Macet adalah masalah di kebanyakan kota-kota besar, termasuk di Indonesia. Pakar informatika Jerman mengembangkan sistem navigasi yang tidak hanya menghindari kemacetan, tapi juga mampu mencegah kemacetan.
Iklan
Masalah yang dikenal setiap pengemudi mobil. Jalan yang macet total. Laporan kemacetan dari sistem GPS juga tidak membantu. Sebaliknya, sistem navigasi mobil turut menyebabkan kepadatan jalan.
Christian Brüggemann adalah pendiri perusahaan Graphmasters yang tengah mengembang tekonologi GPS baru. "Ini karena semakin banyak sistem navigasi yang tersambung data lalu lintas real time. Sistem lalu bereaksi jika ada laporan macet. Tapi GPS bereaksi dengan cara yang sama. Jalur alternatif untuk mengatasi kemacetan yang diberikan sistem navigasi juga sama. Jadi pada akhirnya pengemudi kembali terjebak macet di jalur baru tersebut."
Usulan rute berbeda
Solusinya: sistem yang mengenal kepadatan jalan dan memberikan usulan rute yang berbeda bagi setiap kendaraan. Ini akan mencegah terjadinya macet. Brüggemann menjelaskan: "Istimewanya, begitu saya mendapat rute, di waktu bersamaan tiap-tiap jalan di rute ini berdasarkan waktu tertentu diblokir khusus untuk saya. Seperti sistem pemanasan. Jadi bisa terhindarkan ada terlalu banyak kendaraan yang secara bersamaan diarahkan ke jalan dan rute yang sama."
10 Kota Termacet di Dunia
Hampir semua penduduk Jakarta pernah terjebak di tengah kemacetan. Fenomena tersebut terbukti menempatkan ibukota Indonesia di urutan teratas dalam daftar kota termacet di dunia versi Castrol. Berikut daftarnya:
Foto: Getty Images/K. Desouki
1. Jakarta, Indonesia
Ibukota Indonesia ini dinobatkan sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata setiap tahunnya pengemudi kendaraan di Jakarta mengalami 33,240 start-stop alias kemacetan. Catatan ini tidak mengherankan mengingat pembangunan infrastruktur tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi kendaraan yang saat ini menurut Polda Metro mencapai 21 juta di Jakarta.
Foto: DW
2. Istanbul, Turki
Ibukota Turki kebanjiran 30.000 mobil baru setiap bulan. Menurut data statistik, satu dari lima orang di Istanbul memiliki kendaraan bermotor. Tidak heran kota metropolitan di antara dua benua ini menduduki peringkat kedua dalam daftar kota termacet di dunia. Selama setahun setiap pengemudi di Istanbul harus berhenti sebanyak 32,520 kali karena kemacetan.
Foto: AFP/Getty Images/O. Kose
3. Mexico City, Meksiko
Sebanyak empat juta kendaraan bermotor lalu lalang di kota Mexico City setiap harinya. Tidak heran jika kota ini juga dianggap sebagai salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Dalam Castrol Index, pengemudi di Mexico City mengalami 30,840 stop dan start setiap tahun.
Foto: Christoph Kober
4. Surabaya, Indonesia
Surabaya mencatat 4,5 juta kendaraan dengan penambahan sekitar 17.000 kendaraan baru setiap bulannya. Penyebab kemacetan terbesar di ibukota provinsi Jawa Timur ini adalah motor yang jumlahnya mencapai 3,6 juta unit. Jika melihat pertumbuhan jumlah populasi kendaraan yang mencapai 209.000 unit per tahun, dalam lima tahun ke depan situasi lalulintas Surabaya akan memasuki wilayah kritis.
Foto: CC BY-NC 2.0/Ikhlasul Amal
5. St. Petersburg, Rusia
St. Petersburg sejatinya memiliki sistem transportasi publik yang sangat memadai. Sekitar 2,5 juta penumpang tercatat menggunakan layanan kereta bawah tanah, Metro, setiap harinya. Dengan jumlah penduduk yang berkisar lima juta, angka tersebut sebenarnya sudah sangat baik. Tapi tingginya angka lalulintas pegawai yang tinggal di luar kota membuat padat jalan-jalan di St. Petersburg
Foto: picture alliance/Michael Schwan
6. Moskow, Rusia
Kecepatan rata-rata kendaraan di Moskow tercatat maksimal 3 kilometer/jam. Serupa dengan Jakarta, ibukota Rusia ini kewalahan menghadapi ledakan pembelian kendaraan yang melonjak dalam satu dekade terakhir. Kendati memiliki sistem transportasi yang memadai, Moskow tertinggal dalam urusan pembangunan infrastruktur. Menurut pemerintah kota, ruas jalan yang ada cuma mampu menampung 30% kendaraan.
Foto: picture-alliance/dpa
7. Roma, Italia
Sejak bertahun-tahun kota Roma di Italia mencoba mengatasi masalah lalulintas berupa minimnya jumlah transportasi publik dan rasio kendaraan bermotor per kapita yang tertinggi kedua di Italia. Negeri di selatan Eropa itu sendiri tercatat sebagai negara dengan tingkat kepadatan kendaraan tertinggi di dunia. Terdapat nyaris 600 kendaraan bermotor untuk setiap 1000 penduduk Italia.
Foto: Getty Images
8. Bangkok, Thailand
Kebijakan bekas PM Takhsin Shinawatra yang memangkas pajak buat pembeli kendaraan baru turut menambah runyamnya kondisi lalulintas di Bangkok. Sejauh ini kota berpenduduk sekitar 14 juta jiwa itu memiliki hampir delapan juta kendaraan. Castrol Index mengklaim setiap pengemudi di Bangkok menghabiskan 36 persen dari waktu perjalanan terjebak di tengah kemacetan.
Foto: AFP/Getty Images/S. Khan
9. Guadalajara, Meksiko
Menurut Castrol Index, pengemudi di Guadalajara mengalami 24,840 start-stops per tahun. Artinya lebih dari 30% waktu perjalanan dihabiskan di tengah kemacetan. Guadalajara mencatat rasio kepemilikan kendaraan terbesar di Meksiko. Tercatat satu dari empat orang di kota ini memiliki mobil atau motor.
Foto: imago/Xinhua
10. Buenos Aires, Argentina
Dari tiga juta penduduk Buenos Aires, tercatat dua juta kendaraan yang berlalu lalang di jantung kota setiap harinya. Castrol Index mengklaim setiap pengemudi di ibukota Argentina ini mengalami 23,760 start-stops setiap tahunnya.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Software GPS menunjukkan kapasitas tertentu tiap jalan, berdasarkan jumlah lajur dan pembatas kecepatan. Saat pengemudi meminta rute dari GPS, sistem memperhitungkan kapan mobil akan melewati jalan-jalan tersebut. Begitu batas kapasitas jalan tercapai, mobil secara otomatis diarahkan ke rute alternatif.
"Pada GPS kami banyak rute berbeda yang diberikan karena adanya sistem pemesanan jalan. Lalu lintas disebar secara ideal pada infrastruktur. Seluruh kota dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga bisa sampai ke tujuan dengan lebih cepat. Di sebelah kanan, hampir semua kendaraan mencoba masuk ke lajur utama lalu lintas, sehingga kemacetan dengan cepat terjadi di daerah ini", demikian analisa Brüggemann.
30 persen lebih cepat
Sistem ini bisa mencegah macet secara aktif. Untuk itu kecepatan dan posisi mobil di daerah tertentu tercatat dalam real time. Pada simulasi komputer lalu lintas 30 persen lebih cepat mengalir dengan sistem ini. Saat jam sibuk, aplikasi ini bahkan bisa membantu sampai ke tujuan dua kali lebih cepat. Semakin banyak mobil yang dilengkapi dengan sistem GPS baru ini, semakin baik rute yang diberikan untuk menghindari macet.
Namun, menurut Brüggemann ada syaratnya. "Supaya arus lalu lintas membaik dan macet terhindarkan, sekitar 10 persen pengemudi harus turut serta. Ini tidak hanya membantu 10 persen pengemudi, tetapi juga semua pengemudi lainnya. Karena berkatnya, kemacetan bisa dicegah."
Butuh kerjasama produsen mobil
Tapi 10 persen tersebut tidak akan tercapai hanya lewat app yang dibuat oleh tim Christian Brüggemann. Karena itu, rencananya adalah: antarmuka terbuka yang bisa mengintegrasi software dengan mudah ke sistem navigasi lainnya. Kerjasama telah disepakati dengan Bosch yang menyuplai GPS bagi Ford dan Opel (GM). Pasar berikut yang menjadi sasaran adalah Amerika Serikat.
Uji coba sistem menunjukkan kemampuannya. "Setiap pagi saat saya berangkat ke kantor, hampir setiap hari saya diarahkan ke rute yang berbeda. Tapi pada dasarnya hampir selalu tiba di waktu yang sama. Kesimpulannya, jalanan cukup untuk semua mobil, tapi tidak dimanfaatkan. Sistem kami bisa membantu mobil memanfaatan semua lajur yang ada dan sampai lebih cepat di tujuan", ujar Brüggemann.
GPS baru ini tidak hanya menghemat waktu. Mobil yang tiba di tujuan lebih cepat, berarti juga menghemat bensin dan mengeluarkan gas CO2 lebih sedikit. Sistem navigasi yang ramah lingkungan, dan bisa menghindari terjebak kemacetan berkat informasi rute yang individual.