1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanAsia

Gunakan Vaksin Buatan Lokal, India Mulai Vaksinasi Massal

Tanika Godbole
16 Januari 2021

Menggunakan vaksin buatan dalam negeri, India targetkan vaksinasi 300 juta orang pada akhir Juli. Perdana Menteri Modi menyatakan bahwa politisi tidak akan masuk dalam kategori prioritas penerima vaksin.

Vaksinasi COVID-19 di India
Petugas kesehatan di India menunjukkan vaksin dari fasilitas pendingin.Foto: Ajit Solanki/AP Photo/picture alliance

India meluncurkan program vaksinasi virus corona SARS-CoV-2 besar-besaran pada hari Sabtu (16/01), dengan dua vaksin yang diproduksi secara lokal. Perdana Menteri India, Narendra Modi, secara resmi memulai kampanye vaksinasi yang ia sebut sebagai "terbesar di dunia" ini dalam sebuah pidato melalui video kepada publik.

"Biasanya, butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat vaksin tetapi dalam rentang waktu yang singkat, tidak hanya satu, tapi dua vaksin 'Made in India' sudah siap," ujar Modi dalam pidatonya yang disiarkan secara langsung. Ankita Kumar dari DW menyaksikan pidato ini, di mana Modi menekankan pentingnya memvaksinasi para pekerja garis depan.

Kantor berita Jerman, dpa, melaporkan bahwa India berencana untuk memvaksinasi 300 juta orang - jumlah yang hampir sama dengan seluruh populasi Amerika Serikat - pada akhir Juli.

Seperti apa rencananya?

Pada hari pertama, tiap 100 orang dari 3.006 pusat pemerintahan di seluruh negeri akan divaksinasi. Setiap vaksinasi akan memakan waktu sekitar 30 menit.

Sekitar 30 juta perawatan kesehatan dan pekerja garis depan, seperti petugas sanitasi dan keamanan, akan menjadi yang pertama menerima vaksin. Kelompok berikutnya adalah orang berusia di atas 50 tahun, atau yang dianggap sebagai individu berisiko tinggi karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.

"Program vaksinasi ini didasarkan pada prinsip kelompok prioritas yang akan divaksinasi dan petugas kesehatan, baik di sektor pemerintah maupun swasta termasuk pekerja ICDS (Integrated Child Development Services) akan menerima vaksin pada tahap ini," ungkap pemerintah melalui siaran pers.

Petugas telah mendistribusikan logistik vaksin untuk program vaksinasi massal di India yang dimulai pada Sabtu (16/01).Foto: Mahesh Kumar A./AP Photo/picture alliance

Dalam jangka waktu enam hingga delapan bulan mendatang, India berencana untuk memvaksinasi sekitar 300 juta orang dengan dua dosis vaksin. Perdana Menteri Modi sendiri tidak akan divaksinasi pada hari Sabtu, dan telah menyatakan bahwa politisi tidak akan masuk dalam kategori prioritas.

Apa tantangan utamanya?

Selama beberapa percobaan yang dilakukan oleh staf pemerintah, logistik untuk upaya vaksinasi telah berhasil didistribusikan. Namun, sistem kesehatan publik India yang lemah dan konektivitas transportasi yang rendah ke beberapa bagian negara bagian telah menimbulkan kekhawatiran tentang efektivitas pelaksanaan program raksasa ini.

Vaksin harus selalu disimpan pada suhu rendah. Ini akan jadi lebih menantang saat bulan-bulan musim panas semakin dekat. India telah menyiapkan peralatan pendingin untuk penyimpanan vaksin, termasuk 45.000 kulkas berlapis es, 41.000 peti pendingin, dan 300 lemari es bertenaga surya.

Negara tersebut juga diharapkan untuk meluncurkan Co-WIN, platform digital online untuk melacak vaksin, penyimpanan, dan individu yang telah menerima vaksin, sebagai alat untuk memantau program ini.

Namun dalam beberapa bulan terakhir, banyak informasi yang salah telah beredar di masyarakat mengenai vaksin. Kantor berita AFP melaporkan survei terbaru terhadap 18.000 orang menemukan bahwa 69 persen responden tidak merasa terlalu penting untuk segera menerima vaksin. 

Vaksin apa yang akan digunakan?

Orang India akan menerima vaksin Covishield dari Oxford University/AstraZeneca atau Covaxin dari perusahaan farmasi India, Bharat Biotech. Keduanya diproduksi secara lokal di India. Penerima vaksin tidak akan dapat memilih di antara kedua vaksin tersebut.

Pemerintah telah memesan 11 juta dosis Covishield, dan 5,5 juta dosis Covaxin. Media lokal melaporkan bahwa perdana menteri diharapkan dapat meyakinkan masyarakat bahwa vaksin tersebut aman.

Namun, beberapa ahli telah menyuarakan keraguan atas kemanjuran vaksin Bharat Biotech, yang telah disetujui meskipun uji klinis belum selesai. Pejabat pemerintah sebelumnya mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kedua vaksin tersebut akan diperlakukan sama.

Otoritas regulasi obat India mengatakan efektivitas Covishield mencapai 72 persen. Hasil uji coba Covaxin diharapkan akan keluar pada bulan Maret. Harian nasional The Times of India melaporkan bahwa penerima Covaxin akan menerima kompensasi jika vaksin tersebut menyebabkan efek samping.

India adalah negara yang terkena dampak pandemi terburuk kedua di dunia setelah Amerika Serikat, menurut angka dari Universitas Johns Hopkins. Lebih dari 10,5 juta orang di negara itu terinfeksi virus corona, sementara lebih dari 151.000 orang meninggal karena virus tersebut. (ae/yp)