Gubernur Guam Eddie Calvo mengatakan bahwa "kadang-kadang pengganggu hanya bisa dihentikan dengan tonjokan di hidung". Guam menyambut retorika keras Presiden Donald Trump terhadap Korea Utara.
Iklan
Sementara di Amerika Serikat Presiden Donald Trump mendulang banyak kritik karena dianggap menyulut ketegangan dengan Korea Utara, Gubernur Guam Eddie Calvo justru menyambut sikap keras presidennya.
"Setiap yang tumbuh di halaman sekolah, murid di sekolah dasar saja mengerti apa itu pengganggu," kata Calvo kepada kantor berita AFP hari Senin (14/08).
"(Pemimpin Korea Utara) Kim Jong-Un adalah pengganggu dengan beberapa senjata yang sangat dahsyat ... seorang pengganggu harus dihadapi dengan sangat tegas."
Bela sikap Trump
Calvo, seorang Republikan, mengatakan bahwa Trump dikritik secara tidak adil atas penanganan krisis Korea Utara. Dia mengatakan Korea Utara telah mengancam Guam setidaknya tiga kali sejak 2013.
Trump mengancam Korea Utara dengan "api dan kemarahan", jika berani menyerang AS. Dia menyatakan persenjataan AS sudah "dimuat dan diarahkan" untuk menanggapi setiap agresi.
"Presiden Trump bukan pemimpin terpilih yang konvensional, apa yang dia katakan dan bagaimana dia mengatakannya sangat berbeda dari apa yang dikatakan oleh presiden-presiden sebelumnya," kata Calvo.
Namun dia menerangkan bahwa presiden sebelumnya juga telah menggunakan kata-kata yang tegas untuk memperingatkan Pyongyang, termasuk Barack Obama yang tahun mengatakan bahwa AS "bisa, jelas, menghancurkan Korea Utara dengan persenjataan kita".
"Hanya ada satu orang yang membunuh saudaranya dengan salah satu senjata saraf paling beracun yang pernah dibuat, yaitu Kim Jong-Un." Kata Calvo selanjutnya.
Abaikan imbauan peredaan ketegangan
Beberapa negara di kawasan, seperti Cina, telah mendesak Trump agar menghentikan retorika kerasnya. Namun Calvo justru meminta negara-negara itu untuk melakukan lebih banyak untuk menghentikan Pyongyang. "Tidak ada yang ingin melihat perang," katanya.
"Tidak hanya untuk kepentingan Amerika dan sekutu-sekutunya, tapi juga Cina dan Rusia untuk menghentikan ambisi nuklir atau rudal jarak jauh Korea Utara", kata dia.
Calvo mengakui, di antara 160.000 penduduk Guam ada berbagai pendapat tentang kehadiran militer AS besar-besaean di pulau itu, namun dia menegaskan sebagian besar penduduk mendukungnya.
Gubernur Guam Eddie Calvo selanjutnya mengatakan, dia tidak memperkirakan bahwa krisis tersebut akan berdampak besar pada industri pariwisata di Guam, yang seriap tahun menarik lebih dari 1,5 juta wisatawan.
"Guam adalah tempat yang aman untuk dikunjungi. Meskipun terjadi semua hal ini ., tidak ada tingkat ancaman tambahan," katanya.
"Saya mengundang semua orang dari seluruh dunia untuk datang mengunjungi Guam, ini adalah tempat yang indah," tegas Eddie Calvo.
Guam: Pulau Kecil Dalam Bidikan Nuklir Korut
Korea Utara bersumpah bakal melumat Guam yang menjadi salah satu basis kekuatan militer AS di Samudera Pasifik. Meski berukuran kecil, pulau itu dijaga dan dilindungi oleh mesin perang paling canggih di dunia.
Foto: Reuters/Naval Base Guam/Major Jeff Landis, USMC (Ret.)
Sasaran Empuk Pyongyang
Guam, pulau kecil di barat Pasifik yang berjarak 6300 km dari Hawaii dan 3500 km dari pesisir tenggara Korea Utara, merupakan wilayah koloni Amerika Serikat sejak 1898. Belum lama ini penguasa Pyongyang, Kim Jong Un, mengumbar rencana menyerang pulau berpenduduk 350 ribu jiwa itu dengan peluru kendali balistik berhulu ledak nuklir.
Posisi Strategis
Pasalnya posisi strategis Guam menjadi andalan militer AS yang membutuhkan gerbang ke Asia Timur. Pada Perang Dunia II misalnya, AS kerap melancarkan serangan udara terhadap Jepang dari pangkalannya di Guam. Peran serupa diberikan kepada pulau tersebut saat perang Vietnam dan kini dalam konflik di Semenanjung Korea dan Laut Cina Selatan.
Tidak heran jika keberadaan Guam menjadi momok bagi Korea Utara. Seperempat wilayah pulau digunakan sebagai pangkalan militer. Sebanyak 6.000 personil militer ditempatkan di sana. Menyusul konflik dengan penduduk lokal di pangakalan militer di Jepang, kini Washington berniat memindahkan sebagian pasukannya ke Guam.
Foto: Victoria Shaffer
Markas Armada Pasifik
Adalah keberadaan dua pangkalan militer AS yang menempatkan Guam di peta dunia. Di selatan AS memiliki Apra Harbor, pangakalan angkatan laut yang antara lain selalu dijaga oleh empat kapal selam nuklir. Setiap misi pengintaian udara juga dikerahkan dari sana. Tidak heran jika militer AS menyematkan julukan "ujung tombak" pada pulau kecil tersebut.
Foto: Reuters/Naval Base Guam/Major Jeff Landis, USMC (Ret.)
Kiriman Bom dari Guam
Selain Apra Harbor, militer AS juga memiliki pangakalan udara Andersen Air Force Base yang antara lain menampung skuadron pembon dengan pesawat B-52 Stratofortress atau B-1B Lancer. Sejak 2010 AS juga menempatkan beberapa pesawat nirawak pengintai RQ-4B Global Hawks. Pangkalan udara Andersen juga sering digunakan buat mendaratkan pesawat ulang alik milik NASA.
Foto: Reuters/U.S. Air Force/Tech. Sgt. Richard P. Ebensberger
Pertahanan Udara Terluar
Untuk menghadapi ancaman Korea Utara, AS sejak 2013 membangun sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense di selatan Guam. Dikembangkan pada Perang Teluk I, THAAD antara lain bertugas menghancurkan peluru kendali tanpa hulu ledak, melainkan dengan tumbukan energi kinetik. AS juga berniat menempatkan THAAD di perbatasan Korea Selatan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Scott/Department Of Defense
Ancaman Kian Dekat
Bukan kali pertama Korut mengancam menyerang Guam. Terlebih pulau kecil tersebut juga berada di dalam jangkauan peluru kendali Hwasong-8, yang meski ditaksir mampu melahap jarak sejauh 6.000 km, hanya terbang sejauh 1.000 km pada ujicoba awal tahun silam. Namun begitu ancaman serangan nuklir terhadap Guam kini jauh lebih nyata ketimbang sebelumnya.