Peneliti menemukan bahwa lempeng tektonik bergoyang maju mundur amat lambat, beberapa bulan sebelum gempa dahsyat terjadi. Fenomena misterius semacam ini diamati pada dua gempa besar yang terjadi di Jepang dan di Chile.
Iklan
Dalam 100 tahun terakhir, para pakar kebumian mencatat sedikitnya 10 gempa dahsyat yang melanda bumi. Salah satunya gempa bumi dahsyat di laut Tohoku-oki di Jepang pada 2011, tercatat berkekuatan 9,0 Skala Richter yang memicu tsunami dan menghancurkan reaktor nuklir Fukushima. Yang lainnya, gempa laut di Chile pada 2010 dengan kekuatan 8,8 Skala Richter yang memicu tsunami di kawasan yang cukup luas.
Pelajaran ilmiah apa yang bisa ditarik dari dua gempa dahsyat itu? Para peneliti dari pusat penelitian kebumian Jerman, Geoforschungszentrum Potsdam (GFZ) dan rekannya dari Chile dan Amerika Serikat menemukan kesamaan fenomena yang menarik, yang terjadi beberapa bulan sebelum gempa terjadi. Yakni sejumlah gerakan tanah amat aneh berupa maju-mundurnya lempeng tektonik dengan kecepatan sangat lambat. Atau para ahli menyebutnya sebagai “goyangan“ lempeng tektonik.
Para peneliti yang dipimpin pakar geofisika Jonathan Bedford bersama tim pakar geologi, geodesi dan seismologi melakukan evaluasinya dari gerakan stasiun bumi Global Navigation Satellite System (GNSS).
Stasiun bumi ini secara kontinu mengukur jarak pada berbagai satelit GNSS yang mengorbit bumi dalam lintasan eliptik. Setelah jarak ditegaskan dan perkiraan posisi satelit diketahui, para ahli geodesi bisa mendefinisikan gerakan satu titik di bumi, di dalam kerangka referensi terestrial.
Seluruh lempeng tektonik “bergoyang“
Pengukuran ini didukung jejaring stasiun terestrial yang amat padat di Jepang. Bedford dan rekan tim penelitinya menganalisa, bagaimana stasiun terestrial di Jepang dan Chile bergerak dalam kurun waktu lima tahun sebelum diguncang gempa dahsyat itu.
Mereka mencatat, pergerakan lempeng tektonik di mana stasiun berlokasi, bergerak maju dan mundur beberapa kali, di Jepang dalam waktu lima bulan sebelum gempa dan di Chile dalam kurun waktu tujuh bulan sebelum gempa. Para peneliti mempublikasikan hasil risetnya dalam jurnal ilmiah Nature.
Tsunami Paling Dahsyat di Abad 21
Tsunami dahsyat kebanyakan terjadi di pantai Samudra Pasifik dan dipicu gempa bumi kuat. Inilah tsunami terdahsyat dalam 20 tahun terakhir yang menelan ribuan korban jiwa.
Foto: BNPB
Indonesia, Selat Sunda, 2018
Letusan gunung Anak Krakatau 22 Desember 2018, menyebabkan longsoran material di bawah laut yang memicu gelombang tsunami di Selat Sunda. Lebih dari 280 orang tewas dan 1000 orang terluka. Selain itu, hampir 12 ribu penduduk di pesisir pantai Banten dan Lampung terpaksa mengungsi.
Foto: BNPB
Indonesia, Palu dan Donggala, 2018
Gempa 7,4 SR di jalur sesar Palu-Koro 28 September 2018 memicu tsunami yang menerjang kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. BNPB melaporkan 2.113 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik. Korban paling banyak berasal dari kota Palu, disusul Donggala, Sigi dan Parigi Moutong.
Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang mengguncang kota Kaikoura pada November 2016 adalah gempa bumi terburuk kedua dalam sejarah pasca kolonialisme Selandia Baru. Gempa diikuti sekitar 20 ribu gempa susulan dan tsunami setinggi tujuh meter. Dua orang tewas dan puluhan terluka.
Foto: Imago/Xinhua/L. Huizi
Jepang, 2011
Tsunami Jepang di tahun 2011 dipicu oleh gempa kuat bawah laut 9,1 SR. Gelombang tsunami mencapai tinggi 40,5 meter. Bencana itu menewaskan sekitar 16.000 orang dan melukai ribuan lainnya, serta menghancurkan banyak rumah dan bangunan. Tsunami ini juga menyebabkan meledaknya PLTN Fukushima Daiichi, dan jadi bencana nuklir terburuk sejak Chernobyl.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tomizawa
Chile, 2010
Gempa berkekuatan 8,8 skala Richter pada Februari 2010, memicu gelombang tsunami yang menghantam pantai tengah Chili dan menewaskan sedikitnya 525 orang. Peringatan tsunami dikeluarkan hingga Jepang dan Rusia. Chile mencatat rekor gempa bumi terkuat dalam sejarah peradaban, yang mengguncang kota Valdivia tahun 1960 dengan kekuatan 9,4-9,6 skala Richter.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hernandez
Kepulauan Solomon, 2007
Gempa bumi 8,1 skala Richter melanda Kepulauan Solomon dan Papua Nugini pada April 2007. Gempa memicu tsunami setinggi 12 meter yang melanda dua desa. Setidaknya 52 orang tewas dan sekitar 900 rumah serta satu rumah sakit hancur.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Robichon
Samudra Hindia, Banda Aceh 2004
Tsunami paling dahyat di abad 21 terjadi 26 Desember 2004 yang melanda 14 negara di Samudra Hindia. Tsunami setinggi 30 meter itu dipicu gempa bumi berkuatan 9,1 SR dengan episentrum 85 km di lepas pantai Banda Aceh. Sekitar 230.000 orang meninggal, terbanyak di Aceh dengan 160.000 korban jiwa. Tsunami bergerak hingga sejauh 6400 km sampai ke Tanzania dan Afrika Selatan.(Ed:na/as)
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
7 foto1 | 7
Kedua lokasi pertemuan lempeng tektonik adalah zona subduksi, dimana satu lempeng menyusup di bawah lempeng lainnya. Dalam kedua penelitian, diketahui lempeng samudra menyusup ke bawah lempeng benua di kawasan palung laut.
Dalam kondisi normal, lempeng benua biasanya ditekan oleh lempeng samudra dan dengan begitu ditekan menjauhi palung. Akan tetapi para pakar geofisika kini menemukan gerakan itu mula-mula berbalik arah, mendekati palung lalu kemudian menjauh lagi. Demikian berulang kali, sehingga seperti “goyangan“ lempeng tektonik.
Gerakan serupa sepanjang ribuan kilometer
Amplitudo gerakan itu, menurut para peneliti tidak besar, hanya sekitar 4 hingga 8 milimeter. Namun Bedford merujuk, bahwa amplitudo ini relevan, mengingat pergerakan lempeng tektonik juga hanya beberapa sentimeter per tahunnya. Lebih jauh lagi, kontraksi ruang dari sinyal menyebar ribuan kilometer di sepanjang perbatasan lempeng.
“Ada asumsi umum bawah proses di bagian terdalam subduksi berlangsung dalam kecepatan konstan di antara gempa bumi hebat“, ujar ilmuwan dari GFZ itu menjelaskan. “Namun penelitian kami menunjukkan, bahwa asumsi ini merupakan penyederhanaan berlebihan. Faktanya, variabilitas bisa saja menjadi faktor kunci untuk memahami bagaimana terjadinya gempa paling dahsyat“, tambah Bedford.
Dengan pelacakan satelit global yang makin bagus, dan data akurat yang tersedia setelah beberapa dekade, para peneliti gempa bumi punya kemampuan lebih bagus lagi untuk melakukan observasi. “Dalam tahapan berikutnya, kami mungkin bisa memonitor perubahan dalam waktu hampir real time“, ujar pakar geofisika Bedford menambahkan.
Tidak bisa digunakan sebagai sistem peringatan dini
Walau begitu, sejauh ini para pakar kegempaan tetap belum bisa meramalkan kapan dan di mana gempa dahsyat akan terjadi.
Dengan membuat perhitungan magnitudo gempa dahsyat terakhir di sebuah kawasan dan mengetahui kecepatan relatif gerakan lempeng tektonik, para ahli hanya bisa memperkiraan, kapan sebuah sesar atau patahan akan cukup matang untuk mengulang peristiwa gempa. Namun juga ada ketidakpastian besar dalam pendekatan semacam ini.
Penyebabnya, sebuah sesar bisa saja memicu gempa berskala di atas 8 SR hanya dalam kawasan kecil. Tapi di lain waktu, tiba-tiba memicu gempa dahsyat dalam kawasan cukup luas.
Jadi apakah monitoring gerakan lempeng tektonik yang tidak lazim seperti kasus gempa Jepang dan gempa Chile bisa memberikan peringatan dini lebih baik, terkait akan terjadinya gempa dahsyat? Jawabanya, tidak.
“Sinyal yang diamati dalam riset ini, tidak selalu menjadi petunjuk adanya gerakan sebuah gempa besar“, papar Bedford. Dan masih diperlukan banyak penelitian lanjutan. Pakar geofisika ini juga mewanti-wanti, pada prinsipnya, orang yang bermukim di kawasan gempa bumi hebat, tetap harus waspada.
(as/gtp )
Gempa Paling Mematikan di Abad-21
Gempa berkekuatan 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah dan menewaskan lebih dari 15.000 jiwa adalah salah satu dari gempa paling mematikan. Inilah daftar gempa paling mematikan di abad-21 versi USGS.
Foto: AP
Turki dan Suriah
Lebih dari 50.000 orang tewas dan ratusan gedung roboh akibat gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah pada hari Senin, 6 Februari 2023. Layanan Geologi Amerika Serikat mengatakan, gempa berkekuatan 7,8 SR ini berpusat di utara kota Gaziantep, pusat industri utama di dekat perbatasan dengan Suriah. Gempa dilaporkan terasa hingga ke Kairo, Mesir.
Foto: DHA/AFP
Port au Prince, Haiti
Sedikitnya 320.000 tewas, 300.000 lainya cedera akibat gempa berkekuatan 7,3 pada skala Richter yang mengguncang Haiti 12 Januari 2010, dengan episentrum sekitar 25 km di barat ibu kota Port au Prince. Bencana kemanusiaan di Haiti berlarut akibat sangat buruknya manajemen krisis dari pemerintah serta penjarahan brutal oleh warga yang selamat dan kelaparan.
Foto: AP
Aceh, Indonesia
Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, 26 Desember 2004. Tsunami dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Jakarta mengklaim, korban terbanyak sekitar 165.000 orang berasal dari Indonesia mayoritasnya dari Banda Aceh.
Foto: AFP/Getty Images/Choo Youn Kong
Sichuan, Cina
Hampir 90.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang mengguncang Sichuan di Cina, pada 12 Mei 2008. Lebih dari lima juta bangunan runtuh. Korban kebanyakan tewas tertimpa bangunan yang runtuh, karena pembangunannya tidak mematuhi standar keamanan. Lebih dari lima juta warga Sichuan jadi tunawisma karena rumahnya hancur.
Foto: AFP/Getty Images
Kashmir, Pakistan
Lebih 84.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter yang melanda kawasan Kashmir Pakistan di pegunungan Himalaya, 8 Oktober 2005. Episentrum gempa terletak di sekitar kota Muzaffarabad. Juga dilaporkan 1.300 korban tewas di kawasan Kashmir India, dan puluhan tewas di Afganistan.
Foto: AFP/Getty Images/E. Feferberg
Bam, Iran
Lebih 40.000 orang tewas dan 30.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,6 pada skala Richter yang melanda Provinsi Bam di Iran, pada 26 Desember 2003. Sekitar 70 persen kawasan kota termasuk bangunan bersejarah terbuat dari lempung juga hancur total. Kebanyakan korban tewas akibat tertimbun bangunan yang runtuh.
Foto: AP
Fukushima, Jepang
21.000 tewas dan lebih 4.000 dinyatakan hilang, akibat tsunami yang melanda Fukushima 11 Maret 2011. Pemicunya adalah gempa dahsyat berkekuatan 9.0 pada skala Richter dengan episentrum di kawasan laut di timur Kepulauan Honshu. Bencana gempa dan tsunami juga diikuti bencana atom, akibat meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi di Fukushima.
Foto: picture alliance/dpa
Gujarat, India
Lebih dari 20.000 tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, yang mengguncang negara bagian Gujarat di India, 26 Januari 2001, bertepatan dengan peringatan Republic Day ke-52. Ini gempa dahsyat pertama di abad ke-21 dengan korban tewas cukup banyak.
Foto: SEBASTIAN D'SOUZA/AFP/Getty Images
Kathmandu, Nepal
Dikhawatirkan hingga 10.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7.9 pada skala Richter dengan episentrum 80 km di barat ibu kota Kathmandu, yang mengguncang Nepal 25 April 2015. Gempa juga memicu longsor salju (avalanche) yang menewaskan 250 warga dan puluhan pendaki gunung di Himalaya. Sejauh ini dikonfirmasi lebih 7.300 tewas, namun banyak warga yang masih dinyatakan hilang.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
Yogyakarta, Indonesia
Sekitar 5.800 tewas dan 36.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,3 pada skala Richter yang melanda Yogyakarta, 26 Mei 2006. Episentrum gempa dangkal ini berada di Samudra Hindia, sekitar 22 kilometer di tenggara Yogyakarta. Lebih 1.350 ribu bangunan hancur dan 1,5 juta orang jadi tunawisma.