Anak perempuan yang mulai menggunakan media sosial di usia 10 tahun cenderung tidak bahagia saat mereka memasuki masa remaja. Demikian hasil penelitian Universitas Essex dan University College London, Inggris.
Iklan
Media sosial dianggap memiliki dampak negatif yang lebih besar pada kebahagiaan anak perempuan. Kesimpulan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Essex dan University College London, Inggris.
Anak perempuan yang menghabiskan satu jam atau lebih di media sosial sejak usia 10 tahun, menunjukkan rendahnya kebahagiaan pada saat mereka mencapai usia 15 tahun.
Penelitian yang berdasarkan data survei antara tahun 2009 dan 2015 terhadap 9.859 remaja Inggris berusia 10 sampai 15 tahun tersebut, juga menemukan fakta bahwa anak perempuan menggunakan media sosial lebih banyak dibanding anak laki-laki.
Bagaimana Media Sosial Ubah Otak Anda
Pernah merasa tidak bisa menyetop diri menggunakan media sosial? Media sosial memang asik dan disukai masyarakat luas. Tapi apa itu sehat buat otak Anda?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kahnert
Tidak Bisa Mengontrol Diri?
Menurut data yang dikumpulkan lembaga pendidikan TED (Technology, Entertainment, Desain) sepertiga penduduk dunia menggunakan media sosial. Lima sampai 10 persen pengguna internet menyatakan sulit mengontrol waktu saat menggunakan media sosial. Menurut hasil pemindaian otak, ada bagian otak yang alami gangguan, dan itu bagian yang sama seperti pada pengguna narkoba.
Foto: Imago/All Canada Photos
Menyebabkan Kecanduan
Bagian otak yang terganggu terutama yang mengontrol emosi, perhatian dan pengambilan keputusan. Orang merasa senang pada media sosial, karena segera memberikan "imbalan" tanpa perlu upaya besar. Oleh sebabnya itu otak ingin mendapat stimulasi makin banyak, dan akhirnya menyebabkan ketagihan. Seperti halnya ketagihan obat terlarang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Tampak Seperti Multi-Tasking
Orang tampaknya mampu melaksanakan multi-tasking antara pekerjaan dan berkomunikasi dengan teman atau membaca berita terakhir dari teman lewat media sosial. Itu tampaknya saja. Semakin banyak menggunakan media sosial menyebabkan semakin kurangnya kemampuan otak untuk menyaring "gangguan" dan menyebabkan otak tidak mampu menempatkan informasi dalam ingatan.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Klose
Bergetar Atau Tidak?
Sejalan dengan penggunaan medsos lewat ponsel pintar, muncul fenomena baru "phantom vibration syndrome". Orang merasa ponsel bergetar, tapi sebenarnya tidak. Menurut sebuat studi, 89% dari pengikut riset rasakan ini, sedikitnya sekali dalam dua minggu. Tampaknya: otak menerima rasa gatal dan mengubahnya menjadi getaran yang dirasakan tubuh. Sepertinya teknologi mulai mengatur ulang sistem syaraf.
Foto: Getty Images/AFP/W. Zhao
Makin Terfokus pada Diri Sendiri
Media sosial juga menyebabkan otak makin banyak melepas Dopamin, yang sebabkan tubuh merasa senang. Menurut ilmuwan, pusat pemberian imbalan pada otak menunjukkan aktivitas lebih tinggi, jika orang bicarakan pandangan mereka, daripada jika mendengarkan pendapat orang. Itu tidak mengherankan. Tapi dalam interaksi langsung, hanya 30-40% isinya mengenai diri sendiri. Sementara dalam media sosial 80%.
Foto: imago/Westend61
Imbalan untuk Bicara Tentang Diri Sendiri
Semua bagian otak yang berkaitan dengan orgasme, motivasi, cinta terstimulasi hanya dengan menggunakan media sosial. Dan itu lebih besar lagi dampaknya, jika Anda menyadari bahwa Anda punya "penonton". Misalnya jumlah "likes" di Facebook atau jumlah "followers" di Twitter tinggi. Jadi tubuh memberikan imbalan sendiri kepada kita, hanya karena membicarakan tentang diri sendiri lewat internet.
Sebaliknya dampak positif juga ada. Menurut studi hubungan pacaran terhadap sejumlah pasangan, sebagian besar cenderung lebih saling suka, jika awalnya berkenalan lewat jalur maya. Dibanding jika kenal lewat interaksi langsung. Kemungkinan ini disebabkan karena orang lebih bisa anonim di dunia virtual, dan lebih punya kesempatan mengemukakan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.
Foto: DW
7 foto1 | 7
Saat berusia 13 tahun, sekitar setengah dari anak perempuan yang disurvei menggunakan media sosial selama lebih dari satu jam per hari pada hari sekolah (Senin sampai Jumat), sementara anak laki-laki hanya sepertiganya.
Penggunaan media sosial meningkat seiring bertambahnya usia di kedua jenis kelamin. Pada usia 15 tahun, anak perempuan masih menjadi pengguna yang lebih aktif dibandingkan anak laki-laki. Sekitar 59 persen anak perempuan berinteraksi di media sosial selama satu jam atau lebih setiap hari, sementara anak laki-laki 46 persen.
Tingkat kebahagiaan saat remaja turun
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Kesehatan Masyarakat BMC ini menemukan bahwa tingkat kebahagian, baik anak laki-laki maupun perempuan, menurun sepanjang masa remaja mereka. Namun penurunan pada anak perempuan lebih besar.
Alasan Menjauhkan Anak-Anak dari Gadget
Riset yang dilakukan American Academy of Pediatrics dan Canadian Society of Pediatrics state menemukan sejumlah dampak buruk teknologi terhadap anak-anak. Ini peringatan bagi para orang tua.
Foto: Robert Kneschke - Fotolia.com
Pertumbuhan Otak
Otak akan berkembang pada bayi berusia 0 bulan sampai 2 tahun. Perkembangan otak, salah satunya ditentukan oleh rangsangan lingkungan. Balita yang otaknya terlalu di ekspos dengan gadget (ponsel, Internet, iPads dan TV) akan mengalami penundaan kognitif, peningkatan impulsif dan penurunan kemampuan untuk mengatur diri sendiri.
Foto: Royal Holloway, University of London
Tidak Fokus
Anak-anak berusia dibawah 12 tahun yang sudah menggunakan teknologi bisa terhambat tumbuh-kembangnya, termasuk kemampuan untuk memperhatikan sehingga bisa berdampak pada prestasi akademiknya.
Foto: STR/AFP/Getty Images
Penyebab Obesitas
Anak-anak yang diperbolehkan nonton televisi dan main Video game dalam kamar tidur, membuat mereka berpotensi 30 persen terkena obesitas karena kurang gerak. Anak-anak dengan obesitas tentu akan membuat mereka lebih rentan terkena stroke dan serangan jantung serta memperpendek harapan hidup.
Foto: STR/AFP/Getty Images
Kurang Tidur
Lewat penelitian, diketahui pula sekitar 60 persen orang tua tidak mengawasi anak-anaknya saat menggunakan gadget. Sebanyak 70 persen bahkan membolehkan anak-anak membawa gadget ke kamar tidur, padahal diketahui sebanyak 75 persen anak-anak berusia 9 tahun hingga 10 tahun mengalami kurang tidur hingga berdampak pada nilai-nilai akademik mereka lantaran terlalu asyik bermain gadget di kamar.
Foto: Photographee.eu - Fotolia
Gangguan Mental
Segala sesuatu yang berlebihan memang tak baik, begitu juga saat berinteraksi dengan gadget. Penggunaan teknologi yang berlebihan pada anak bisa menyebabkan naiknya tingkat depresi anak, kecemasan, defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, psikosis dan perilaku anak bermasalah.
Foto: Fotolia/Artem Furman
Menjadi Agresif
Konten-konten televisi berisi kekerasan bisa memberikan dampak buruk pada anak-anak. Tayangan yang menampilkan aksi kekerasan, seks, pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan dan mutilasi bisa menimbulkan dampak kausal pada agresi anak, dimana anak bisa menunjukkan perilaku agresif yang tidak terkendali.
Foto: Fotolia/HaywireMedia
Demensia Digital
Konten media kecepatan tinggi dapat membuat defisit perhatian, konsentrasi dan daya ingat menurun karena saraf neuronal ke otak terpotong. Walhasil, anak yang tidak bisa memperhatikan, maka tidak bisa belajar.
Foto: Pia Chandavarkar
Emisi Radiasi
Pada Mei 2011, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan telepon selular sebagai Gadget dengan kategori risiko 2B (possible carcinogen) karena radiasi emisi yang ditimbulkannya. James McNamee, ahli kesehatan dari Health Canada pada Oktober 2011 memperingatkan bahwa anak-anak adalah kelompok yang paling sensitif dibanding orang dewasa karena sistem otak dan kekebalannya masih berkembang.
Foto: picture-alliance/dpa
Kecanduan
Ketika orang tua lebih tertarik kepada teknologi, mereka bisa mengabaikan anak. Itu pula yang terjadi pada anak saat mereka mulai kecanduan gadget. Riset menemukan, satu dari 11 anak berusia 8 tahun hingga 18 tahun kedapatan kecanduan gadget. Sumber : www.huffingtonpost.com
Foto: Robert Kneschke - Fotolia.com
9 foto1 | 9
Para peneliti menemukan bahwa sepanjang masa remaja nilai kebahagiaan remaja putri turun hampir tiga poin dari 36,9 menjadi 33,3, dan pada remaja putra turun dua poin dari 36,02 menjadi 34,55.
Penilaian tingkat kebahagiaan ini dilakukan berdasarkan berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk keluarga dan sekolah. Para remaja yang disurvei juga mengisi kuesioner "kelebihan dan kekurangan" untuk mengukur aspek negatif kebahagiaan seperti masalah emosional dan perilaku.
Dr. Cara Brooker, salah satu anggota penelitian mengatakan, "Temuan kami menunjukkan bahwa penting untuk memantau interaksi awal dengan media sosial, terutama pada anak perempuan, karena hal ini dapat berdampak pada kesejahteraan di masa remaja dan mungkin sepanjang masa dewasa."
Menjelang tidur, apakah tetap ditemani smartphone di atas kasur? Banyak riset menyebutkan main gadget bisa mengganggu kualitas tidur. Ada banyak aktivitas lain sebelum tidur yang berguna, di luar bermain gadget
Foto: Colourbox
Baca Buku
Mengapa juga harus terus melototi smartphone di atas kasur, jika banyak novel yang asyik bisa membawa kita terlelap dengan nyaman. Penelitian menunjukkan membaca buku dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.
Foto: Fotolia/Eisenhans
Telefon Orang Terkasih
Mungkin sebelum naik ke atas kasur bisa menelfon sebentar. Penelitian menunjukkan berbicara dengan orang yang dicintai seperti ibu misalnya, dapat membantu mengurangi stres. Meredam stres merupakan komponen penting ketika ingin hanyut ke alam mimpi. Tidak harus mengobrol lama, cukup dengan mendengar suara orang terkasih sebentar, sudah cukup membantu.
Foto: colourbox
Mandi Air Hangat
Mandi air hangat bisa dibilang cara paling santai untuk relaksasi. Mandi air hangat menaikkan suhu sejenak, lalu membawa suhu tubuh perlahan-lahan mendingin setelah selesai mandi. Proses ini merupakan persiapan yang sempurna untuk menuju ke peraduan, beristirahat dan mengaktifkan rasa kantuk.
Foto: Colourbox/Igor Kovalchuk
Meditasi
Bernapas dengan ritme baik, atau bermeditasi sejenak. Studi menunjukkan meditasi dapat membantu orang rileks dan mendapatkan istirahat malam dengan kualitas lebih baik. Tidak hanya itu, mengatur napas dengan baik memiliki manfaat kesehatan yang menakjubkan. Bahkan jika hanya dilakukan dalam waktu sebentar.
Foto: Fotolia
Berhubungan Seks
Tempat tidur memang diperuntukkan untuk tidur, istirahat dan aktivitas seks bagi pasangan suami istri. Penelitian menunjukkan melakukan hubungan seks sebelum tidur dapat membantu tidur nyenyak. Kegiatan seks memproduksi oksitosin, hormon di otak untuk merasa senang dan mengurangi hormon stres.
Foto: picture-alliance/dpa
Menulis Buku Harian
Kedengaran kuno? Tidak juga. Terlalu cemas untuk hanyut dalam lelap? Menulislah, dan di atas kasur -- bukan menulis status di facebook ya…! Ambil buku harian, menulislah di situ. Penelitian menunjukkan menulis bisa membantu membersihkan pikiran negatif.
Foto: Fotolia/Aleksandar Kosev
Minum Teh
Sempatkan menyesap minuman teh hangat sebelum merangkak ke tempat ridur yang nyaman dan empuk. Beberapa jenis teh bisa memicu rasa kantuk datang karena mengandung bahan-bahan yang dapat membantu relaksasi.
Foto: picture-alliance/Arco Images GmbH
Lakukan Kerajinan Tangan
Penelitian menunjukkan aktivitas kerajinan tangan seperti merajut dan mewarnai gambar dapat membantu kitajadi rileks. Ini adalah cara yang produktif dan kreatif untuk bersantai dan mempersiapan pikiran yang baik untuk pergi tidur.
Foto: Fotolia/Poles
Yoga
Yoga bisa membuat istirahat malam menjadi lebih baik. Yoga menawarkan banyak manfaat, termasuk meredam stres dan pikiran bisa jadi lebih tenang.
Foto: Colourbox/Pressmaster
Membayangkan Adegan Santai
Penelitian menunjukkan tradisi jelang tidur dengan menghitung jumlah hewan dalam pikiran, seperti menghitung domba, misalnya, benar-benar melibatkan otak untuk beristirahat. Bayangkan gambar-gambar menenangkan untuk menepis stres dan membuat santai pikiran.