Google memecat karyawan yang mengklaim lewat sebuah memo internal perusahaan bahwa perempuan cenderung tidak dapat sukses di Google karena alasan biologis.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. J. Sanchez
Iklan
James Damore, insinyur perangkat lunak didepak dari Google hari Senin (07/08) lalu karena dianggap mencederai standar etika perusahaan. CEO Google, Sundar Pichai mengeluarkan nota internal yang menentang pesan anti-keragaman yang disebar Damore. "Ini mencederai standar etika perusahaan kita sebab mendorong munculnya stereotip terkait gender yang dapat merusak lingkungan kerja kita.“
Danielle Brown, wakil presiden Google untuk bidang keberagaman, integritas dan tata kelola, turut angkat suara. "Kita harus menyadari bahwa keragaman dan keterlibatan semua pihak adalah kunci sukses bagi perusahaan kita,“ tulis Brown dalam pernyatan yang dikirim ke semua karyawan.
Damore mengakui melalui email kepada kantor berita Bloomberg, bahwa ia telah dipecat dan menyatakan “menyebar stereotip gender“ sebagai alasan pemecatannya. Damore menambahkan sebelum dipecat, ia sempat melayangkan gugatan lewat dewan tenaga kerja nasional Amerika Serikat (NLRB) dengan menyebut jajaran managemen tertinggi di Google berusaha membungkam suaranya.
Memo 10 Lembar
Insiyur perangkat lunak ini telah bekerja di perusahaan pencari data raksasa tersebut sejak tahun 2013. Dalam memo yang ditulisnya ia menyatakan ada alasan biologis di balik ketidaksetaraan gender pada industri teknologi.
“Preferensi dan kemampuan laki-laki dan perempuan memang berbeda karena alasan biologis dan… perbedaan ini dapat menjelaskan mengapa perempuan direpresentasikan tidak setara dalam industri teknologi dan jajaran kepemimpinan,“ tulisnya. Damore menulis argumen kontroversial ini dalam 10 lembar dokumen yang seketika menjadi viral setelah diterbitkan website berita teknologi Motherboard.
Surga bagi Kaum Hawa
Inilah negara-negara yang memberi tempat tinggi bagi perempuan, dalam segi hak asasi, kesetaraan gender dan upah, keamanan dan kemajuan bagi kaum perempuan.
Foto: Fotolia/paul prescott
#7. Jerman
Dari segi hak asasi, kesetaraan gender dan upah, keamanan dan kemajuan bagi kaum perempuan, Jerman menempati posisi ke-tujuh surga kaum hawa sejagad. Jerman juga negara yang memimpin dalam kesetaraan gender di bidang sains. Sejak tahun 2010, jumlah peneliti perempuan naik hingga 25 persen.
Foto: Fotolia/kasto
#6. Selandia Baru
Survei yang dilakukan oleh BAV Consulting and the Wharton School of the University of Pennsylvania ini diikuti oleh ribuan perempuan. Dari segi hak asasi, kesetaraan gender dan upah, keamanan dan kemajuan bagi kaum perempuan, Selandia baru menempati posisi ke-enam.
Foto: Fotolia/XtravaganT
#5. Australia
Dalam beberapa tahun terakhir, perempuan di Australia telah mengambil alih kepemimpinan di sektor akademik, tempat kerja, dan pemerintahan. Di sini, bukan tak mungkin perempuan mempimpin negara. Namun mereka masih terpaksa bekerja ekstra 66 hari untuk mendapat upah setara pria.
Foto: picture-alliance/dpa
#4.Belanda
Kesenjangan gender di Belanda menipis di sektor kesehatan, pendidikan, politik dan ekonomi. Negara mengiming-iming banyak fasilitas dan kemudahan bagi ibu yang baru melahirkan. Sebagian besar ongkos perawatan pasca kelahiran anak juga ditanggung asuransi.
Foto: AP
#3. Kanada
Pemerintah melindungi hak perempuan baik di sektor domestik maupun publik. Namun meski demikian, masih ada catatan bahwa angka pembunuhan pada perempuan keturunan suku asli lebih tinggi dibanding perempuan Kanada pada umumnya.
Foto: Fotolia/Spectral-Design
2#. Swedia
Swedia membuat kemajuan amat progresif dalam hal kesetaraan laki-laki dan perempuan. Jika sebelumnya perempuan di negara itu pernah menjadi kelompok terpinggirkan, kini pemerintah setempat mengambil langkah untuk meredam perbedaan itu.
Foto: Fotolia/Kaponia Aliaksei
#1.Denmark
Meski pajaknya tinggi, matahari pelit bersinar di musim dingin, perempuan Denmark tetap bisa membuat iri perempuan-perempuan dari negara lain. Denmark menjadi surga dunia nomor satu bagi kaum hawa, di antaranya lewat program fasilitas perawatan anak yang disesuaikan dengan pendapatan. Kemudahan lainnya juga didapat orangtua yang baru punya bayi dalam mengambil cuti untuk merawat anak.
Foto: Fotolia/Masson
7 foto1 | 7
Stereotip Gender Marak di Sektor Teknologi
Debat mengenai perlakuan terhadap perempuan di industri yang didominasi pria merebak beberapa bulan terakhir, sejak meningkatnya laporan tentang pelecehan seksual dalam penggunaan jasa berbagi tumpangan seperti Uber.
Laporan ini mengguncang managemen perusahaan raksasa berbasis teknologi, temasuk Google. Secara publik, Google berkomitmen mendorong keberagaman dalam lingkup kerja mereka, munculnya memo Damore dianggap mencederai niat perusahaan yang tengah gencar mengkampanyekan keberagaman gender.
Debat ini meluas karena perusahaan teknologi yang bermarkas di California ini tengah menghadapi gugatan hukum dari Kementerian Tenaga Kerja Amerika Serikat yang menuding Google secara sistematis mendiskriminasikan perempuan. Google mengabaikan gugatan ini dengan alasan tidak ada perbedaan gaji antar gender di Google. Sayangnya, mereka tidak membuka informasi terkait gaji karyawannya kepada pemerintah. Berdasarkan laporan demografik perusahaan, 69% karyawannya dan 80% teknisi di Google adalah laki-laki.
Ed: ts/ap (Reuters, Bloomberg, AFP)
Perempuan-perempuan Yang Berani Membuat Perubahan: #BeBoldForChange
Lihat, bagaimana perempuan unjuk gigi di pekerjaan yang masih sering saja di’cap‘ sebagai "pekerjaan laki-laki". Simak apa yang mereka katakan.
Foto: Reuters/A. Cohen
"Machoisme masih berlanjut"
Hari Perempuan 2017 mengajak semua pihak untuk berani membuat perubahan dan mendorong kesetaraan di tempat kerja. Yolaina Talavera dari Managua, Nikaragua bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran. “Awalnya orang berpikir bahwa saya tidak akan bertahan lama kerja seperti ini, pelatihannya keras. Namun, saya menunjukkan bahwa saya mampu melakukan tugas yang sama dengan pria,“ ujarnya.
Foto: Reuters/O. Rivas
"Percayalah pada kemampuan Anda"
Khawla Sheikh adalah tukang ledeng di Amman, Yordania. Di ruang bawah tanahnya, ia mengajar para perempuan mereparasi pipa."Ibu rumah tangga lebih nyaman dengan tukang ledeng perempuan di rumah mereka, jika tak ada suami," kata Sheikh. "Untuk mengatasi ketidaksetaraan gender, semua sektor harus memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan di segala bidang."
Foto: Reuters/M. Hamed
"Jika ibu membesarkan anak laki-laki"
Berpose di perahu di barat Perancis, petani tiram Valerie Perron mengatakan keseteraaan gender harus ditanamkan sejak dini. "Kita harus mengajarkan anak laki-laki sedari kecil, bahwa mereka setara dengan perempuan. Mentalitas kuno harus diubah. Zaman sekarang, anak laki-laki boleh bermain dengan boneka dan gadis kecil juga boleh main mobil-mobilan."
Foto: Reuters/R. Duvignau
"Saya lebih baik dari laki-laki!"
Filipina Ocol, operator ekskavator atau mesin pengeruk tinggal di Tubay, Filipina selatan. Ibu tiga anak ini percaya diri atas kemampuannya: "Ada pekerja perempuan yang kemudikan truk besar dan ekskavator. Jika pria bisa melakukannya, mengapa perempuan tidak? Saya bahkan bisa melakukannya lebih baik daripada laki-laki. Mereka cuma bisa mengendarai salah satunya, saya bisa keduanya.”
Foto: Reuters/E. De Castro
"Ketidaksetaraan jender terjadi"
Deng Qiyan adalah dekorator bangunan di Beijing, Cina. Dia berbagi pengalaman: "Terkadang ketidaksetaraan jender terjadi, tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa tentang itu. Setelah semua terjadi, Anda harus mencerna semua hal emnyedihkan itu dan melanjutkan hidup," ujar ibu tiga anak ini.
Foto: Reuters/J. Lee
"Ketimpangan dimulai sejak dalam pikiran"
Di Istanbul, Turki, Serpil Cigdem bekerja sebagai sopir kereta. Dia berkisah: "Ketika saya melamar pekerjaan ini 23 tahun yang lalu, saya diberitahu bahwa itu adalah profesi untuk pria. Ada dalam ujian tulis, hasil ujian saya setara dengan pria, maka calon yang pria yang dipilih. Itu sebabnya saya kerja keras untuk lulus ujian dengan hasil yang lebih baik daripada calon laki-laki."
Foto: Reuters/O. Orsal
"Masyarakat telah berubah"
Ekaterine Kvlividze, seorang kapten militer, berdiri di depan helikopter Angkatan Udara Georgia UH-1H di Tbilisi, Georgia. Dia bergabung dengan militer Georgia tahun 2007. "Awalnya, ada beberapa kesulitan, berupa ironi dan sinisme. Saya merasa mereka tidak menghargai saya. Tapi, selama 10 tahun terakhir masyarakat telah berubah dan saat ini seorang pilot perempuan adalah hal biasa."
Foto: Reuters/D. Mdzinarishvili
"Pencapaian besar"
Trio ‘hijaber‘ Brunei ini mendaratkan pesawat ke Arab Saudi, negara dimana perempuan pun bahkan dilarang mengemudikan kendaraan. Penerbangan dipimpin kapten Sharifah Czarena, didampingi Sariana Nordin dan Dk Nadiah Pg Khashiem. Sharifah berujar: "Pilot adalah profesi yang didominasi pria. Tapi sebagai perempuan Brunei, ini pencapaian besar."
Foto: bento
"Perempuan diuji setiap hari"
Paloma Granero mengapung di terowongan angin di arena skydiving dalam ruang Windobona, di Madrid, Spanyol. Granero adalah instruktur skydiving. "Pria tidak harus membuktikan diri seperti kita. Pekerjaan instruksi sebagian besar diambil laki-laki, sedangkan pekerjaan administrasi sebagian besar diberikan kepada perempuan." Ed: Nadine Berghausen (ap/hp)