Dataran tinggi Tibet, yang dengan gletsernya menyuplai air bagi ratusan juta orang di Asia, tercatat paling hangat dalam 50 tahun terakhir ketimbang periode kapanpun dalam dua milenium belakangan.
Iklan
Suhu dan kelembaban kemungkinan besar akan terus naik sepanjang abad ini, menyebabkan kemunduran gletser dan desertifikasi atau bertambah gersangnya lahan kering akan meluas, demikian menurut laporan yang dipublikasikan oleh Institut Riset Dataran Tinggi Tibet di Cina.
"Dalam 50 tahun terakhir, laju kenaikan suhu di dataran tinggi Tibet sudah dua kali lipat dari tingkat rata-rata global," tulis laporan tersebut.
Kemunduran gletser dapat mengganggu suplai air ke beberapa sungai utama Asia yang bersumber di dataran tinggi Tibet, termasuk sungai Kuning dan Yangtze yang melintasi Cina, sungai Brahmaputra di India, dan sungai Mekong serta Salween di Asia Tenggara.
Mei 2014, periset Cina mengatakan bahwa gletser Tibet telah menyusut sebesar 15 persen - sekitar 8.000 kilometer persegi - dalam 30 tahun terakhir.
Beban energi terbarukan
Laporan terbaru menyebut kombinasi perubahan iklim dan aktivitas manusia di dataran tinggi Tibet sebagai penyebab meningkatnya frekuensi banjir dan longsor. Walau kenaikan suhu juga diakui mampu meningkatkan ekosistem lokal.
Kalangan ilmuwan mendesak pemerintah Cina untuk berusaha mengurangi dampak manusia terhadap lingkungan yang rapuh itu.
Namun Beijing tengah membangun serangkaian proyek tenaga hidro skala besar di wilayah tersebut, dengan konstruksi beberapa bendungan raksasa dijadwalkan mulai tahun 2020. Cina telah mendirikan ribuan tanggul dalam beberapa dekade terakhir untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil.
India juga berencana membuat pembangkit listrik tenaga air sepanjang sungai Brahmaputra - lebih dari 100 proposal tengah dipertimbangkan - seraya negara itu berupaya untuk meningkatkan produksi listrik.
cp/vlz (rtr, dpa)
Himalaya - Sumber Hidup Asia
Seperempat penduduk dunia mendapat air dari pegunungan Himalaya. Sungai-sungai besar Asia berasal dari sana dan menyediakan air bagi pertanian, industri dan rumah tangga. Konflik juga sering terjadi karenanya.
Foto: picture alliance/dpa
Sungai Yangtze
Sungai terpanjang Cina ini sekarang sudah sangat tercemar. Industri, pertanian dan kota-kota alirkan limbah dan sampahnya ke sungai itu. Tetapi Yangtze terutama terkenal akibat bendungan Tiga Ngarai. Bendungan raksasa tersebut direncanakan untuk mengatur perlindungan terhadap banjir, penyediaan energi dan lalu lintas kapal. Tetapi untuk pembangunannya hampir dua juta orang terpaksa pindah rumah.
Foto: picture-alliance/dpa
Sungai Kuning (Huang He)
Lebih dari 100 juta orang hidup di tepi Sungai Kuning. Warna kuning pada airnya diakibatkan endapan tanah loss berwarna kuning. Masalah terbesar: akibat polusi, dua pertiga airnya begitu tercemar, sampai ikan yang hidup di dalamnya terancam, dan tidak bisa digunakan untuk irigasi pertanian.
Foto: Teh Eng Koon/AFP/Getty Images
Sungai Brahmaputra
Dua negara dengan jumlah penduduk terbesar, Cina dan India semakin menderita karena kekurangan air. Setelah ketegangan selama beberapa tahun, kedua pemerintahan tandatangani kerjasama bagi sungai milik bersama, Oktober 2013. Tetapi tidak semua konflik berhasil diselesaikan. Di bagian hulu sungai Brahmaputra, Cina dirikan beberapa bendungan. Ini sebabkan nelayan India kehilangan mata pencaharian.
Foto: picture alliance / dpa
Sungai Gangga
Di Allahabad, India, di mana sungai Gangga dan Yamuna menyatu alirannya, Januari 2013 lebih dari 100 juta orang datang untuk mencuci diri dari semua dosa duniawi dengan air sungai yang dianggap suci. Para peziarah turun ke dalam air di salah satu sungai yang paling tercemar di dunia. Limbah kota-kota dan sisa upacara penguburan dibuang ke sungai itu.
Foto: DW/ S. Waheed
Sungai Indus
Dua negara bertetangga yang bermusuhan, India dan Pakistan dialiri sungai Indus. Sungai itu digunakan sebagai sumber air dan kanalisasi air buangan. Kedua negara memang menandatangani perjanjian air tahun 1960, tetapi mereka tidak bisa mengakhiri konflik. Pakistan menuduh India, memblokir air bagi petani-petani Pakistan, dengan mendirikan bendungan untuk irigasi dan pembangkit tenaga listrik.
Foto: Asif Hassan/AFP/Getty Images
Sungai Mekong
Aliran sungai Mekong melewati enam negara, yang sebagian besar anggota komisi sungai, yang didirikan dengan dukungan Jerman tahun 1995. Komisi ini bertugas mewakili kepentingan bersama Kamboja, Laos, Vietnam dan Thailand. Tetapi konflik selalu ada, misalnya ketika penduduk desa di Thailand memprotes pembangunan bendungan Xayaburi.
Foto: picture-alliance/dpa
Sungai Irrawaddy
Sungai ini adalah sumber hidup Myanmar. Tetapi Irrawaddy juga melewati wilayah Tibet. 2007 junta militer Myanmar menandatangani pembangunan bendungan Myitsone dengan investor Cina. Bendungan itu terutama akan memasok listrik ke Cina. 2011 pemerintah Myanmar yang baru dipilih membatalkan kontrak dengan Cina dengan alasan, rakyat tidak menyetujui pembangunan bendungan.
Foto: AP
Sungai Salween
Di Myanmar penduduk daerah pegunungan Karen sudah memberontak terhadap pemerintah selama hampir 65 tahun. Beberapa bendungan, yang direncanakan akan berdiri di sungai Salween, akan memaksa ribuan orang Karen pindah rumah. Dalam hal kepentingan ekonomi, kepentingan penduduk asli sering diabaikan, walaupun Konvensi ILO 169 menetapkan, warga lokal harus ikut mendapat keuntungan.