Sebuah gua dekat pusat gempa pemicu tsunami di Indonesia, memuat jejak ombak raksasa hingga 7.500 tahun lalu. Arsip alam yang langka yang menunjukkan kapan kira-kira bencana berikutnya terjadi.
Iklan
Temuan ini menunjukkan alur waktu terpanjang dan terinci tsunami-tsunami yang pernah terjadi di lepas pantai bagian barat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tepatnya di dekat pusat gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter yang memicu ombak setinggi 30 meter pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 230.000 orang di sejumlah negara, separuhnya di Indonesia.
Gua batu kapur ini terletak beberapa meter di lepas pantai Banda Aceh, satu meter di atas ombak setinggi lutut, dan terlindungi dari badai serta angin. Hanya ombak besar yang dapat menggenangi wilayah pesisir yang mampu menyembur ke dalam.
Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang
Aceh adalah kawasan yang terparah diterjang tsunami 2004. Masyarakat internasional langsung menyalurkan bantuan. Bagaimana kemajuan pembangunan di sana? Bandingkan foto dulu dan sekarang.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Paling parah
Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatra adalah kawasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas di kawasan ini saja. Gambar ini diambil 8 Januari 2005 di Banda Aceh, dua minggu setelah amukan tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Rekonstruksi
Sepuluh tahun kemudian, Banda Aceh bangkit kembali. Jalan-jalan, jembatan, pelabuhan sudah dibangun lagi. Bank Dunia menyebut Aceh sebagai "upaya pembangunan kembali yang paling berhasil". Gambar ibukota provinsi Aceh ini dbuat Desember 2014.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pengungsi
Setelah diguncang gempa berkekuatan 9,1 skala Richter dan diterjang gelombang raksasa yang tingginya lebih sepuluh meter, banyak penduduk Aceh jadi pengungsi. Di seluruh Asia Tenggara, 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Gambar ini menunjukkan penduduk yang melihat puing-puing rumahnya beberapa hari setelah bencana tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun kembali
Bencana tsunami Natal 2004 mengundang perhatian besar warga dunia yang ramai-ramai memberikan bantuan. Banyak bangunan yang akhirnya diperbaiki, banyak kawasan yang berhasil dibangun kembali. Gambar ini dibuat Desember 2014 di Lampulo, Banda Aceh. "Kapal di atas rumah" jadi peringatan tentang peristiwa mengerikan itu.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Kehancuran di sekitar Masjid
Gelombang raksasa yang melanda Aceh menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan mengakibatkan kerusakan parah. Gambar ini dibuat Januari 2005 dan menunjukkan kawasan Lampuuk di Banda Aceh yang hancur, kecuali Masjid yang bertahan dari terjangan air.
Foto: AFP/Getty Images/Joel Sagget
Sepuluh tahun kemudian
Masjid di Lampuuk dipugar dan kawasan sekitarnya dibenahi. Rumah-rumah penduduk dibangun kembali di sekitar Masjid. Gambar ini diambil sepuluh tahun setelah kehancuran akibat tsunami.
Foto: AFP/Getty Images/Chaideer Mahyuddin
Gempa bumi hebat
Sebelum tsunami muncul, gempa hebat mengguncang kawasan utara Sumatra, 26 Desember 2004. Gempa itu memicu munculnya gelombang raksasa yang mencapai sedikitnya 11 negara, termasuk Australia dan Tanzania. Gambar ini menunjukkan kerusakan di Banda Aceh.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun lebih baik setelah perdamaian
Bantuan internasional yang berdatangan ke Aceh membuka peluang bagi masyarakat membangun kembali kawasannya dengan lebih baik. Tahun 2005, perundingan antara pemerintah Indonesia dan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghasilkan kesepakatan damai, setelah ada mediasi dari Eropa.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pemandangan mengerikan
Jurnalis AS Kira Kay menuliskan pengalamannya ketika tiba di Banda Aceh setelah tsunami: "Mayat-mayat bergelimpangan, terkubur di bawah reruntuhan. Lalu mayat-mayat itu diangkut dengan truk ke lokasi penguburan massal. Bau mayat menyengat". Gambar ini menunjukkan suasana Masjid Raya di Banda Aceh setelah tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Masjid Raya
Suasana Masjid Raya sekarang. Aceh kini menikmati status sebagai daerah otonomi khusus, dengan wewenang luas melakukan pemerintahan sendiri. Berdasarkan kewenangan itu, Aceh kini menyebut dirinya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan memberlakukan Syariat Islam.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
10 foto1 | 10
Kalangan periset tahun 2011 lalu menemukan endapan pasir di dasar laut yang tersapu ke dalam gua ribuan tahun lalu dan berakhir secara rapih dalam lapisan-lapisan di antara kotoran kelelawar seperti kue geologis. Analisa radiokarbon atas materi-materi yang ditemukan, termasuk kulit kerang dan sisa-sisa organisme mikroskopis, memberi bukti adanya 11 tsunami sebelum tahun 2004.
Periode yang bervariasi
Jangka waktu antar bencana tidak pasti, menurut kepala tim riset Charles Rubin dari Earth Observatory of Singapore (EOS). Yang terakhir sebelum 2004 terjadi sekitar 2.800 tahun lalu, namun ada empat tsunami yang terjadi dalam periode 500 tahun sebelum itu.
Dan mungkin saja ada bencana alam lainnya. Para peneliti mengetahui, misalnya, bahwa ada dua gempa bumi besar di seputar wilayah Banda Aceh sekitar tahun 1393 dan 1450. Rubin mengatakan sebuah tsunami besar bisa saja menyapu bukti adanya bencana lain melalui erosi.
Bencana Alam Dilihat dari Angkasa
Satu perspektif lain ditunjukkan foto-foto yang diambil dari ruang angkasa. Kengerian bencana yang melanda di bumi tampak menunjukkan kesan yang mendalam, jika dilihat dari ketinggian.
Foto: NASA
Raksasa Terbangun
Setiap kali terbangun dari tidurnya, gunung berapi selalu mendatangkan ketakutan. Tahun 2009, Gunung Sarychev, terletak di Kepulauan Kuril, Rusia, meletus. Pada saat yang sama, Stasiun Ruang Angklasa Internasional ISS tepat berada di atasnya, dan awak ISS berhasil mengabadikan foto ini.
Foto: NASA
Kering menjadi Pemenang
Salah satu misi satelit observasi bumi --- seperti Proba-V milik Badan Antariksa Eropa--adalah membuat foto-foto yang memungkinkan dilakukannya pelacakan perubahan lingkungan dari waktu ke waktu. Foto yang - diambil bulan April 2014, Juli 2015 dan Januari 2016 (kiri ke kanan) ini - memperlihatkan proses mengeringnya Danau Poopo di Bolivia akibat dampak perubahan iklim.
Foto: ESA/Belspo
Jangan Bermain Api
Setiap tahunnya, kebakaran hutan memusnahkan jutaan hektar hutan dan ekologi di berbagai belahan dunia, seperti juga di Indonesia. Tampak dalam foto yang diambil tanggal 15 September 2015 ini, Pulau Sumatera dan Kalimantan diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Hujan yang Tidak Diharapkan
Tahun 2013, Eropa diguyur hujan berkepanjangan. Hal ini menyebabkan banyak sungai besar meluap, termasuk juga Sungai Elbe. Tampak dalam foto, lumpur yang dibawa Sungai Elbe menutupi wilayah sekitar Wittenberg, di negara bagian Sachsen-Anhalt.
Foto: NASA/J. Allen
Titik Pusat Badai
Badai angin kerap menyebabkan kerusakan hebat. Informasi cuaca yang di susun berdasarkan laporan dari satelit sangat penting untuk memonitor perkembangan badai, seperti: intensitas, arah pergerakan, kecepatan angin. Foto yang diambil pada 25 November 2015 di Samudera Pasifik, dekat Meksiko, ini membantu untuk memprediksi kekuatan badai tropis Sandra, yang mencapai kecepatan 160 km/jam.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Gletser Lenyap di Argentina
Satelit memerankan peran penting dalam memantau perubahan iklim. Misalnya, lewat informasi yang dikirim dari ruang angkasa, ilmuwan dapat mendokumentasikan bagaimana gletser di seluruh dunia meleleh, dan menyebabkan peningkatan permukaan air laut. Foto yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional ISS, ini menunjukkan proses melelehnya gletser Upsala di Argentina antara 2002-2013.
Foto: NASA
Mengerti Badai Pasir
Badai pasir di Timur Tengah disebut "Haboob" kerap menerjang wilayah padang pasir. Pada September 2015, satelit berhasil mengabadikan badai pasir hebat tengah bergerak ke wilayah pemukiman. Foto seperti ini dapat memberikan gambaran untuk memahami pola bagaimana badai terbentuk, untuk memprediksi kekuatan badai dan mengambil antisipasi yang diperlukan.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Gunung Telanjang
Nama ini digunakan NASA untuk menggambarkan Gunung Shasta di Kalifornia, Amerika Serikat. Gunung yang memiliki selimut salju ini merupakan sumber air penting di kawasan. Namun hamparan salju secara bertahap menghilang. Foto yang diambil pada tahun 2013, saat terjadi bencana kekeringan parah ini, memperlihatkan bagaimana salju yang menutupi gunung tersebut telah menghilang hampir seluruhnya.
Foto: NASA/R. Simmon
8 foto1 | 8
Para ilmuwan masih berusaha untuk menentukan ukuran ombak yang dapat memasuki gua.
"Kesimpulan yang bisa diambil adalah bencana besar yang terjadi tahun 2004 bukan berarti tidak akan terjadi lagi dalam 500 tahun ke depan," kata Rubin, seraya menambahkan bahwa gua tersebut ditemukan secara tidak sengaja dan bukan bagian dari kerja lapangan yang direncanakan.
Memperlengkap data
Gempa bumi yang berujung pada tsunami 2004 mengejutkan kalangan peneliti karena patahan yang menghasilkan gempa bumi dahsyat, tidak aktif dalam ratusan tahun.
Dan sejak gempa besar terakhir lebih dari 500 tahun sebelumnya, tidak pernah ada sejarah lisan yang bisa membantu memahami risiko semacam itu.
Sejak 2004, banyak penelitian yang digelar untuk mencoba memahami sejarah pesisir barat pulau Sumatera dengan meneliti timbunan pasir, mengangkat terumbu karang dan data GPS.
"Temuannya sangat signifikan," ungkap Katrin Monecke, seorang profesor ilmu bumi di Wellesley College di Massachusetts.
Fenomena Terbentuknya Gua
Tetesan air tak kunjung henti melubangi batu. Yang diperlukan hanya air untuk menciptakan kecantikan alam ini. Tapi kadang kekuatan lain juga ikut serta.
Foto: picture-alliance/dpa
Tetesan Air
Tidak lebih dari air. Tetapi selama ratusan bahkan ribuan tahun, ini berdampak sangat besar, yaitu mengurai batu-batuan. Karbon dioksida yang terurai membuat air hujan jadi asam. Ini berdampak pada bebatuan, misalnya batuan kapur. Dengan demikian terbetuk gua di bawah tanah.
Foto: picture-alliance/dpa
Keju Swiss
Akibat air hujan, tapi juga karena sungai kecil dan besar, sistem gua bisa terbentuk, dan panjangnya bisa berkilometer-kilometer. Ini yang disebut sebagai gua karst. Contohnya gua Einhornhöhle di dekat Herzberg, di daerah Harz. Dulu orang percaya, telah menemukan fosil Einhorn (kuda unicorn) di gua tersebut. Tapi ternyata itu hanya fosil beruang gua.
Foto: picture-alliance/dpa
Gua Basah
Kadang sungai atau sungai kecil yang membentuk gua masih mengalir di dalam gua. Bisa jadi juga, gua terletak sepenuhnya di bawah permukaan laut, dan jadi tujuan favorit penyelam. Misalnya gua Cenoten yang ada di semenanjung Yucatan, Meksiko. Kadang bagian atap gua runtuh, sehingga orang bisa masuk dari atasnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Gua sebagai Lemari Beku
Jika di dalam gua suhu di bawah nol, air akan beku, sehingga terbentuk formasi es dan gua es. Di musim panaspun, udara dingin tidak bisa keluar. Sementara udara hangat berbobot berbobot lebih ringan dan bergerak ke atas, tidak ke dalam gua. Gua-gua seperti itu bisa ditemukan di Rusia, juga di Jerman. Di Gletser juga bisa terbentuk gua es.
Foto: picture-alliance/dpa
Formasi Batu Yang terbentuk
Gua batu tetesan juga terbentuk akibat air. Yang istimewa adalah batu tetesan, formasi batu yang berbentuk panjang, baik ke arah atas maupun bawah. Formasi ini terbentuk, jika kapur di sekelilingnya larut dalam air hujan, dan kemudian terbentuk lagi di tempat lain, di mana air menguap.
Foto: picture-alliance/dpa
Disukai Turis
Stalaktit adalah formasi batu yang terbentuk di atap gua. Sementara stalagmit terbentuk di dasar gua dan memanjang ke atas. Jika stalagmit dan stalaktit bertemu di satu titik, maka terbentuk tiang, yang disebut 'stalagnate', seperti bisa ditemukan di gua Carlsbad, di New Meksiko, AS.
Foto: picture-alliance/dpa
Romantika Biru
Jika gelombang terus menghampar tepian sungai di dalam gua, maka di sisi sungai juga akan terbentuk gua hempasan. Salah satu yang paling terkenal adalah Grotta Azzurra (gua biru) di Italia. Gua itu terutama diterangi cahaya, yang direfleksikan air laut. Itulah yang menyebabkan warna biru.
Foto: cc-by-sa/Arnaud Gaillard
Tidak Selalu Karena Air
Kadang gua terbentuk tanpa kaitan dengan air sama sekali. Gua tuf misalnya, tercipta dalam tuf kapur ketika jenis batuan ini terbentuk. Yakni karena ada udara yang terkurung di dalamnya. Oleh sebab itu, jenis gua ini disebut gua primer, karena tidak terbentuk karena pengikisan. Orang juga bisa mendirikan rumah bahkan sebuah desa dalam bebatuan ini. Misalnya desa cadas Kandovan di Iran.
Foto: DW/Helbig
Tergali dalam Panas
Gua lava juga gua primer. Gua jenis ini terbentuk, jika lava timbul di permukaan tanah saat gunung meletus. Lava tipis dan cair ini mendingin di permukaan tanah dan menjadi kaku, tetapi di bagian dalamnya masih cair. Bagian yang cair terus mengalir dan mencari jalan ke bawah tanah.
Foto: picture-alliance/OKAPIA/Gavriel Jecan/SAVE
Bundar dan Seperti Pipa
Oleh sebab itu gua lava kebanyakan berbentuk seperti pipa. Jika di atas atap tumbuh pohon-pohon, akarnya bisa tumbuh dan menerobos ke gua. Gua lava sebagian besar bisa ditemukan di Hawaii, juga di Islandia dan pulau-pulau Kanaria. Selain itu juga di bulan dan Mars.
Foto: CC BY-SA 2.5/Dave Bunnell
10 foto1 | 10
Ia mempelajari timbunan pasir tsunami yang ditemukan di rawa-rawa di wilayah tersebut, namun tidak terlibat dalam penelitian gua, yang dipresentasikan pada konferensi Persatuan Geofisika Amerika di San Francisco. "Lapisan pasir dalam gua merekam dalam jangka waktu yang sangat panjang dan memberi keterangan mengenai frekuensi gempa."
Meski rekaman jangka panjang terlindungi di dalam gua, Rubin mengatakan frekuensi tsunami tetap belum dapat diketahui secara pasti atau kapan kira-kira bencana dapat terjadi dalam periode singkat antara satu sama lain.
Lukisan Gua Sulawesi – Menulis Kembali Sejarah
Sebuah riset mengungkapkan, lukisan gua pra-sejarah di Indonesia seumur dengan seni paling kuno di Eropa. Gambar yang ada disejumlah gua di Pulau Sulawesi memperlihatkan manusia sudah menggambar sejak 40 ribu tahun.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Lukisan Gua
Lukisan-lukisan kuno ditemukan di tujuh gua di Sulawesi Tengah, Indonesia. Foto-foto ini diambil dari pintu masuk gua, dimana ditemukan pula seni pahat batu yang usianya sudah sangat lawas.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Babirusa
Gambar-gambar pra-sejarah yang setidaknya sudah berumur 40 ribu tahun, menggambarkan hewan dan tangan manusia. Foto yang diambil dari gua Leang Pettakere, memperlihatkan tulisan – tulisan tangan dan gambar dua babirusa, hewan khas Sulawesi serta pulau-pulau lain di Indonesia.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Waktu Pembuatan Berbeda
Di gua Leang Pettakere, kita bisa melihat generasi yang berbeda dari lukisan-lukisan yang ada di dalam gua. Pada lukisan babirusa, bagian belakangnya kemungkinan dibuat lebih dulu oleh generasi sebelumnya, yang kemudian disempurnakan oleh generasi berikutnya. Keberadaan batu-batu seni itu pertama kali dilaporkan arkeolog asal Belanda, Heeren-Palm, pada 1950-an.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Mirip dengan Eropa
Sejumlah peneliti menemukan lukisan gua di Sulawesi, seumuran dengan lukisan batu paling kuno di Eropa, yang dianggap sebagai kelahiran seni. Lukisan-lukisan tersebut memiliki kesamaan dengan lukisan di dalam gua El Castillo, Spanyol, yang umurnya sekitar 37 ribu tahun. Sejumlah lukisan di gua El Castillo, ditasbihkan sebagai lukisan gua tertua di Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa/Rodrigo De Balbin Behrmann
Seberapa Tua?
Karya seni purbakala di Sulawesi pertama kali dilaporkan ke arkeolog Belanda pada 1950-an. Namun selama bertahun-tahun, para arkeolog mengira itu peninggalan zaman pra-Neolitikum, yang periodenya sekitar 10 ribu tahun lalu. Pada 2011 saat arkeolog dari Indonesia dan Australia memulai penggalian gua Leang Burung 2 di Maros, baru diketahui umur sebenarnya dari lukisan-lukisan itu.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Pemandangan Alam
Keindahan pemandangan di kawasan Maros, dituangkan dalam lukisan-lukisan dalam gua. Lukisan tersebut menggambarkan keindahan sungai yang diukir dengan batu kapur dan lahan-lahan pertanian di sejumlah bukit.
Foto: Anthony Dosseto 2013
Harus Dilindungi
Ada banyak lukisan-lukisan gua yang sangat indah, tetapi tidak sedikit pula yang sudah hancur karena erosi dan ancaman tangan-tangan jahat. Untunglah, guna perlindungan lebih lanjut, pemerintah Indonesia berencana memasukan lukisan-lukisan gua tersebut ke daftar resmi Warisan Budaya dan World Heritage List milik UNESCO.
Foto: Anthony Dosseto 2013
7 foto1 | 7
Perspektif ahli geofisika
Ahli geologi Kerry Sieh, direktur EOS yang turut serta dalam penelitian gua, telah memprediksi bahwa gempa raksasa dapat kembali mengguncang wilayah Aceh dalam beberapa dekade mendatang. Mereka umumnya datang dalam bentuk siklus dan terjadinya gempa pada tahun 2004 meningkatkan lebih banyak tekanan pada patahan tadi. Namun sejarahnya sangat beragam, sehingga mustahil untuk memberi prediksi yang tepat.
"Dengan mempelajari tipe tsunami yang terjadi di masa lalu, mungkin kami dapat merencanakan mitigasi untuk tsunami berikutnya," ucap Nazli Ismail, kepala departemen fisika dan geofisika di Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh yang ikut mengerjakan proyek ini.
Kepulauan Indonesia terletak pada Cincin Api Pasifik, rangkaian gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi cekungan Pasifik. Inilah tempat terjadinya aktivitas seismik terbesar dan paling mematikan di dunia.
Dosa Tentara di Serambi Mekah
Bertahun-tahun rakyat Aceh menanggung kebiadaban TNI selama operasi militer menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Serupa kasus 65, darah yang membalur Serambi Mekah adalah dosa yang selamanya menghantui militer Indonesia.
Foto: Getty Images/AFP/S. Ananda
Perintah dari Istana
Pada 19 Mei 2003, pemerintahan Megawati melancarkan operasi militer di Aceh dengan mengirimkan lebih dari 30.000 serdadu dan 12.000 polisi. Sebelumnya Gerakan Aceh Merdeka menolak status otonomi khusus yang ditawarkan pemerintah. Perang yang dikobarkan Megawati berlangsung selama setahun.
Foto: Getty Images/AFP/Raka
Senjata Gelap TNI
GAM sudah berperang demi kemerdekaan Aceh sejak tahun 1976. Kegigihan gerakan separatis itu menyulut perang berkepanjangan dengan TNI. Ironisnya GAM banyak membeli senjata secara gelap dari TNI. Tahun 2000 silam Polda Metro Jaya menggerebek sebuah rumah dan menemukan bukti pembelian senjata TNI oleh GAM dengan nilai sebesar tiga miliar Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/H. Simanjuntak
Berpaling Simpati
Perang pemberontakan Aceh 1990-1998 termasuk yang paling rentan pelanggaran HAM. Selama delapan tahun sekitar 12.000 nyawa menghilang, kebanyakan adalah warga sipil Aceh. Kebiadaban TNI selama itu diyakini justru menambah simpati rakyat Aceh terhadap gerakan separatis.
Foto: Getty Images/AFP/Inoong
Kejahatan Demi NKRI?
Tahun 2013 silam Komnas HAM menyelidiki lima kasus kejahatan perang selama DOM 1990-1998, yakni tempat penyiksaan Rumoh Geudong di Pidie, pembantaian massal di Bumi Flora, Aceh Timur dan Simpang KKA di Aceh Utara, serta kasus penghilangan paksa dan kuburan massal di Bener Meriah.
Foto: Getty Images/AFP/C. Youn-Kong
Intimidasi Demi Informasi
TNI berikrar akan lebih hati-hati selama operasi militer di Aceh 2003. Tapi serupa di Timor Leste, tentara dilaporkan sering mengintimidasi penduduk desa untuk mengungkap tempat persembunyian pemberontak. Human Rights Watch mencatat berbagai kasus penculikan dan penganiayaan anggota keluarga terduga gerilayawan. Desember 2003 Polri memerintahkan "menembak mati" siapapun yang "membawa bendera GAM."
Foto: Getty Images/AFP/Inoong
Pondok Kelabu
Pada 17 Mei 2003 tiga truk tentara mendatangi desa Jambo Keupok, Aceh Selatan. Di sana mereka menginterogasi penduduk desa ihwal persembunyian GAM. Hasilnya 16 penduduk tewas. Sebagian ditembak, ada yang disiksa atau bahkan dibakar hidup-hidup, tulis Komisi untuk Orang Hilang, Kontras. Insiden tersebut kemudian dikenal dengan istilah Tragedi Jambo Keupok.
Foto: Getty Images/AFP/C. Youn-Kong
Media Propaganda
Berbeda dengan DOM 1990-1998, TNI menggandeng media untuk menguasai pemberitaan ihwal perang di Aceh. Wartawan misalnya dilarang mengutip sumber dari GAM. "Saya berharap wartawan menulis dalam kerangka NKRI. Kalau saya terkesan keras, harap dimaklumi," tutur penguasa darurat militer Aceh saat itu, Mayjen Endang Suwarya.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Adu Klaim Soal Korban
Selama satu tahun antara Mei 2003 hingga 2004, sebanyak 2000 orang tewas dalam pertempuran. TNI mengklaim semuanya adalah gerilayawan GAM. Namun berbagai LSM dan termasuk Komnas HAM membantah klaim tersebut. Sebagian besar korban ternyata warga sipil biasa.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Pagar Manusia
Salah satu strategi TNI adalah membangun "pagar betis" yang terdiri dari warga sipil. Mereka diperintahkan untuk menyisir sebuah kawasan yang diduga dijadikan tempat persembunyian GAM. Dengan cara itu, TNI berharap GAM tidak akan menembak dan mau keluar dari sarangnya. Strategi serupa sering diterapkan saat Operasi Seroja di Timor Leste.
Foto: Getty Images/AFP/H. Simanjuntak
Tanpa Keadilan
Berbagai penyelidikan yang dilakukan LSM Kemanusiaan dan Komnas HAM terkait kejahatan perang di Aceh gagal membuahkan keadilan buat korban. Hingga kini sebagian rakyat Aceh masih hidup dengan trauma perang.