Penyedia mesin pencari terbesar di dunia, Google, berjanji menutup pintu terhadap iklan politik jelang Pilpres 2019. Langkah tersebut diharapkan bisa mencegah penyebaran kabar palsu atau hoaks.
Iklan
Raksasa internet, Google, memastikan bakal menutup platformnya untuk semua iklan politik jelang Pemilu Kepresidenan 2019. Hal ini dipastikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, saat menemui petinggi Google di sela-sela Forum Ekonomi Dunia dan ASEAN di Hanoi, Vietnam.
"Satu yang paling penting, Google sudah menetapkan tidak akan menerima iklan politik," kata Rudiantara dilansir Antara, Rabu (12/9).
Rudiantara menyempatkan bertemu dengan Presiden Google untuk kawasan Asia Pasifik, Karim Temsamani di Hanoi. Dia juga mengklaim pihaknya akan menghubungi platform digital dan media sosial lainnya untuk menerapkan langkah serupa.
"Kalo website, lain, ini yang di-manage oleh Google sendiri. Jadi kalau kita pasang ads, minta Google usia dan lokasinya di mana, itu selama konten politik, Google tidak menerima," imbuhnya lagi. Rudiantara juga menambahkan pemerintah menghargai keputusan Google dan berharap penyedia layanan pencarian terbesar di dunia itu juga aktif membantu menghentikan penyebaran kabar palsu.
Selamat Ulang Tahun ke-20 Google!
Tepat tanggal 4 September 20 tahun yang lalu Google didirikan. Berikut DW hadirkan beberapa fakta menarik seputar mesin pencari terbesar ini.
Foto: picture-alliance/dpa/Da Qing
Berawal dari proyek universitas
Perusahaan ini didirikan pada 4 September 1998, oleh Larry Page dan Sergey Brin di Menlo Park, California Amerika Serikat. Ide ini berawal dari proyek penelitian di Universitas Stanford untuk menyusun sebuah mesin pencari yang memberi peringkat sebuah laman internet berdasarkan seberapa banyak sebuah situs terhubung ke laman tertentu.
Foto: picture-alliance/JOKER/R. Magunia
Awalnya bernama BackRub
Page dan Brin awalnya menamakan mesin ciptaan mereka "BackRub" karena sistem bekerja memeriksa tautan balik guna mengkalkulasi seberapa penting sebuah situs di internet. Untungnya, mereka akhirnya mengubah nama itu menjadi Google. Nama ini didasarkan pada permainan kata dari simbol matematika untuk nomor 1 dengan 100 nol di belakangnya.
Foto: Reuters/C. Platiau
Nyaris bangkrut dan dijual
Pada masa awal-awal berdirinya, Google sempat mengalami masalah finansial. Para pendiri kemudian menawarkan untuk menjual Google kepada perusahaan teknologi lain yang bernama Excite dengan tawaran sebesar US$ 1 juta, tetapi ditolak. Tawaran telah diturunkan menjadi US$ 750.000, tapi tetap ditolak.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Kembali bangkit
Pada pelepasan saham perdana kepada publik (IPO) pada 2004, perusahaan menawarkan lebih dari 19 juta saham dengan harga $ 85 per lembarnya. Larry Page, Sergey Brin, ditambah pengusaha Eric Schmidt sepakat untuk bekerja sama selama 20 tahun hingga 2024. Google pun mengakuisisi banyak perusahaan seperti Android dan YouTube.
Foto: picture alliance/dpa/C. Dernbach
Mendunia
Saat ini, Google telah memiliki lebih dari 60.000 karyawan di 50 negara di dunia. Selain mesin pencari, produk Google juga kian beragam mulai dari peta, layanan surat elektronik, musik hingga ke YouTube untuk Android hingga Smartbox.
Foto: picture alliance/dpa/S. Hoppe
Kantor nonkonvensional
Beberapa kebijakan pada Google dibuat untuk menyejahterakan karyawan dan keluarganya. Google di Amerika Serikat misalnya, bila ada karyawan meninggal, maka pasangannya akan tetap mendapatkan 50 persen penghasilan selama satu dekade. Kantor Google yang berdisain unik juga dikenal penuh makanan untuk para karyawan.
Foto: picture-alliance/dpa
Google doodle
Tahun 2000 Page dan Brin meminta webmaster Dennis Hwang, yang waktu itu masih karyawan magang, untuk mendesain gambar khusus sebagai bagian dari perayaan hari Libur Nasional Prancis. Hasilnya luar biasa. Gambar yang dikenal dengan istilah doodle ini diterima sangat baik oleh para pengguna. Sejak itu, Google secara teratur mengganti doodle mereka dan menyesuaikan dengan pengguna lokal.
Foto: Google
Bisa ikut usulkan doodle
Dalam situsnya, Google mengatakan kalau Tim Doodle dengan senang hati menerima ide-ide baru untuk menjadi doodle berikutnya. Saran untuk Google Doodles dapat dikirim ke alamat email proposals@google.com. Namun karena banyaknya kiriman ide yang diterima setiap hari, mereka meminta maaf tidak dapat dengan cepat merespon tiap ide doodle yang masuk. (Dari berbagai sumber)
Foto: Google Inc.
8 foto1 | 8
Kiprah mesin pencari dan media sosial selama pemilihan umum pertamakali menarik perhatian pada Pilpres Amerika Serikat 2017 silam. Biro Investigasi Federal AS (FBI) melaporkan adanya pihak asing yang membeli iklan melalui Google, Facebook dan Twitter untuk mempengaruhi pemilih lewat berita palsu dan hoax.
Atas dasar itu Google sejak Mei silam menyaratkan pemasang iklan menunjukkan kartu kependudukan atau penduduk tetap di Amerika Serikat. Dengan ketentuan baru ini Google akan meminta pengiklan membuktikan identitasnya, entah itu perorangan, organisasi, atau komite politik. Google juga akan meminta agar tampilan iklan mengungkap sponsor yang membeli iklan tersebut.
Saat yang bersamaan Google Asia Pasifik juga memutuskan akan melarang semua bentuk iklan politik di Indonesia, termasuk di platform video Youtube. Namun begitu perusahaan asal California tersebut tidak bisa mengintervensi konten tak berbayar, kecuali yang dilaporkan karena dianggap melanggar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Hingga kini Google belum memastikan bakal mengerahkan tenaga manusia sebagai kurator iklan dan hanya akan mengandalkan sistem otomatis yang menyaring dan menolak iklan-iklan yang tidak sesuai dengan kebijakan periklanan perusahaan.
rzn/ap (antara, tempo)
6 Kabar Hoax yang Menyulut Perang
Ia bisa memicu konflik, menggulingkan pemerintahan dan memecah belah satu bangsa: kabar bohong alias Hoax sejak lama ikut menggerakkan sejarah peradaban manusia. Inilah kisahnya:
Foto: Fotolia
Fenomena Beracun
Kabar bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada hakikatnya, berita palsu yang marak di media-media sosial saat ini tidak berbeda dengan propaganda hitam yang disebar buat memicu perang dan kebencian pada abad silam. Fenomena itu mengandalkan jumlah massa untuk membumikan sebuah kebohongan. Karena semakin banyak yang percaya, semakin nyata juga sebuah berita
Foto: Fotolia/svort
Oplah Berganda buat Hearst
Pada 1889 pengusaha AS William Hearst ingin agar AS mengobarkan perang terhadap Spanyol di Amerika Selatan. Untuk itu ia memanfaatkan surat kabarnya, Morning Journal, buat menyebar kabar bohong dan menyeret opini publik, antara lain tentang serdadu Spanyol yang menelanjangi perempuan AS. Hearst mengintip peluang bisnis. Karena sejak perang berkecamuk, oplah Morning Journal berlipat ganda
Kebohongan Memicu Perang Dunia
Awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman bahwa militer Polandia telah "menembaki tentara Jerman pada pukul 05:45." Ia lalu bersumpah akan membalas dendam. Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.
Foto: Getty Images/H.Hoffmann
Kampanye Hitam McNamara
Kementerian Pertahanan AS mengabarkan bahwa kapal perang USS Maddox ditembaki kapal Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1964. Insiden di Teluk Tonkin itu mendorong Kongres AS menerbitkan resolusi yang menjadi landasan hukum buat Presiden Lyndon B. Johnson untuk menyerang Vietnam. Tapi tahun 1995 bekas menhan AS, Robert McNamara, mengakui insiden tersebut adalah berita palsu.
Foto: NATIONAL ARCHIVES/AFP/Getty Images
Kesaksian Palsu Nariyah
Seorang remaja putri Kuwait, Nariyah, bersaksi di depan kongres AS pada 19.10.1990 tentang kebiadaban prajurit Irak yang membunuh puluhan balita. Kesaksian tersebut ikut menyulut Perang Teluk. Belakangan ketahuan Nariyah adalah putri duta besar Kuwait dan kesaksiannya merupakan bagian dari kampanye perusahaan iklan, Hill & Knowlton atas permintaan pemerintah Kuwait.
Foto: picture alliance/CPA Media
Operasi Tapal Besi
April 2000 pemerintah Bulgaria meneruskan laporan dinas rahasia Jerman tentang rencana pembersihan etnis ala Holocaust oleh Serbia terhadap etnis Albania dan Kosovo. Buktinya adalah citra udara dari lokasi kamp konsentrasi. Laporan tersebut menggerakkan NATO untuk melancarkan serangan udara terhadap Serbia. Rencana yang diberi kode "Operasi Tapal Besi" itu tidak pernah terbukti hingga kini.
Foto: Yugoslav Army/RL
Bukti Kosong Powell
Pada 5 Februari 2003 Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, mengklaim memiliki bukti kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak pada sebuah sidang Dewan Keamanan PBB. Meski tak mendapat mandat PBB, Presiden AS George W. Bush, akhirnya tetap menginvasi Irak buat meruntuhkan rejim Saddam Hussein. Hingga kini senjata biologi dan kimia yang diklaim dimiliki Irak tidak pernah ditemukan.