HSBC Dituding Turut Mendanai Kerusakan Hutan di Indonesia
17 Januari 2017
Kelompok lingkungan Greenpeace menuduh raksasa perbankan HSBC menyalurkan dana miliaran dolar untuk perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang merusak hutan di Indonesia.
Iklan
Greenpeace dalam rilis terbarunya menyebutkan, beberapa bank internasional, diantaranya HSBC, telah melanggar pedoman bisnisnya sendiri yang sebenarnya melarang bisnis dengan perusahaan minyak sawit yang ikut merusak lingkungan.
Sejak 2012, bank-bank itu disebut telah menyalurkan kredit lebih dari 16 miliar dolar AS kepada 6 perusahaan minyak sawit, demikian laporan Greenpeace yang dirilis hari Selasa (17/01).
Perusahaan sawit itu dituduh merusak lahan gambut sehingga menjadi kering dan menyebabkan kebakaran hutan yang lebih parah.
Selain HSBC, bank lain yang disebut Greenpeace adalah Deutsche Bank dan Commerzbank dari Jerman.
"HSBC mengklaim dirinya sebagai bank terhormat dengan kebijakan yang bertanggung jawab atas deforestasi. Tapi entah mengapa, kata-kata manis itu dilupakan ketika mereka menandatangani kontrak," kata Annisa Rahmawati, jurukampanye hutan Greenpeace Asia Tenggara.
Pihak HSBC menyatakan pelayanan kredit itu terjadi secara tidak sengaja. Kebijakan HSBC jelas-jelas mendukung praktek-praktek legal dan berkelanjutan.
"Kebijakan HSBC melarang pendanaan operasi-operasi ilegal yang merusak hutan lindung atau melanggar hak-hak pekerja dan penduduk lokal", kata HSBC dalam sebuah pernyataan.
"Kami tidak menyadari adanya kasus dimana klien kami dituduh melakukan operasi diluar kebijakan ini dan kami tidak melakukan tindakan yang sepadan", demikian disebutkan.
Indonesia adalah salah satu produsen minyak sawit terbesar dunia. Aktivis lingkungan sejak lama menuduh industri minyak sawit bertanggung jawab untuk kerusahakan jutaan hektar hutan tropis.
Pembakaran lahan untuk membuka areal perkebunan juga sering menyebabkan kebakaran hutan yang parah dan mengakibatkan kabut asap yang mengganggu kesehatan penduduk dan kegiatan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Greenpeace, yang menganalisis data dan laporan perusahaan-perusahaan keuangan, menyebutkan bahwa ke-enam perusahaan minyak sawit itu melakukanj kegiatan ilegal termasuk perampasan tanah dari penduduk lokal, pembakaran hutan, penyalahgunaan pekerja dan beroperasi tanpa izin.
Enam perusahaan yang disebutkan Greenpeace dalam laporannya adalah: Bumitama Agri; Goodhope Asia Holdings; IOI Group; Noble Group; Posco Daewoo; dan Salim Group.
Noble Group menyatakan, perusahaannya adalah anggota kelompok Roundtable Industri on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan telah mengikuti prosedur RSPO. Perusahaan-perusahaan lain belum menanggapi pernyataan Greenpeace.
Minyak Sawit Dimana-mana
Keterangan minyak nabati biasanya menunjukkan minyak sawit. Peluasan perkebunan sawit seringnya berarti pengalihgunaan kawasan hutan.
Foto: DW
Minyak Sawit Dalam Permen Coklat
Permen coklat tak hanya mengandung kakao, tapi juga minyak sawit. Organisasi lingkungan Greenpeace, tahun 2010 meluncurkan kampanye anti produk Nestle.Tahun itu juga Nestle berjanji akan membeli minyak sawit yang diproduksi sesuai standar sosial dan lingkungan, agar tidak semakin banyak hutan tropis yang musnah.
Foto: Fabrice Coffrini/AFP/Getty Images
Tersembunyi Dalam Kue
Hampir semua kue menggunakan minyak sawit. Pabrik roti dan kue menggunakan minyak sawit karena murah dan tahan lama. Karenanya, minyak sawit lebih umum digunakan daripada minyak kedelai. Organisasi Pangan Dunia, FAO memperkirakan, sampai tahun 2030 pemakaiannya akan berlipat ganda.
Foto: Fotolia/Andrea Klinger
Minyak Sawit Dalam Penganan Siap Saji
Yang dimaksud dengan minyak nabati pada etiket penganan siap saji adalah minyak sawit. Sebagian besar hasil minyak sawit dunia digunakan untuk memproduksi bahan pangan. Minyak sawit meleleh pada suhu rendah dan mudah diolah, karenanya merupakan bahan dasar yang diminati banyak industri.
Foto: picture-alliance/dpa
Margarin Atau Mentega?
Margarin adalah mentega buatan yang mengandung campuran produk susu dan minyak nabati, seperti minyak sawit. Mentega produk industri di awal abad ke-19 menggunakan minyak paus, kini sebagai campuran digunakan minyak sawit. Ini melindungi populasi paus, di pihak lain mengancam hutan tropis.
Foto: picture-alliance/dpa
Minyak Sawit Untuk Kecantikan
Mulai dari lipstik hingga krem untuk kulit; minyak sawit amat penting bagi pembuatan semua produk kosmetika. Bahkan lilin, produk rumah tangga dan bubuk cuci, semua mengandung minyak sawit. Permintaan bahan dasar ini sangat besar, pada tahun 2010 produksi minyak sawit dunia mencapai 53 juta ton. Seperempatnya digunakan untuk produksi kosmetik, lilin dan sabun cuci.
Foto: Fotolia/VILevi
Bensin Bio Berkadar Sawit
Layanan pompa bensin Jerman tidak lengkap tanpa tawaran bensin-bio, yang merupakan bensin yang berkadar bahan bakar dari tumbuhan. Untuk itu Uni Eropa mengimpor minyak sawit yang murah, dan bukan minyak dari tumbuhan lokal sebagai campuran bensin.
Foto: dapd
Sejauh Mata Memandang
Permintaan minyak sawit, baik itu untuk bahan pangan, kosmetika atau bahan bakar - dari tahun ke tahun terus meningkat. Uni Eropa berkomitmen untuk turut melindungi hutan-hutan tropis di dunia, Namun pemakaian minyak sawit Uni Eropa dari tahun 1990 hingga 2008 turut menyebabkan musnahnya 9 juta hektar kawasan hutan di dunia.Kawasan yang seluas Irlandia.
Foto: CC/a_rabin
Ancaman Bagi Fauna
Musnahnya hutan menyebabkan punahnya binatang. Organisasi lingkungan, WWF memperingatkan, bahwa baik orang utan di Sumatra dan Borneo, maupun macan Sumatra terancam punah akibat pembabatan hutan, yang merupakan habitat mereka.
Foto: picture alliance/dpa
Membakar hutan, meluaskan perkebunan
Bukan hanya hutan yang menjadi korban perkebunan sawit, tapi juga berbagai kota besar Asia. Setiap tahun berbagai kota Indonesia dan Malaysia diselimuti asap tebal yang berdampak pada kesehatan, akibat pembakaran hutan. Indonesia dan Malaysia adalah negara pengekspor minyak sawit terbesar dunia.