Global Landscape Forum GLF 2018 diselenggarakan di Bonn, Jerman. Tujuan inisiatif ini adalah bagaimana menyehatkan lanskap atau bentang alam di muka bumi agar mampu berkelanjutan.
Foto: DW/I.B. Ruiz
Iklan
Kesejahteraan manusia bergantung pada bumi yang berkelanjutan. Pasokan makanan yang aman dan berlimpah, kesehatan masyarakat, keamanan dalam mata pencaharian atau pendapatan, berjalananya transaksi perdagangan dan membuka peluang ekonomi, mengelola energi terbarukan, menjaga keanekaragaman hayati, pengaturan suhu iklim dan keamanan pasokan air adalah di antara banyaknya sumber daya yang didukung oleh hutan, ladang dan lahan gambut.
Oleh sebab itu sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hutan, ladang dan lahan gambut. Hutan, misalnya, menurut Hiroto Mitsugi dari lembaga pangan dunia FAO untuk sektor kehutanan: "Rantai nilai kayu berkelanjutan dapat meningkatkan pemulihan lahan hutan dan menjadikannya kegiatan yang inklusif secara ekonomi dan sosial.”
Muncul Tanda Bahaya SOS Raksasa di Perkebunan Sawit Sumatera
Seniman Lithuania 'mengukir' bekas perkebunan sawit jadi bertanda “SOS” di tepi hutan lindung Sumatera Utara sebagai ekspresi keprihatinannya atas kehancuran hutan di Indonesia.
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
Berdampak buruk bagi masyarakat dan spesies langka
Proyek 'Save Your Souls' karya seniman Lithuania, Ernest Zacharevic ini merupakan bagian dari kampanye keprihatiannya atas dampak perkebunan kelapa sawit terhadap komunitas dan spesies langka di Indonesia. Huruf “SOS” membentang setengah kilometer di lahan seluas 100 hektar di Bukit Mas, Sumatera Utara, dekat ekosistem Leuser.
Foto: All Is Amazing/Nicholas Chin
Tanda darurat di perkebunan sawit
"Saya ingin menyuarakan besarnya masalah dampak kelapa sawit," ujar Zacharevic yang membuat proyak tulisan tanda SOS raksasa di perkebunan di Sumatera Utara. "Proyek ini merupakan upaya untuk menarik kesadaran khalayak yang lebih luas." Proyek ini, bekerja sama dengan kelompok konservasi Sumatran Orangutan Society (SOS) yang berbasis masyarakat dan perusahaan kosmetik Lush.
Foto: All Is Amazing/Nicholas Chin
Mengumpulkan dana kampanye
Mereka mengumpulkan dana untuk membeli perkebunan melalui penjualan 14.600 sabun berbentuk orangutan tahun lalu. Tujuannya adalah, benar-benar menghijaukan kembali lahan itu, yang sekarang dimiliki oleh sayap organisasi SOS di Indonesia, The Orangutan Information Center (OIC), dengan bibit pohon asli. Akhirnya menghubungkan kawasan itu dengan lokasi penghijauan OIC terdekat.
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
Mengolah konsep dan bertindak
Zacharevic berbagi ide kreatif yang sangat berani: Ia bersama kami saat itu dan kebetulan saja tanah yang baru kami beli itu adalah kanvas instalasi yang sempurna, tulis SOS di situsnya. Sekitar seminggu, seniman ini bekerja di lahan itu, menyusun konsep dan akhirnya menebang 1.100 sawit untuk menguraikan pesan ini.
Foto: Tan Wei Ming
Menanam kembali hutan
Setelah menghijaukan kembali lahan itu,sayap organisasi SOS di Indonesia, The Orangutan Information Center (OIC), menanaminya lagi dengan dengan bibit pohon asli di habitat tersebut sebagai upaya penghijauan.
Foto: Skaiste Kazragyte
Jadi sorotan dunia
Sementara itu sang seniman mewujudkan konsep yang digodok bersama sebagai penanda daruratnya kondisi hutan di Indonesia yang banyak digunduli: SOS. Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia dalam upaya mengendalikan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh penggundulan hutan lahan gambut untuk dijadikan perkebunan bagi industri seperti minyak sawit, pulp dan kertas.
Foto: Tan Wei Ming
Komitmen perusahaan-perusahaan
Tanda SOS ini muncul di tengah tekanan yang terus bergulir pada perusahaan kelapa sawit. PepsiCo dan perusahaan kosmetik Inggris Lush telah berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan minyak kelapa sawit - yang ditemukan dalam beragam produk mulai dari sabun hingga sereal .
Foto: picture-alliance/dpa/V. Astapkovich
Meningkatkan transparansi
Sementara, awal tahun 2018 ini perusahaan raksasa Unilever mengatakan telah membuka informasi rantai pasokan minyak sawitnya untuk meningkatkan transparansi.
Foto: Getty Images
Masyarakat adat yang tersingkirkan
Hutan-hutan ini sering berada di daerah terpencil yang telah lama dihuni oleh masyarakat adat, yang mungkin tidak memiliki dokumen yang bisa membuktikan kepemilikan lahan atau dapat bersaing dalam akuisisi lahan di negara Asia Tenggara yang kaya sumber daya.
Foto: Skaiste Kazragyte
Flora dan fauna yang makin menghilang
Perluasan hutan juga menyebabkan berkurangnya populasi satwa liar. Cuma sekitar 14.600 orangutan yang tersisa di alam liar di Sumatera, demikian perkiraan para pemerhati lingkungan. "Kita semua berkontribusi terhadap dampak merusak dari minyak kelapa sawit yang tidak berkelanjutan, apakah itu dengan mengkonsumsi produk atau kebijakan pendukung yang mempengaruhi perdagangan," papar Zacharevic.
Para ahli lingkungan mengatakan pembukaan lahan untuk perkebunan pertanian di Indonesia, penghasil minyak sawit terbesar di dunia, bertanggung jawab atas kerusakan hutan. Penutupan hutan telah turun hampir seperempat luasnya sejak tahun 1990, demikian menurut data Bank Dunia. (ap/vlz/Ernest Zacharevic/SOS/rtr/leuserconservation/berbagai sumber)
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
11 foto1 | 11
Koordinasi langkah internasional
Dalam beberapa tahun terakhir, komitmen global untuk urusan konservasi, restorasi bentang alam dan pengurangan emisi telah mempercepat upaya menuju masa depan yang lebih aman, lebih adil dan lebih berkelanjutan.
Langkah berikutnya dalam mencapai ikrar ini adalah dengan berusaha mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), serta apa yang disebut sebagai Bonn Challange atau Tantangan Bonn -yang berusaha memulihkan 150 juta hektar lahan yang terdegradasi dan terdegradasi-, di antaranya dengan cara memobilisasi aksi, penyediaan pendanaan, dan kemauan politik multilateral yang terkoordinasi.
Inisiatif Global Landscape Forum (GLF) di Bonn 2018 menyatukan beragam kepentingan mulai dari pengambil kebijakan, pemangku kepentingan hingga ke sektor swasta lokal dan global yang berkeinginan menemukan solusi di level bentang alam serta mengakselerasi aksi terukur di lapangan dalam menegosiasi konflik tuntutan pemanfaatan lahan yang penting bagi alam. Bersama dengan para petani dan generasi muda, berbagai pihak ini saling belajar, berbagi kisah sukses dan mengoordinasikan kerja dan kebijakan ke arah konservasi alam.
Dari hal kecil untuk manfaat besar
GLF adalah gerakan global pertama dan meruapakan platform multi-sektoral terbesar di dunia dalam hal bentang alam. Dengan menghubungkan pendekatan lanskap berkelanjutan dengan upaya-upaya global. Pertemuan Global Landscape Forum GLF tahun ini di Bonn menjadi wadah untuk berbagi pengalaman di berbagai sektor dan wilayah agar sama-sama beralih dari komitmen ke implementasi menyehatkan bentang alam.
"Ketidaksadarannya yang terjadi adalah ketika manusia yang tidak menyadari bahwa tanah merupakan kekayaan manusia yang paling berharga. Setiap orang harus bekerja untuk lingkungan yang lebih baik,” papar Yacouba Sawadogo, petani sederhana dari Burkina Faso pemenang The Right Livelihood Award atau Nobel Alternatif.
Metode ‘zai’ yang digunakan oleh Yacouba Sawadogo berhasil mengembalikan hutan. ‘Zai‘ adalah praktik kuno pertanian di Afrika yang sangat mudah dan tidak mahal. Cranya dengan menggunakan sekop untuk menggali lubang kecil ke tanah yang keras dan kemudian diisi dengan kompos yang terdiri dari biji pohon, millet atau sorgum. Lubang yang digali tersbut bisa menampung air yang jatuh saat musim hujan. Sehingga teknik ‘Zai‘ mampu menjaga kelembaban dan nutrisi selama musim kemarau. Ia kemudian dikenal sebagai “The Man Who Stopped Desert” atau lelaki yang menghentikan penggurunan.
Didukung oleh pemerintah Jerman dan mitra-mitra utama seperti organisasi lingkungan CIFOR, acara GLF diikuti lebih dari 2.000 peserta pertemuan di Bonn pada tanggal 1 dan 2 Desember 2018. Kegiatan ini menampilkan ide-ide para praktisi dan ilmuwan dalam pemulihan lanskap dan ilmuwan.
Api Melahap Aceh
Api masih berkobar di Aceh. Warga setempat semakin merasakan akibatnya berupa gangguan pernapasan. Warga sudah ada yang dilarikan ke rumah sakit.
Foto: Reuters/Antara Foto/S. Yulinnas
Menerobos Kabut Asap
Warga berupaya terus melaksanakan aktivitas walaupun kabut asap mencengkeram kawasan tempat tinggal mereka. Pemerintah masih berusaha memadamkan titik api, yang sekarang sudah lebih dari 100 lokasi.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Hanafiah
Memerangi Api
Pemadam kebakaran sudah dikerahkan, namun kebakaran susah dipadamkan sepenuhnya akibat kondisi tanah gambut.
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Kerahkan Bantuan
Sejumlah tentara juga dikerahkan untuk membantu mengatasi api yang sulit dipadamkan di tanah gambut. Tampak pada foto seorang tentara yang berusaha memadamkan api di desa Suak Raya, provinsi Aceh Barat.
Foto: Reuters/Antara Foto/S. Yulinnas
Kawasan Yang Hangus
Tidak ada lagi yang hijau. Foto yang diambil 26 Juli menunjukkan situasi di kawasan tempat api sebelumnya mengamuk, di Meulaboh. Kebakaran sepekan terakhir sudah menghanguskan sekitar 70 hektar lahan.
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Pemadaman dari Udara
Selain di darat, dari udara juga dilancarkan upaya pemadaman. Tampak pada foto bagaimana helikopter yang mengangkut air bergerak ke kawasan hutan gambut Meulaboh 26 Juli. Masalah kebakaran hutan yang diakibatkan pembukaan lahan tidak asing lagi di Indonesia.
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Menghadapi Kesulitan dengan Tabah
Walaupun pandangan sangat terganggu, warga tetap berusaha menjalankan aktivitas dan pekerjaan sebaik mungkin. Pada foto yang dibuat 27 Juli, seorang pria tampak di atas perahu kayu di kabupaten Aceh Barat.
Foto: Reuters/Antara Foto/S. Yulinnas
Melindungi Kesehatan
Warga berusaha menjaga kesehatan, dengan mengenakan masker untuk melindungi pernapasan. Akibat sulitnya pemadaman api di tanah gambut, api mudah merambat dan titik api semakin banyak.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Hanafiah
Dilarikan ke Rumah Sakit
Seorang anak laki-laki Aceh dirawat di rumah sakit akibat inveksi paru-paru karena menghirup asap yang timbul akibat kebakaran hutan di Meulaboh (26/07/2017).
Foto: Getty Images/AFP/C. Mahyuddin
Langkah Pemerintah
Di kabupaten Aceh Barat pejabat pemerintah membagi-bagikan masker kepada para pengemudi sepeda motor sebagai langkah penjagaan untuk menghadapi dampak kebakaran hutan. Penulis: ml/hp (Sumber: rtr, bbc, antara)
Foto: Reuters/Antara Foto/S. Yulinnas
9 foto1 | 9
Hasil dari pertemuan ini juga dapat dipantau lewat media sosial, yang akan menyajikan perdebatan pemikiran dan rencana konkret untuk transformasi bentang alam.