1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Giliran Austria Menjadi Ketua Uni Eropa

10 Januari 2005

Jabatan Ketua Dewan Uni Eropa bergilir diantara negara anggota untuk jangka waktu enam bulan. Sejak Senin (9/1) Austria yang mendapat giliran. Sesuai tradisi, para Wakil Komisi Uni Eropa melawat ke negara ketua yang baru.

Schüssel dan Barrosso
Schüssel dan BarrossoFoto: AP

Setelah Inggris kini giliran Austria yang menjadi ketua bergilir Uni Eropa. Kanselir Austria Wolfgang Schüssel menduduki jabatan Ketua Dewan Uni Eropa. Dalam kesempatan ini, ia mengumumkan akan mengangkat kembali tema konstitusi Eropa. Kegagalan referendum di Perancis dan Belanda yang menyebabkan proses tersebut terhenti dan menjadi pukulan berat bagi Eropa. Austria bertekad sampai Juni mendatang akan menghimpun usulan-usulan untuk rancangan konstitusi baru. Yang dibutuhkan Eropa adalah sebuah konstitusi yang dapat menggiringnya menjadi besar dan kuat. Namun, Wolfgang Schüssel tidak munutup kemungkinan, isi undang-undang akan dirubah sebagian saja atau dilengkapi atau bahkan diganti total. Menurut Ketua Komisi Eropa José Barroso, yang perlu diperhatikan yakni bagaimana meyakinkan segenap masyarakat Eropa, agar bersedia menerima konstitusi baru:

„Kekhawatiran masyarakat Eropa tidak terletak pada konstitusinya itu sendiri, tetapi mereka takut kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, sekarang saatnya untuk konsentrasi pada masalah itu dan mengupayakan solusi yang konkret.“

Ketua Uni Eropa Wolfgang Schüssel mengatakan, bahwa pembahasan mengenai keanggotaan Turki dan Makedonia di Uni Eropa tetap dilanjutkan. Ia menambahkan:

„Kita jangan meremehkan masalah perluasan Uni Eropa. Tentu, perluasan dapat dilakukan. Namun, agar Eropa tidak kewalahan, masalah penerimaan anggota baru, bakal menjadi tema penting di masa mendatang.“

Dalam pertemuan ini, mewakili keduapuluh anggotanya, Ketua Uni Eropa Wolfgang Schüssel menghujat rencana Iran, yang telah mengumumkan, akan melanjutkan program riset atomnya. Semua segel yang dipasang Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di instalasi atomnya telah dicabut oleh Iran. Kepercayaan Eropapun goyah.

Sehubungan dengan itu, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan, sikap Iran dapat berakibat fatal. Namun Schüssel menerangkan, dalam pemerintahan Irak terdapat sejumlah politisi yang tidak sepakat dengan haluan presidennya, Mahmud Ahmadinejad. Schüssel mengharapkan, mereka dapat merubah sikap Ahmedinejad.

Menyangkut politik atom Iran, selambatnya sampai Kamis mendatang Perancis, Inggris, serta Jerman akan merundingkan, bagaimana kelanjutan pembahasan Uni Eropa dengan Iran. Amerika Serikat dan Uni Eropa curiga, Iran akan mengembangkan senjata atomnya.

Sebenarnya, Amerika Serikat dan Uni Eropa juga dapat mengajukan masalah ini di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sementara Rusia, masih menutup diri dan berpegang pada usulan komprominya, agar Iran menghentikan pengolahan bahan uranium dan sebagai gantinya, Rusia akan menjual bahan bakarnya kepada Iran.