AS. Namun, Washington menentang ambisi politik wara Kurdi untuk mendirikan negara sendiri.
Jia Kurd mengatakan, pasukan pemerintah akan tiba dalam dua hari mendatang. Namun sejauh ini, tidak ada konfirmasi dari pemerintah Suriah tentang kesepakatan tersebut.
Potret Brigade Fatemiyoun, Pasukan Rahasia Iran di Suriah
Brigade Fatemiyoun dibentuk Iran dengan menjaring pengungsi Syiah Hazara asal Afghanistan. Tugas mereka yang tadinya menjaga makam suci, kini menjadi perpanjangan tangan rejim Bashar Assad di Suriah.
Foto: Tasnim
Senjata buat Kaum Terbuang
Sejak 2012 Garda Revolusi Iran mulai merekrut pejuang dari etnis Hazara yang mengungsi dari Afghanistan. Mereka termasuk ke dalam 15% minoritas Syiah yang hidup dalam ancaman militan Sunni seperti Taliban. Sebagian bermukim di Iran, yang lain memilih membangun kehidupan di Suriah. Brigade Fatemiyoun dibentuk buat melindungi situs suci kaum Syiah, yakni makam Sayidah Zainab di Damaskus
Foto: Mashreghnews.ir
Lahir dari Perang
Milisi Syiah Afghanistan telah muncul sejak perang Iran-Irak pada dekade 1980an. Saat itu Pasdaran membentuk satuan bernama Brigade Abouzar yang terdiri dari pejuang Hazara. Sebagian besar pejuang Fatemiyoun pernah terlibat dalam perang Irak dan Afghanistan. Sebab itu kelompok bersenjata ini termasuk yang paling berpengalaman dalam perang saudara di Suriah.
Foto: Tasnim
Disambut Ayatollah Khamenei
Media-media Iran mulai melaporkan keberadaan pasukan rahasia ini sejak 2013, ketika jenazah gerilayawan yang tewas dipulangkan ke Iran dan keluarganya diterima oleh pemimpin spiritual Ayatollah Khamenei. Menurut kantor berita Tasnim, sejauh ini sebanyak 383 gerilayawan Fatemiyoun telah terbunuh dalam perang di Suriah.
Foto: MEHR
Milisi Berparas Militer
Bekas komandan Fatimiyoun, Sayed Hassan Husseini atau yang lebih dikenal dengan nama Sayed Hakim mengklaim milisi Syiah Afghanistan itu beranggotakan hingga 14.000 gerilayawan. Mereka terbagi dalam tiga brigade di Damaskus, Hama dan Aleppo serta dilengkapi dengan persenjataan berat seperti artileri, kendaraan lapis baja hingga unit spionase.
Foto: MEHR
Dana Surga buat Perang
Setiap gerilayawan Fatemiyoun mendapat gaji sekitar 450 Dollar AS per bulan. Selain itu pemerintah Iran juga memberikan dana tunjangan untuk keluarga. Jumlah uang yang diterima setiap serdadu bisa mencapai 700 Dollar AS atau sekitar 9 juta Rupiah per bulan. Kendati begitu, serdadu Fatemiyoun tidak diizinkan menetap lama di Iran, melainkan disiagakan di Suriah, Irak atau Afghanistan.
Foto: MEHR
Tersebar di Timur Tengah
Faris Baiush, seorang perwira berpangkat kolonel di Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) awal 2016 mengatakan kepada Alljazeera, pihaknya memperkirakan setidaknya 2.000 gerliyawan Syiah-Afghanistan ikut bertempur bersama pasukan pemerintah di kota Aleppo. Komandan Garda Revolusi, Mohammad Ali Jafari, mengklaim Iran memiliki 200.000 gerilayawan di Yaman, Irak, Suriah, Afghanistan dan Pakistan.
Foto: Tasnim
Pion di Negeri Orang
Media Iran, Mashregh, pernah memuat pernyataan seorang bekas komandan Garda Revolusi yang mengritik pemerintah karena tidak menggunakan Brigade Fatemiyoun dengan lebih optimal. Menurutnya milisi bersenjata itu bisa menjadi pion buat mendukung kebijakan luar negeri Teheran. (Penulis: Rizki Nugraha/as - Sumber: Aljazeera, Long War Journal, The Washington Institute)