Greenpeace: H&M, ZARA, Adidas, Puma Hindari Kimia Beracun
13 Juli 2018
Sejak lama Greenpeace berkampanye menentang bahan kimia berbahaya yang digunakan industri tekstil. Sekarang sudah 80 perusahaan tekstil besar yang mendukung kampanye anti racun ini.
Iklan
Banyak nama besar di industri tekstil, seperti H&M, Zara, Adidas, Puma dan Nike, yang ikut dalam Kampanye Detox yang dimulai Greenpeace sejak tujuh tahun lalu. Sekarang sudah ada lebih 80 perusahaan tekstil yang menandatangani kesepakatan untuk menghindari bahan-bahan kimia beracun dalam proses produksinya, kata Greenpeace.
"Pada awalnya, industri dan politik menganggap tuntutan kami agar menghidnaribahan kimia beracun dalam industri tekstil sebagai tidak realistis", kata ahli tekstil Greenpeace, Viola Wohlgemuth. Namun kemudian, "Kampanye Detox makin meluas ke publik" dan banyak perusahaan yang akhirnya mengikuti standar baru pengolahan tekstil yang bebas racun kimia, lanjutnya.
Industri yang sedang booming
Industri pakaian saat ini sedang mengalami peningkatan pesat. Tahun 2017, konsumsi pakaian akan mencapai volume 62 juta ton dan sampai tahun 2030 diperkirakan tumbuh mencapai 102 juta ton.
Bagi manusia dan lingkungan, pertumbuhan ini menjadi masalah besar terutama di negara-negara ambang industri. Permintaan untuk pakaian murah meningkat sangat cepat. Dalam proses produksinya, pewarnaan baju sering menggunakan bahan-bahan kimia beracun, terutama untuk membuat baju tidak mudah luntur dan tidak cepat berjamur.
Bahan-bahan kimia ini, yang berpotensi menyebabkan penyakit kanker dan mempengaruhi perkembangan hormon, dengan mudah terbuang ke limbah air dan akhirnya ke dalam tanah. Di banyak negara memang sudah ada pengawasan limbah industri, namun di negara-negara seperti pemabrik tekstil seperti Cina, Indonesia atau Mexiko, pengawasan sangat longgar atau bahkan tidak dilakukan sama sekali.
"Masih banyak yang harus dilakukan"
"Industri tekstil adalah pengguna utama bahan-bahan kimia berbahaya, dan mereka juga pencemar terbesar air", kata Greenpeace ketika menggalang Kampanye Detox tahun 2011. Ketika itu Greenpeace menuntut produsen besar dan rumah-rumah mode agar mengambil alih tanggung jawab dan menerapkan proses produksi yang lebih ramah lingkungan.
Sejak itu, sudah ada lebih 80 perusahaan besar yang mendeklarasikan komitmennya. Targetnya, sampai tahun 2020 industri tekstil tidak lagi menggunakan bahan kimia berbahaya. Indutri tekstil juga berjanji mengumumkan jalur pemasokan secara transparan, dan menghindari penggunaan 11 bahan kimia beracun yang paling berbahaya.
Nama-nama besar seperti Zara, H&M, Mango, Esprit, produsen pakaian olahraga Adidas, Puma dan Nike kini berpartisipasi dalam Kampanye Detox. Namun Greenpeace menekankan, "masih banyak yang harus dilakukan sampai 2020". Banyak perusahaan yang melaporkan kendala teknis dalam penerapan standar Greenpeace.
Selain perusahaan-perusahaan tekstil, Greenpeace menuntut agar pemerintah di negara-negara industri menetapkan aturan dengan standar lingkungan yang ketat. Mereka juga menuntut industri kimia agar mengembangkan bahan-bahan pendukung tekstil yang lebih ramah lingkungan.
Alternatif Untuk Alat Makan Sekali Pakai
Komisi Uni Eropa merencanakan larangan alat makan plastik sekali pakai, seperti sedotan, sendok, garpu, pisau, gelas dan piring plastik. Jadi apa alternatif untuk sedotan plastik?
Miliaran sedotan plastik berakhir sebagai sampah. Uni Eropa bermaksud melarang sedotan plastik sekali pakai. Tetapi bagi mereka yang tidak bisa berhenti menggunakan sedotan - seperti Marco Hort, yang membuat rekor dunia dengan 259 sedotan plastik di mulutnya - ada alternatif ramah lingkungan.
Foto: AP
Sedotan yang bisa dimakan
Binatang laut sering menelan sedotan plastik. Demi perlindungan lingkungan, Anda sekarang bisa menggunakan sedotan yang bisa sekalian dimakan. Di Jerman, perusahaan Wisefood mengembangkan sedotan semacam itu dari sari jus apel. Sebagai alternatif lain, Anda tentu bisa menggunakan sedotan yang bisa dicuci dan dipakai lagi, misalnya sedotan dari kaca.
Foto: Wisefood
Tidak hanya sedotan
Banyak alat makan lain seperti sendok dan garpu sekali pakai dari plastik yang berbahaya bagi lingkungan. Uni Eropa sekarang bermaksud melarang penggunaannya. Perusahaan India Bakey sekarang memproduksi garpu yang bisa ikut dimakan. Perusahaan AS SpudWares juga membuat alat makan dari tepung kentang. Mungkin makanan jadi lebih enak!
Foto: picture-alliance/dpa/M. Scholz
Murni dari bahan organik
Anda mungkin juga ingin mencoba piring yang dapat dimakan. Perusahaan Polandia, Biotrem, telah mengembangkan piring yang terbuat dari bahan yang bisa dimakan. Seandainya Anda sudah kenyang, piring itu tidak perlu Anda makan. Piring terbuat dari bahan organik dan bisa terurai seluruhnya setelah 30 hari.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Reszko
Bagaimana dengan gelas plastik?
Uni Eropa dalam jangka panjang juga ingin mendorong jaringan restoran cepat saji, kafe dan bar untuk mereduksi penggunaan gelas plastik. Setengah triliun gelas plastik digunakan setiap tahun - sebagian besar digunakan satu kali saja. Beberapa perusahaan sekarang menawarkan alternatif berbasis tanaman.
Foto: picture-alliance/empics/D. Thompson
Alternatif dari Bali
Perusahaan dari Bali, Avani, mengembangkan bioplastik kompos yang terbuat dari sari jagung. Gelasnya terlihat seperti gelas plastik biasa, tapi gelas ini dapat terurai di alam. Tapi sebaiknya gelas ini didekomposisi di fasilitas kompos komersial, jangan di belakang rumah Anda.
Foto: Avani-Eco
Cangkir yang bisa digunakan lagi
Cara mudah mengurangi sampah plastik adalah menggunakan gelas yang bisa digunakan berkali-kali. Tapi kita tidak selalu membawa gelas itu ke mana saja. Di Berlin sedang dilakukan uji coba dengan gelas bambu yang bisa dipinjam. Gelas itu diberikan dengan membayar uang jaminan. Kalau gelas itu dibawa kembali, uang jaminan akan dikembalikan.
Foto: justswapit
Korek kuping yang tidak mencemari laut
Produk plastik lain yang akan dilarang di Uni Eropa adalah korek kuping. Sekarang ada alternatifnya: batang yang terbuat dari bambu atau kertas. Tetapi aktivis lingkungan mengatakan, yang terbaik adalah membersihkan telinga Anda dengan handuk saja. Penulis: Katharina Wecker (hp/vlz)
Foto: picture alliance/dpa/Wildlife Photographer of the Year /J. Hofman