Greta Thunberg: Remaja Aktivis Iklim dan Pemenang Nobel?
15 Maret 2019
Greta Thunberg bersama ribuan murid sekolah lainnya berkampanye di depan gedung parlemen Swedia. Kampanye ini adalah bagian dari kampanye global mogok sekolah terkait lambannya penanganan perubahan iklim.
Iklan
Greta Thunberg, remaja aktivis lingkungan, bersama ribuan murid sekolah lainnya berkampanye di depan gedung parlemen Swedia, Jumat (15/3) pagi. Kampanye ini merupakan bagian dari kampanye global mogok sekolah terhadap lambannya penanganan perubahan iklim. Salah satu spanduk yang dibawa murid sekolah ini bertuliskan: "Kamu tidak bisa menyuap iklim,” spanduk dihiasi dengan koin bernominal 20 Krone Norwegia. Aksi mogok ini terinspirasi dari sosok Thunberg, yang memang aktif bersuara perihal perubahan iklim. Panita kampanye mengatakan kampanye serupa direncanakan akan berlangsung di lebih dari 2000 kota pada 123 negara.
Dia menuliskan dalam cuitannya: "Perkembangan terakhir: 2.052 lokasi pada 123 negara di seluruh benua, termasuk di Antartika. Pertanyaannya: Apa yang kamu lakukan di hari Jumat?”
Thunberg dinominasikan untuk raih Nobel Perdamaian. Pendaftaran dirinya sudah dilakukan sebelum akhir Januari lalu dan pengumuman pemenang Nobel Perdamaian akan diumumkan pada 11 Oktober mendatang. Hal ini disampaikan oleh salah seorang anggota parlemen dari sayap kiri Freddy Andre Ovstegard kepada AFP, "kami telah mengajukan nama Greta Thunberg karena jika kami tidak melakukan sesuatu untuk menahan perubahan iklim maka akan lebih banyak peperangan, konflik dan pengungsi.”
Bumi Semakin Lelah!
Baru memasuki bulan Agustus, umat manusia telah menghabiskan seluruh sumber daya alam yang diperuntukkan sampai akhir tahun 2018 ini, demikian menurut perhitungan Foot Print.
Foto: picture-alliance/dpa
Sudah lampu merah
Setiap tahunnya, Global Footprint Network - sebuah think tank internasional dengan lebih dari 90 organisasi mitra - menghitung seberapa banyak sumber daya alam yang telah dieksploitasi manusia, dengan harapan manusia bisa lebih berhati-hati menjaganya, mengingat kondisi Bumi sudah ‘lampu merah’.
Foto: Fotolia/Yanterric
Berapa banyak kebutuhan kita?
Saat ini manusia mengkonsumsi sumber daya rata-rata setara dengan 1,6 planet Bumi. Dibutuhkan 1,6 kali luas Bumi yang ada untuk menopang kehidupan manusia. Artinya, saat ini manusia menggunakan sumber daya alam lebih banyak dari yang seharusnya. Konsumsi tersebut berbeda-beda di tiap wilayah. Misalnya masyarakat di Amerika, mengonsumsi satu setengah kali lebih banyak daripada masyarakat Jerman
Foto: picture alliance/landov
Pekerjaan kotor
Pembakaran bahan bakar fosil dan kayu mencapai 60 persen jejak kerusakan ekologi. Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa dan India adalah penghasil emisi CO2 terbesar di dunia.
Hutan makin botak
Hutan menyediakan kayu, bahan baku yang sangat berharga bagi banyak hal, seperti produksi kertas. Kayu amat penting dalam mencegah erosi tanah, menyimpan air dan sangat diperlukan dalam siklus iklim, termasuk sebagai penyerap CO2. Namun jutaan hektar hutan hilang setiap tahunnya.
Foto: DW/K. Jäger
Bisakah kita memberi makan semua orang?
Populasi berkembang. Kawasan baru tumbuh di mana-mana. Pada saat bersamaan, dunia kehilangan lahan pertanian karena pembangunan perkotaan. Erosi dan degradasi tanah terjadi. Saat ini, warga Uni Eropa masing-masing rata-rata menggunakan 0,31 hektar lahan pertanian untuk konsumsi makanan. Padahal, jika didistribusikan secara adil di seluruh dunia, semua orang hanya berhak 0,2 hektar.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Büttner
Penangkapan ikan berlebihan
Karena manusia menangkap ikan secara berlebihan maka kesulitan pula untuk memulihkan stok makanan laut. Sepertiga stok ikan ikan tangkapan di dunia dieksploitasi berlebihan. Emisi CO2 juga mengasamkan lautan dan mengakibatkan kondisi hidup yang lebih sulit bagi makhluk laut.
Kelangkaan air bersih
Program Lingkungan PBB memperkirakan bahwa hampir setengah dari populasi dunia akan menderita kekurangan air bersih pada tahun 2030. Cadangan air tanah menjadi semakin langka dan sering terkontaminasi. Tingkat cemaran di sungai, danau dan lainnya akibat buangan dari pertanian dan limbah rumah tangga di beberapa tempat, begitu tinggi. Bahkan hewanpun tak layak mengonsumsinya.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Gupta
Swasembada 1,8 hektar lahan
Setiap manusia membutuhkan 1,8 hektar lahan untuk hidup, -- misalnya untuk makan, transpor, energi, dsb--dan sampah yang harus kembali dibuang ke alam. Tapi rata-rata warga Jerman, misalnya, menghabiskan hingga 5,1 hektar. Pada tahun 2016, kapasitas biologis Jerman sudah kelelahan dan mengorbankan negara lain atau generasi mendatang.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Huland
8 foto1 | 8
"Greta Thunberg telah menggerakkan masa yang menurut saya merupakan sebuah kontribusi besar untuk perdamaian,” tambahnya.
"Ini sungguh sebuah kehormatan besar dan saya senang dinominasikan untuk penghargaan sebesar ini,” ujar Thunber ke pada media asal Swedia, Aftonbladet. "Rasanya seperti tidak nyata dan sedikit aneh,” lanjut Thunberg.
Enam bulan lalu tidak ada yang kenal Thunberg, ketika gadis berusia 15 tahun ini berkemping di luar gedung parlemen Swedia dengan papan bertuliskan tangan: "MOGOK SEKOLAH DEMI IKLIM”
Sejak saat itu sosoknya mendunia, memukau banyak anak muda yang kecewa pada orang dewasa atas lambannya penanganan perubahan iklim.
Hari Jumat (15/3), ribuan murid sekolah berdemonstrasi di lebih dari 100 negara. Para aktivis melihat aksi ini sebagai momen bersejarah yang lahir dari akar rumput untuk menekan para pimpinan dunia berbuat lebih banyak bagi lingkungan.
Menurut data Nobel Institute, telah ada sebanyak 304 orang dan organisasi yang dinominasikan untuk Nobel Perdamaian tahun ini.
Sudah lebih dari 50 tahun ini Nobel Foundation simpan rapat daftar nominator mereka. Ribuan orang, termasuk anggota parlemen dan kabinet dari seluruh dunia dinominasikan. Penerima hadiah Nobel sebelumnya, juga profesor berhak mengajukan nama untuk dinominasikan.
ga/yp (DPA/AFP)
Puntung Rokok dan Styrofoam - Berapa Lama Sampah Mencemari Bumi?
Kecuali limbah organik, semua sampah yang kita buang akan mencemari Bumi selama puluhan hingga ratusan tahun sebelum bisa terurai secara alami. Inilah beban lingkungan yang dihasilkan gaya hidup modern.
Foto: Getty Images/E. Wray
Sampah Organik - 30 Hari
Sampah dapur dan makanan menyimpan potensi energi tak terkira, jika diolah dengan benar. Rata-rata sampah organik membutuhkan waktu antara 7 hingga 30 hari untuk terurai. Jika ditampung dan diolah, sampah organik bisa dibuat untuk menghasilkan gas bio yang ramah lingkungan.
Foto: picture-alliance/dpa
Kardus - 5 Bulan
Kardus yang kita pakai sehari-hari untuk mengirimkan barang membutuhkan waktu lima bulan untuk terurai secara alami. Beda halnya dengan karton yang digunakan sebagai kemasan susu atau jus. Lantaran dilapisi material tahan air, karton jenis ini baru bisa terurai secepatnya selama 5 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
Puntung Rokok - 10 Tahun
Puntung rokok atau kapas filter pada rokok tergolong limbah non-organik yang paling banyak mencemari laut dan samudera Bumi. Menurut laporan NBC News, sebanyak 60 juta puntung rokok dikumpulkan dari seluruh pantai dunia selama 32 tahun terakhir. Padahal puntung rokok tidak mudah untuk terurai secara alami. Penguraian kapas filter yang mengandung berbagai racun itu membutuhkan waktu 10 tahun.
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
Baterai - 100 Tahun
Satu buah baterai AA bisa menghidupkan jam dinding selama enam bulan atau sebuah senter selama beberapa jam. Tapi tahukah anda berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah baterai untuk bisa terurai secara alami? 100 tahun.
Foto: picture-alliance/C. Hardt
Popok Bayi - 100 Tahun
Rata-rata bayi membutuhkan popok segar setiap empat jam sekali. Menurut sebuah studi di Amerika Serikat, setiap bayi menghabiskan 6.500 hingga 10.000 popok sebelum berusia 30 bulan. Usia pakai popok yang singkat bertolak belakang dengan lama masa penguraiannya yang mencapai 100 tahun.
Foto: picture-alliance/reality/F. May
Gelas Plastik - 100 Tahun
Gelas plastik adalah produk non-organik lain yang digemari di Indonesia. Meski hanya digunakan untuk beberapa saat, gelas plastik membutuhkan waktu antara 50-100 tahun untuk terurai. Setiap plastik hanya akan mengalami kehancuran menjadi serpihan kecil hingga berukuran mikro dalam proses fotodegradasi oleh matahari. Sebab itu materi ini berbahaya untuk satwa Bumi.
Foto: picture-alliance/empics/B. Birchall
Botol Plastik - 450 Tahun
Menurut studi World Atlas, Indonesia menjadi negara keempat pengguna botol plastik terbanyak di dunia. Tercatat penggunaan botol plastik di tanah air mencapai 4,82 miliar botol. Padahal setiap botol plastik mencemari Bumi selama 450 tahun sebelum bisa terurai.
Foto: picture-alliance/M. Schröder
Styrofoam - 1 Juta Tahun
Ragam manfaat dipetik manusia dari styrofoam, lantaran sifatnya yang menolak senyawa korosif atau menghadang jamur dan bakteri. Tapi material yang biasa digunakan sebagai kemasan makanan atau minuman seperti kopi ini memiliki usia yang nyaris abadi. Bergantung pada kondisi lingkungan, styrofoam bisa bertahan hingga satu juta tahun sebelum bisa terurai secara alami. (rzn/hp: dari berbagai sumber)