Greenpeace: Debat Pilpres Melupakan Perubahan Iklim
18 Februari 2019
Greenpeace: hingga 2018, 31 korban meninggal akibat lubang tambang batu bara di Kalimantan Timur. Penegakan hukum sulit dilakukan karena adanya keterlibatan elite politik dan pengambil kebijakan dalam bisnis tersebut.
Iklan
Lembaga pemerhati lingkungan hidup Greenpeace Indonesia menandaskan, debat calon presiden putaran kedua pada Minggu (17/2) malam yang membahas tema: isu energi, infrastruktur, pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup tidak menjawab sejumlah persoalan utama lingkungan hidup yang terjadi di Indonesia saat ini.
Menurut Greenpeace Indonesia, kedua capres juga mengabaikan potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar, yang bisa menekan porsi energi fosil pada bauran energi nasional. Yang memprihatinkan, bahkan kedua calon mengedepankan energi yang bersumber dari kelapa sawit, yang berpotensi menambah angka deforestasi.
Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menegaskan, "Capres Jokowi dan Prabowo sama-sama mendukung biodiesel ataupun biofuel dari B20 hingga ke B100. Terkait hal ini, kedua capres tidak memberikan jaminan program biofuel tanpa menggerus keberadaan hutan alam, lahan gambut dan mangrove.”
Berdasarkan riset Greenpeace terbaru, sejak tahun 2015 terdapat 130.000 hektar deforestasi yang berasal dari konsesi perusahaan sawit (25 grup) di mana 41 persennya (51.600 hektar) berada di wilayah Papua. Menurut analisis data Hansen, University of Maryland 2000-2017, laju penggundulan hutan yang terjadi sepanjang 2015-2017 tercatat masih mencapai 650.000 hektar.
Dikutip dari Greenpeace, berdasarkan kajian Cerulogy, kebijakan biofuel telah menciptakan permintaan minyak sawit sebesar 10,7 juta ton. Pada tahun 2030, permintaan biofuel diprediksi mencapai 67 juta ton, dan membuka peluang deforestasi baru sebesar 4,5 juta hektar serta hilangnya hampir tiga juta lahan gambut.
Perjudian Buntu di Tambang Grasberg
Kemelut antara Indonesia dan PT Freeport berpotensi cuma akan menghasilkan pecundang. Kedua pihak terjebak dalam pertaruhan besar seputar tambang Grasberg, tanpa ada jalan keluar.
Harus diakui, PT Freeport adalah salah satu perusahaan asing yang paling kontroversial di Indonesia. Hubungan antara perusahaan yang bermarkas di Phoenix, AS, dengan pemerintah selama ini dipenuhi kekisruhan dan perseteruan. Tidak heran jika jelang negosiasi perpanjangan kontrak, kedua pihak kembali bersitegang.
Foto: Getty Images/AFP/O.Rondonuwu
Bola Api dari Jakarta
Terakhir, raksasa tambang AS itu berseteru dengan pemerintah soal Kontrak Karya dan izin ekspor. Kontrak yang ada saat ini akan berakhir tahun 2021 dan Jakarta enggan memperpanjang karena khawatir merugi. Sebab itu Kementerian Energi dan SDM mengajukan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi Freeport buat memperpanjang kontrak.
Foto: Getty Images/AFP/O.Rondonuwu
Simalakama Freeport
Tahun 2017 pemerintah mengubah status Kontrak Karya yang dikantongi Freeport menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Bersamanya Freeport wajib membangun fasilitas pemurnian alias smelter dalam waktu lima tahun dan menyerahkan 51% saham tambang Grasberg pada Indonesia. Namun Freeport menolak klausul tersebut karena dinilai merugikan.
Foto: Getty Images/AFP/O. Rondonuwu
Menyambung Nyawa
Lantaran gagal memenuhi persyaratan yang diajukan, pemerintah mencabut izin ekspor Freeport dan sejak 2015 hanya memberikan izin sementara yang berlaku selama enam bulan. Situasi ini menyudutkan Freeport karena tidak bisa mengekspor ketika harga Tembaga sedang melambung. Terlebih tambang terbuka Grasberg nyaris habis masa pakainya dan Freeport harus mulai menambang tembaga di bawah tanah.
Foto: Getty Images/AFP/O.Rondonuwu
Tekanan Pasar
Lantaran sikap keras Jakarta, Freeport merumahkan 12.000 pegawai akibat penurunan produksi. Kemelut di Indonesia akhirnya berimbas negatif pada saham Freeport. Analis pasar menganjurkan investor jangka panjang untuk tidak membeli saham Freeport hingga kisruh kontrak diselesaikan. JP Morgan bahkan menurunkan status Freeport dari "Overweight" menjadi "Neutral."
Foto: Getty Images/AFP/O.Rondonuwu
Gali Lubang Demi Utang
Tekanan pasar pada Freeport bertambah besar lantaran ketidakjelasan soal izin ekspor. Tahun ini Freeport merencanakan kapasitas produksi tambang Grasberg sebesar 32% dari total volume produksi perusahaan. Demi membiayai produksi dan menutup utang, perusahaan itu telah menjual sahamnya di tambang-tambang Afrika, dan mulai menambang tembaga berkualitas tinggi di Papua.
Foto: Getty Images/AFP/T.Eranius
Terganjal Regulasi
Freeport berdalih akan berinvestasi senilai 15 miliar Dollar AS untuk mengubah Grasberg menjadi tambang bawah tanah. Untuk itu mereka menginginkan kepastian perpanjangan Kontrak Karya hingga 2041. Namun menurut UU Minerba, Indonesia hanya bisa menegosiasikan kontrak dua tahun sebelum masa berlakunya berakhir, dalam hal ini tahun 2019.
Foto: AFP/Getty Image
Jalan Buntu buat Dua Pihak
Akhirnya kedua pihak tidak bisa mengalah dan berniat membawa kasus Grasberg ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Buat Freeport, menerima IUPK berarti kehilangan kuasa atas salah satu sumber pemasukan terbesarnya. Sementara pemerintah Indonesia juga enggan mundur dari tuntutannya karena terancam merugi dan kehilangan muka di hadapan publik. Penulis: Rizki Nugraha/ap (dari berbagai sumber)
Kembangkan energi hijau alternatif yang bersumber dari tenaga surya dan angin
Greenpeace berpandangan pemenuhan kebutuhan energi yang dijawab hanya dengan pengembangan biofuel secara masif tidaklah tepat. Padahal potensi energi terbarukan yang bersumber dari tenaga surya dan angin jauh lebih besar. Potensi tenaga angin sebesar 60.647 MW dan tenaga surya sebesar 207.898 MW, atau jauh lebih besar dibandingkan potensi bioenergi 32.654 MW. Kapasitas terpasang energi surya dan angin pun masih jauh di bawah bioenergi.
Selain itu, Greenpeace juga menilai kedua calon presiden juga tidak memiliki sikap yang tegas terhadap lubang-lubang tambang yang dibiarkan tanpa penegakan hukum. Padahal, di Kalimantan Timur, menurut Greenpeace, lubang-lubang tambang batu bara telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan pencemaran sungai yang akhirnya berdampak serius pada penghidupan warga.
Samarinda Tanpa Batu Bara
Selama berbelas tahun Samarinda mengandalkan batu bara untuk menjamin kemakmuran. Tapi ketika harga komoditas andalan Indonesia itu menukik tajam, seisi provinsi tenggelam dalam krisis.
Foto: Getty Images/E. Wray
Simalakama Globalisasi
Runtuhnya harga batu bara di pasar dunia membuat Kalimantan Timur kelimpungan. Provinsi berpenduduk 3,5 juta orang itu tergolong yang paling parah terkena dampak fluktuasi harga komoditas andalan tersebut. Dari 127 Dollar AS per ton 2011 silam, kini harga emas hitam itu merosot di kisaran 80 Dollar AS per ton. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yakin harga batu bara akan cendrung menurun
Foto: Getty Images/E. Wray
Panen Emas Hitam
Sebanyak 51% pendapatan daerah Kalimantan Timur diperoleh dari sektor tambang dan gas. Postur anggaran tersebut selama ini ditopang meriahnya pasar batu bara dunia dengan Cina dan India sebagai pembeli utama. Pada 2010 silam Badan Pemeriksa Keuangan memasukkan 13 kabupaten di provinsi Kalimantan Timur dalam daftar daerah paling kaya di Indonesia.
Foto: Getty Images/E. Wray
Gelombang Kebangkrutan
Mengandalkan batu bara sebagai penyedia lapangan kerja ternyata berujung runyam. Ketika harga menukik dan pemasukan tambang menyusut, puluhan perusahaan tambang kecil menghentikan produksi. Awal 2016 jumlah buruh yang dipecat melebihi 10.000 orang dan pada September 2016 angka pengangguran mencapai 7,95%. Situasi itu juga menciptakan ketegangan sosial, terutama di Samarinda dan Balikpapan
Foto: Getty Images/E. Wray
Nasib Berbalik
Pasalnya bukan cuma pertambangan saja, bisnis batu bara juga ikut menopang lusinan industri lain seperti perhotelan, hiburan, transportasi dan bahkan usaha kecil dan menengah. Tidak heran jika pada 2015 silam pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur merosot di kisaran minus 0,85%. Situasi serupa terjadi sepanjang tahun 2016. Padahal tahun 2010 Kaltim masih menikmati pertumbuhan sebesar 5%.
Foto: Getty Images/E. Wray
Ekonomi Lesu
Efek domino batubara terasa pada ekonomi Samarinda. Pusat perbelanjaan terbesar misalnya mengalami sepi penyewa dan pengunjung. Sementara asosiasi perhotelan mendesak pemerintah menerapkan moratorium hotel menyusul tingkat hunian yang anjlok sebesar 40%. Asosiasi Pemilik Kapal Indonesia, INSA, mengeluhkan penurunan kinerja industri sebesar 60%. Akibatnya harga sewa kapal anjlok hingga sepertiganya
Foto: Getty Images/E. Wray
Dosa Lingkungan
Penutupan tambang juga menyisakan masalah lingkungan buat Kalimantan Timur. Dengan konsep tambang terbuka, kini banyak lubang tambang yang dibiarkan terbengkalai. Jumlahnya menurut Jaringan Advokasi Tambang mencapai 4.464 lubang. Sedianya setiap perusahaan harus menyerahkan Uang Jaminan Reklamasi Tambang untuk biaya penghijauan kembali. Tapi regulasi tidak selamanya dipatuhi.
Foto: Getty Images/E. Wray
Sembunyi Tangan
Komisi Pemberantasan Korupsi mengeluhkan ada banyak pengusaha yang mengemplang atau tidak menyetor dana lingkungan tersebut. Direktorat Jendral Mineral dan Batubara mengklaim jumlah perusahaan yang menunggak mencapai 65%. Padahal biaya reklamasi yang dibebankan pada perusahaan hanya berkisar 60 juta Rupiah per hektar atau 500 hingga 2.000 Rupiah per ton batubara.
Foto: Getty Images/E. Wray
Tanggungan Pemerintah
Akibatnya pemerintah provinsi harus menanggung biaya pemulihan lingkungan. Tahun 2014 saja Pemprov Kaltim mencatat biaya yang ditimbulkan akibat kepunahan biodiversitas pada area seluas 165.000 hektar mencapai 11,88 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/E. Wray
Rugi di Rakyat
Sementara dana restorasi dan reklamasi lahan yang seluas 398.000 hektar mencapai 12,8 triliun Rupiah. Gubernur Kaltim, Awang Faroek menyebut total nilai kehilangan manfaat dan pemulihan lingkungan bisa mencapai Rp 242,1 triliun per tahun.
Foto: Getty Images/E. Wray
Masa Depan Tanpa Batubara
Kini pemerintah provinsi didesak untuk menggalakkan pertumbuhan di sektor non migas buat menopang perekonomian. Inisiatif tersebut juga didukung pemerintah pusat dengan mengucurkan dana sebesar 165 miliar Rupiah dari APBN untuk membangun sektor pertanian di provinsi kaya sumber daya tersebut. Masih harus dilihat apakah sektor pertanian akan mampu mengawali kebangkitan perekonomian Kaltim.
Foto: Getty Images/E. Wray
10 foto1 | 10
Dilansir dari Greenpeace, hingga akhir 2018, terdapat 31 korban meninggal akibat lubang-lubang tambang batu bara di Kalimantan Timur. Penegakan hukum sulit dilakukan karena adanya keterlibatan elite politik dan pengambil kebijakan dalam bisnis tersebut.
Batu bara melalui keberadaan PLTU ditambah dengan kebakaran hutan menurut lembaga pemerhati lingkungan hidup itu juga telah merusak kualitas udara Indonesia. Polusi udara mengancam kesehatan dan mengganggu produktivitas masyarakat. Ditambahkan Greenpeace, sedikitnya 6.500 kematian dini diprediksi terjadi setiap tahunnya di Indonesia, akibat mengidap penyakit pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara.
Greenpeace juga menyoroti soal percepatan infrastruktur yang seringkali mengabaikan hak-hak masyarakat lokal, seperti petani dan nelayan. Greenpeace memaparkan beberapa contoh, di antaranya perencanaan pembangunan PLTU Batang yang menggusur petani dan nelayan, kriminalisasi aktivis penolak PLTU di Cirebon/Indramayu, tambang emas di Tumpang Pitu, Banyuwangi, dan juga di Surokonto, Jawa Tengah dengan tuduhan yang sama sekali tidak masuk akal.
Lingkaran Setan Energi Batu Bara
Batu bara adalah energi murah yang dibutuhkan setiap negara berkembang untuk menggerakkan roda produksi dan menjamin pertumbuhan ekonomi. Tapi ironisnya batu bara juga bisa menggerogoti kemakmuran yang telah dicapai.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Energi Murah
Energi adalah syarat utama kemakmuran. Terjaminnya pasokan listrik dan bahan bakar tidak cuma menggerakkan roda produksi, tetapi juga menambah kualitas hidup masyarakat. Tidak ada negara yang menikmati kemajuan pesat tanpa mengandalkan energi murah di fase awal pertumbuhan. Pada saat itulah batu bara berperan besar.
Foto: picture-alliance/AP/M. Meissner
Kilau Batu Bara
Batu bara adalah jenis sumber energi paling murah saat ini. Produksinya yang padat karya dan menyediakan banyak lapangan kerja membuat batu bara sering dilirik negara-negara berkembang dan bahkan industri maju. Selama lebih dari satu abad Cina menggerakkan roda produksinya dengan mengandalkan batu bara. Energi dan tenaga kerja yang murah adalah kunci keberhasilan negeri tirai bambu itu.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Dahaga Batuan Hitam
Sejak tahun 2001, Cina menggandakan produksi batu bara dari satu milyar ton menjadi hampir empat miyar ton per tahun. Sebagian besar cadangan batu bara Cina digunakan untuk pembangkit listrik, industri dan buat energi panas untuk rumah tangga. Saat ini lebih dari 60% produksi listrik di Cina mengandalkan batu bara.
Foto: Getty Images/K. Frayer
Dua Wajah Batu Bara
Tapi energi murah ibarat dua sisi mata uang. Pembakaran bahan bakar fossil di Cina menciptakan masalah polusi udara yang ironisnya mengancam kemakmuran yang telah tercapai. Sebuah studi tahun 2004 menyebut polusi di Cina mencatat kerugian sebesar 3% dari ekonomi nasional. Penelitian University of California tahun 2015 bahkan menyebut 1,6 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat polusi udara
Foto: Reuters/A. Song
Energi Menjawab Kemiskinan
Kini India berniat mengambil jalan serupa. Lebih dari 300 juta penduduk India hidup tanpa akses listrik dan 840 juta orang masih menggunakan bahan bakar organik untuk memasak semisal kayu bakar atau kotoran sapi yang telah dikeringkan. Pertumbuhan ekonomi juga cendrung terhambat oleh minimnya infrastruktur energi dan transportasi. Saat ini perekonomian India cuma tumbuh 5% per tahun.
Foto: Dibyangshu Sarkar/AFP/Getty Images
India Haus Bahan Bakar
Sebab itu pemerintah India menggenjot konsumsi batu bara untuk memproduksi energi. Tahun 2012 silam sekitar 45% kebutuhan energi dan 75% produksi listrik mengandalkan batu bara. Diyakini selama 25 tahun ke depan permintaan energi India akan meningkat sebanyak 4% setiap tahun. International Energy Agency memperkirakan konsumsi energi India akan menyamai Eropa tahun 2040.
Foto: picture-alliance/dpa/Jaipal Singh
Rencana Besar New Delhi
India tercatat sebagai negara pengimpor batu bara terbesar kedua di dunia setelah Cina. Oktober silam pemerintah memublikasikan peta energi berbasis batu bara paling agresif di dunia. Sebanyak 600 pembangkit listrik berbasis batu bara dengan kapasitas 300 Gigawatt akan dibangun. Hingga tahun 2020 mendatang, India ingin menggenjot kapasitas produksi batu bara menjadi satu milyar ton per tahun
Foto: MANAN VATSYAYANA/AFP/Getty Images
Racun di Udara
Saat ini pun India telah kelimpungan menghadapi polusi udara. Awal November, New Delhi misalnya mencatat kualitas udara terburuk dalam sejarah. Catatan serupa bisa ditemukan di Chandrapur, sebuah kawasan industri berbasis batu bara. Studi WHO 2014 silam menyebut hingga 627.000 kematian prematur di India disebabkan oleh penyakit pernafasan akibat polusi udara.
Foto: Getty Images/D.Faget
Arus Balik di Cina
Sejak 2005 silam pemerintah Cina mulai melirik energi terbarukan sebagai motor ekonomi. Tahun lalu saja Beijing mengucurkan dana investasi senilai 103 milyar Dollar AS ke sektor energi terbarukan. Saat ini produksi energi hijau di Cina mampu menutupi sekitar 23% kebutuhan energi nasional. Tidak ada negara lain yang lebih agresif menggenjot produksi energi hijau ketimbang Cina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Chinatopix
Siklus Maut
India masih mengandalkan batu bara seperti Cina 10 tahun silam. Pasalnya dengan harga energi terbarukan yang masih tinggi, New Delhi tidak punya pilihan selain membakar batu bara untuk menjamin pasokan energi buat penduduk. Tapi cepat atau lambat, polusi yang disebabkan konsumsi batu bara akan mulai menggerogoti kemakmuran, dan hingga saat itu India sudah harus menyiapkan sumber energi alternatif
Foto: Getty Images/AFP/P. Paranjpe
10 foto1 | 10
Mengupas penanganan sampah plastik
Persoalan sampah plastik yang sudah menyentuh titik krisis menurut Greenpeace juga luput dari perhatian kedua calon presiden. Pemerintah sudah menyatakan komitmen untuk mengurangi sampah plastik di laut sebesar 70 persen pada 2025, tapi rincian aksi konkret belum terlihat, demikian klaim Greenpeace.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kalah jauh dengan sejumlah pemerintah daerah yang sudah menerapkan kebijakan larangan kantong plastik. Perlu langkah nyata demi menyelamatkan daratan dan lautan dari invasi sampah plastik. Demikian dikutip dari keterangan pers yang dirilis Greenpeace.
8 Fakta Tentang Sampah Plastik Yang Akan Membuat Anda Syok
Indonesia kembali jadi sorotan media internasional, karena muncul video viral dari para penyelam di Bali yang menunjukkan parahnya polusi plastik di sana. Namun, sampah plastik kini sudah menjadi masalah global.
Setidaknya 8 juta ton plastik mencemari lautan di dunia setiap tahun. Ini seperti mengosongkan truk berisi sampah plastik ke laut setiap menit.
Foto: picture-alliance/Photoshot
2050 jumlah plastik di laut lebih banyak dari ikan
Saat ini rasio perbandingan antara plastik dan plankton diperkirakan 1:2. Jika dibiarkan begitu saja, volume plastik akan melebihi ikan pada tahun 2050. Jumlah plastik di laut saat ini sekitar 150 juta ton, ini seperlima dari bobot total ikan yang ada.
Foto: picture-alliance/Prisma/R. Dirscherl
Sampah plastik juga mengotori pantai-pantai Eropa
Di Inggris misalnya, setiap 100 meter pantai Inggris, ada lebih dari 200 sampah plastik atau polistirena. September 2017, hampir 7000 orang berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai Great British Beach Clean in September 2017 - proyek yang menyingkirkan 255.209 sampah dari 339 pantai.
Foto: picture alliance/blickwinkel/fotototo
Lebih dari 50 persen penyu laut menelan plastik
Ratusan ribu penyu laut, paus, mamalia laut lainnya dan lebih dari 1 juta burung laut mati setiap tahun karena polusi laut dan menelan atau terjerat sampah di laut. Banyak hewan laut yang tidak bisa membedakan antara makanan dan sampah plastik. Sehingga sistem pencernaan terblokir dan menyebabkan kematian.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Ada 6,3 milyar ton sampah plastik di bumi
Walau plastik baru ada sejak 60-70 tahun yang lalu, material ini berhasil mendominasi kehidupan manusia. Hampir untuk setiap kegiatan manusia, bisa dipastikan ada barang kebutuhan yang terbuat dari plastik.
Foto: picture-alliance/dpa/R. De La Pena
Popok bayi butuh 450 tahun untuk terurai
Kebanyakan popok bayi mengandung polietilena atau termoplastik, bahan yang sama digunakan untuk membuat dengan kantong plastik. Tahukah Anda, bahwa popok kotor yang dibuang akan terus berada di bumi selama 450 tahun, karena sulit terurai? Tali pancing butuh lebih lama lagi, yakni sekitar 600 tahun.
Foto: picture alliance/chromorange
Lebih dari 20.000 botol dijual per detik
Kontribusi terbesar polusi plastik adalah botol minuman. 480 milyar botol plastik terjual di tahun 2016. Ini berarti lebih dari 1 juta botol dalam 1 menit.
Foto: picture-alliance/dpa/L.Cameron
Ada lebih banyak mikroplastik di laut dibanding bintang di Bima Sakti
Di galaksi Bima Sakti atau "Milky Way" saja diperkirakan ada 100-400 milyar bintang. Sementara menurut Clean Seas, ada 51 trilyun mikroplastik di lautan dunia. Penulis: vlz/yf (dari berbagai sumber)
Menurut pengamatan Greenpeace, pengendalian jumlah plastik sekali pakai dengan fokus pada pengurangan sampah plastik belum menjadi langkah utama yang diambil. Produsen kebutuhan sehari-hari khususnya harus didorong untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, beralih ke model bisnis yang lebih berkelanjutan, serta bertanggung jawab atas sampah dari produk-produk yang mereka hasilkan seperti yang tertuang pada UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Greenpeace menyimpulkan, secara keseluruhan, komitmen untuk mengatasi perubahan iklim di kedua kubu paslon tidak terlihat. Padahal Indonesia meratifikasi Kesepakatan Paris, dan berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 29%. "Komitmen penurunan emisi tidak akan tercapai, jika arah pembangunan masih berbasis pada energi fosil dan rencana ekspansi biofuel yang berdampak pada pembukaan lahan besar-besaran. Kedua kandidat masih punya PR yang besar untuk memperbaiki janji-janji program kerja mereka jika ingin memenangkan bumi dan masa depan lingkungan Indonesia.” tandas Leonard.
ap/ml(Sumber:Greenpeace)
10 Momentum Pemicu Aksi Perlindungan Lingkungan
Gerakan perlindungan lingkungan makin berkobar, dengan penenggelaman kapal "Rainbow Warrior" milik Greenpeace oleh Perancis 30 tahun silam. Inilah 10 momentum yang picu makin maraknya aksi perlindungan lingkungan.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Miller/Greenpeace
Kobarkan Gerakan Anti Nuklir
10 Juli 1985 dinas rahasia Perancis gunakan ranjau laut tenggelamkan kapal Greenpeace Rainbow Warrior yang menewaskan fotografer Fernando Pereira. Kapal itu direncanakan lepas sauh dari Selandia Baru untuk memprotes ujicoba nuklir di atol Mururoa. Aksi brutal itu justru menarik lebih banyak minat pada gerakan anti nuklir. Runtuhan kapal hingga kini masih berada di dasar laut pelabuhan Auckland.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Grace
Dimulai Dengan Musim Semi Sunyi
Buku "Silent Spring," karya ahli biologi Rachel Carson yang dipublikasikan 1962 menjelaskan dampak pestisida pada tanaman, binatang dan manusia. Buku bestseller itu berhasil memicu pelarangan insektisida DDT, yang terbukti masuk ke rantai makanan dan merusak ekosistem. Buku ini didapuk sebagai inspirasi bagi gerakan perlindungan lingkungan global.
Foto: AP
Lingkungan Jadi Agenda Politik
Konferensi PBB di Stockholm tahun 1972 menjadi pertemuan puncak pertama membahas masalah lingkungan dan menjadi titik acuan bagi politik lingkungan global. Tapi baru 1997 sukses diratifikasi Protokol Kyoto yang merupakan kesepakatan mengikat pertama bagi negara-negara industri maju untuk mereduksi kadar emisi gas rumah kaca.
Foto: picture alliance/AP Images
Jerman Tempat Lahir Partai Hijau
Pada pemilu 1983 Partai Hijau Jerman berhasil masuk parlemen. Partai Hijau yang dulu sering dilecehkan, kini jadi elemen standar politik di kebanyakan negara Eropa. Partai Hijau Jerman jadi Motor penggerak bagi sejumlah gerakan "go green". Tahun 2011 Jerman mengambil keputusan politik monumental, untuk menghentikan bertahap penggunaan energi nuklir.
Foto: picture alliance / dpa
Bencana Bhopal Bangkitkan Gerakan Akar Rumput
1984 kebocoran bahan kimia dari pabrik Union Carbide di Bhopal, India menewaskan antara 3.800 hingga 25.000 orang dan membuat cedera setengah juta orang. Bencana ini memicu gerakan komunitas akar rumput untuk bangkit melawan polusi beracun dan berbahaya.
Foto: DW/L.Knüppel/N. Scherschun
Biangnya Bencana Nuklir
Bencana meledaknya reaktor atom Chernobyl di Ukraina 26 April 1986 menjadi bencana nuklir terburuk dalam sejarah. Terjadi peleburan elemen bakar di inti reaktor dan paparan radiasi berbahaya bocor ke lingkungan sekitar. Bencana ini memicu bangkitnya kembali gerakan anti nuklir .
Foto: picture-alliance/dpa
Cemaran Minyak Exxon Valdez
1989 kapal tanker minyak "Exxon Valdez" karam di Prince William Sound, Alaska. Lebih 252.000 Barrel minyak mentah bocor ke laut mencemari pantai dan membunuh jutaan binatang. Bencana ini memicu meningkatnya kepedulian lingkungan sekaligus menjadi peringatan mengenai bahaya pemboran minyak dekat kutub utara.
Foto: CHRIS WILKINS/AFP/Getty Images
Gerakan Lingkungan Radikal
Buku "The Monkey Wrench Gang" karya Edward Abbey (1975) menginspirasi gerakan radikal aktivis lingkungan, dimana dilancarkan aksi sabotase untuk mencegah pengrusakan alam. Sebagai reaksi tandingan pada 1980 terbentuk gerakan Earth First! yang menggelar aksi langsung tanpa kekerasan. Gerakan lingkungan tanpa kekerasan tetap hidup hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Wittek
Bangkitnya Terorisme Ekologi
1998 kelompok Earth Liberation Front (ELF) melancarkan serangan pembakaran di kawasan wisata ski Vail, Colorado, sebagai aksi langsung untuk lindungi habitat kucing liar "lynx". Aksi radikal ini memicu munculnya istilah "Terorisme Ekologi" di Amerika Serikat. Bahkan FBI mengkategorikan ELF sebagai acaman teror domestik nomor wahid di negara paman Sam itu.
Foto: picture alliance/Asian News Network/TJ Watt
Hadiah Nobel Bagi Perlindungan Iklim
2007 Hadiah Nobel Perdamaian dianugerahkan kepada mantan wakil presiden AS Al Gore dan IPCC. Mereka diberi penghargaan atas jasanya meningkatkan kepedulian dan menyebarkan pengetahuan mengenai perubahan iklim yang dipicu aktivitas manusia. Komite hadiah Nobel menyebutkan: mereka memantapkan basis bagi aksi perlindungan iklim global.