Sepeninggal Gus Dur, sosoknya masih melekat di benak masyarakat Indonesia. Beberapa kalangan mengenangnya dengan penuh kebencian, tapi sebagian besar menganggapnya sebagai pahlawan. Opini Alissa Wahid.
Iklan
Makam Abdurrahman Wahid, Presiden keempat Indonesia dan pemimpin Nahdlatul Ulama di sebuah kota kecil di Jawa Timur dikunjungi oleh lebih dari 1,5 juta orang setiap tahunnya. Memang inilah tradisi bagi orang-orang dari NU (organisasi Muslim terbesar di Indonesia dengan 60 juta anggotanya) untuk mengunjungi makam ulama yang dihormati, namun makam Gus Dur adalah satu-satunya tokoh yang dikunjungi orang-orang dari semua lapisan masyarakat dan agama: biksu Buddha, Biarawati dan pendeta Katolik, peziarah Hindu, orang Tionghoa, penduduk desa, dan kelompok band punk.
Setiap ditanya "Mengapa semua orang sangat mencintai Gus Dur?" KH Mustafa Bisri, sahabat Gus Dur, selalu menjawab "karena dia sangat mencintai rakyat." Hal yang sederhana, namun ketika dilakukan oleh sosok pemimpin yang berkarisma, hal ini berdampak pada perubahan dan transformasi sosial.
Sebagai Ketua Umum Nahdlatul Ulama selama 15 tahun, Gus Dur menjadi lokomotif membawa organisasi ini ke periode paling progresif dengan pandangan Islam inklusif. NU menjadi organisasi Islam yang secara kuat menyatakan dukungan kepada demokrasi Indonesia.
Meninggalkan warisan demokrasi yang kuat
Gus Dur adalah presiden pertama yang dipilih secara bebas oleh parlemen Indonesia setelah jatuhnya rezim Orde Baru. Kepresidenannya hanya berlangsung 2 tahun, tapi meninggalkan warisan demokrasi yang kuat. Gus Dur berhasil memperkuat supremasi sipil dan supremasi hukum dengan demiliterisasi jabatan-jabatan sipil.
Prioritasnya kepada penguatan demokrasi menghasilkan rintisan seperti Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, Ombudsman, dan lain-lainnya. Yang tidak terwujud hanyalah Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk Pelanggaran HAM Masa Lalu, berakibat sampai saat ini masih terkatung-katungnya tragedi '65 dan lainnya. Gus Dur 'hanya' berhasil mencabut cap Eks Tapol dalam Kartu Tanda Penduduk, yang diberikan kepada orang-orang yang dianggap sebagai bagian atau keluarga dari kelompok komunis '65 dan berujung pada diskriminasi berkepanjangan.
Suara Bisu Perempuan Korban Tragedi 65
Jutaan penduduk menua dengan trauma 65 di pundaknya. Sebagian pernah disiksa dan kehilangan anggota keluarga. Hingga kini mereka menderita dalam diam. Tanpa suara. Tanpa keadilan.
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Uang saya hanya cukup untuk menyambung nyawa"
Sumilah berusia 14 tahun ketika ia ditangkap tahun 1965. Tuduhannya: Dia adalah anggota dari gerakan perempuan "Gerwani". Aparat menghajarnya sampai pingsan. Mereka kemudian menyekap Sumilah di kamp Plantungan. Di sana baru diketahui bahwa ia korban salah tangkap. Di masa tua, Sumilah hidup di Yogyakarta dengan uang pas-pasan.
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Mereka memukuli ayahku hingga hampir mati"
Ayah Kina diduga merupakan simpatisan Komunis. Ia ditangkap dan tak boleh bekerja. "Itu sebabnya saya mengambil peran sebagai pengganti ayah," kata dia. Kina berpakaian seperti anak laki-laki, bekerja di ladang an mengumpulkan kayu bakar. Masyarakat mengecapnya sebagai "anak komunis". Oleh karena itu, ia dan saudara-saudaranya kehilangan hak atas tanah ayah mereka .
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Masih tersimpan luka di hati saya"
Suami Lasinem ditangkap tahun 1969, disiksa & dikirim ke Pulau Buru. "Suamiku diangkut oleh kawannya sendiri, yang merupakan tentara. Dia dipukuli, punggungnya diinjak-injak sampai luka di sekujur tubuh," papar Lasinem. Perempuan ini ditinggalkan sendirian dengan anak-anaknya. Tahun 1972, mereka menyusul sang kepala keluarga ke Buru. Trauma ketakutan melekat di diri Lasinem hingga saat ini.
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Meski dipukuli bertubi-tubipun saya tidak menangis"
Sri adalah seniman dan penyanyi yang tergabung dalam organisasi yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1965 ia ditangkap, disiksa, dan dipenjara. "Depan kamar tidur kami penuh tahi," kenangnya. "Kotoran itu baunya tak tertahankan." Ketika dia dibebaskan pada tahun 1970, rumahnya sudah dirampas keluarga lain. Sri menjadi tunawisma. Di masa tua, ia tinggal bersama keponakannya.
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Aku harus meninggalkan bayi perempuanku"
Berkali-kali Yohana ditangkap, ditahan, diinterogasi. Ketika ditangkap ke-2 kalinya, ia baru saja melahirkan. Ia dipisahkan dari bayinya masih menyusu. Dua tahun kemudian baru ia bertemu anak perempuannya lagi. "Pengalaman kekerasan itu menghantuiku terus," paparnya. Namun, sepanjang hayatnya, ia tak pernah menceritakan apa yang menimpanya saat itu, bahkan pada keluarganya sekalipun.
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Mungkin takkan pernah lupa"
Ketika Juriah beumur 7 tahun, ayah diasingkan ke Pulau Buru tahun 1966. Saat menginjak usia 18 tahun, Juriah dipaksa ikut pernikahan massal. Dia harus berjanji tidak pernah meninggalkan Buru. Meskipun penuh penderitaan, ia tetap di sana: "Jika kita datang ke tempat-tempat tertentu, kita akan berbicara tentang masa lalu dan terasa seolah-olah kita tertusuk pisau."
Foto: Anne-Cecile Esteve
"Orang-orang belum tahu kebenarannya"
"Begitu banyak hilang pada tahun 1965, tanpa pengadilan atau bukti-bukti keterlibatan dengan kasus 65," kata Migelina. Seluruh keluarganya dipenjara pada tahun 1965 - ia kehilangan orang tuanya dan kakaknya. Meski tragedi sudah berlalu berakhir, tetapi ia tetap mendoakan. Migelina percaya bahwa Tuhan memberinya kehidupan lebih panjang, untuk bisa mengetahui apa yang terjadi dengan keluarganya.
Foto: Anne-Cecile Esteve
7 foto1 | 7
Tahun 2000, Gus Dur mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Juga mengeluarkan kebijakan perlindungan hak-hak buruh domestik maupun migran, dengan mencabut kebijakan yang eksploitatif.
Rakyat Papua mengenang Gus Dur sebagai Presiden yang mengembalikan nama Papua sebagai penghormatan atas jati diri dan martabat mereka, dan mencabut nama Irian Jaya. Selama era Gus Dur, operasi militer dihentikan, bahkan diberikan dukungan kepada Kongres untuk Rakyat Papua sebagai upaya penyelesaian damai. Demikian pula upaya damai di Aceh, ditandai dengan kunjungan Sekretaris Negara ke Panglima GAM di markas mereka.
Di banyak kelenteng Indonesia ada sinchia Gus Dur, di mana nama atau potretnya diletakkan di antara para leluhur. Inilah bentuk penghormatan atas kebijakannya mencabut larangan ekspresi budaya Tionghoa sejak tahun 1967. Kini, masyarakat Tionghoa Indonesia bebas untuk mengekspresikan diri mereka sendiri.
7 Fakta Imlek Yang Mungkin Belum Anda Ketahui
Imlek atau Tahun Baru Lunar adalah perayaan terbesar dan paling seremonial di Cina. 2016 masuk Tahun Monyet Api sesuai rotasi 12 Shio dan putaran 5 elemen. 7 fakta yang mungkin belum anda ketahui tentang imlek.
Foto: W. Lessy
Pesta Keluarga
Tahun baru Cina atau Imlek adalah pesta keluarga biasanya dengan tradisi reuni besar keluarga untuk makan dan bersembahyang bersama. Ini berbeda dengan tradisi malam pergantian tahun kalender Gregorian yang dipestakan terutama di jalanan dan di luar rumah. Saat malam Imlek jalanan di Hongkong sepi, karena warga merayakannya di rumah bersama keluarga.
Foto: picture-alliance/dpa
Mudik Terbesar Sedunia
Sesuai tradisi semua ingin kumpul bersama keluarga merayakan imlek. Puluhan juta pekerja urban jelang imlek berbondong-bondong pulang kampung. Inilah fenomena mudik terbesar sedunia. Setiap musim pasti terjadi insiden, karena kapasitas sarana transportasi kewalahan dan kelebihan beban. Tahun 2016 ini badai salju menahan puluhan ribu orang yang hendak mudik di bandara atau stasiun kereta.
Foto: picture alliance / dpa
Semua Merah
Di seluruh Cina tahun baru imlek ditandai dengan warna merah. Bagi warga Cina, merah melambangkan nasib baik sesuai fengshui. Juga jangan lupa angpao atau hongbao dalam bahasa Mandarin, adalah amplop merah berisi uang tunai yang biasa dibagikan kepada anak-anak, keluarga, kawan dan pegawai.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Guangde
Tahun Monyet Api
Berdasar kalender Cina yang ditandai dengan rotasi 12 Shio dan lima unsur, tahun ini memasuki tahun Monyet Api. Monyet melambangkan karakter cerdas, jenaka, penuh rasa ingin tahu dan senang bermain. Ramalan ahli Fengshui, tahun monyet api akan lebih berat dan keras dibanding tahun kambing kayu sebelumnya dan bencana berkait dengan api atau panas akan makin marak.
Foto: Getty Images/L. Zhang
Sempat Dilarang di Indonesia
Merayakan tahun baru Imlek dengan tradisi Barongsay pernah dilarang hingga tiga dekade oleh rejim Orde Baru lewat sebuah Instruksi Presiden Soeharto. Pelarangan itu dicabut tahun 2000 oleh presiden Abdurrahman Wahid (alm) dan mulai tahun 2003 presiden Megawati Sokarnoputri menyatakan imlek sebagai hari libur nasional.
Foto: Reuters
Banyak Pantangan
Dalam tradisi imlek tercatat 16 pantangan yang tidak boleh dilakukan saat merayakan tahun baru lunar Cina itu. Antara lain, dilarang menyapu dan membersihkan rumah di hari pertama, karena dianggap akan menolak rejeki. Beberapa larangan berkaitan dengan simbol bahaya maupun bunyi pengucapan bahasa Mandarin atau Kanton yang artinya mati, jahat atau kalah.
Foto: picture alliance/Photoshot
Dirayakan di Seluruh Dunia
Seiring menyebarnya imigran Cina ke seluruh dunia tradisi perayaan tahun baru imlek juga ikut mengglobal. Di kota New York, AS semua sekolah diliburkan pada hari tahun baru Cina untuk memberi kesempatan warga merayakan imlek. London bahkan mengklaim perayaan imlek terbesar dan paling meriah di luar Cina. Foto: gedung Opera Sydney yang ikut rayakan imlek.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Ashen
7 foto1 | 7
Tentu saja tidak semuanya berlangsung mulus. Gus Dur ditentang terutama oleh kaum Islamis Indonesia yang bercita-cita agar Indonesia lebih "Islami", tidak disukai oleh militer Indonesia karena hilangnya kekuasaan mereka, dan dibenci pendukung oligarki. Ujungnya, Gus Dur kalah dalam kontestasi politik dan memutuskan mundur dari jabatan Presiden. Ini dilakukannya setelah mengetahui ribuan pendukungnya mulai mendatangi Jakarta. „tidak ada kekuasaan yang layak dipertahankan mati-matian di atas pertumpahan darah" menjadi kalimat terkenal yang mengakhiri periode Kepresidenannya.
Lalu apa sumber segala kebijakan dan tindakan afirmatif yang dilakukan Gus Dur ini?
Semua ini berasal dari keyakinannya yang teguh pada Islam dan Demokrasi. Gus Dur meyakini bahwa Islam membawa nilai-nilai universal, sebagaimana tampak dari semangat Islam Rahmatan li Alamin, Islam sebagai rahmat bagi semesta. Demokrasi, dengan segala keterbatasannya, menjadi pilihan terbaik saat ini untuk mewujudkan nilai universal Islam untuk kemaslahatan manusia. Menurutnya, „demokrasi tidak hanya tidak haram, ia bahkan adalah elemen wajib dalam Islam. Menegakkan demokrasi adalah salah satu prinsip Islam, yaitu as-syura (Musyawarah)."
Gus Dur juga menjadikan kaidah "tasharuf al-imam ala al-raiyyah manuthun bi al-maslahat" (kebijakan seorang pemimpin sangat bergantung untuk mencapai kesejahteraan umatnya) sebagai panduan. Karena itu, Gus Dur mengabdikan dirinya untuk rakyat yang dicintainya.
Dengan begitu banyak warisan, tidak mengherankan bahwa Gus Dur dicintai oleh masyarakat Indonesia, dan bahkan masih mempengaruhi Indonesia saat ini. Di kala dunia sedang menghadapi tantangan tarik-menarik Islamisme dan Islampfobia, pemikiran dan perjuangan Gus Dur akan menjadi sumber inspirasi bahwa Islam sejatinya adalah bagian besar dari dunia, dan bahwa Islam dapat memainkan peran vcitalnya untuk mewujudkan tugas besar Nabi Muhammad SAW: Islam sebagai berkat untuk alam semesta (Islam Rahmatan li al-Alamin).
Penulis:
Alissa Wahid (ap/rzn), Jaringan GUSDURian Indonesia (GUSDURian Network Indonesia)
@AlissaWahid
Umat yang Terbelah: Pandangan Mayoritas Muslim Tentang Syariah dan Negara
Apakah Al-Quran dan Syariah Islam harus menjadi konstitusi di negara muslim? Inilah hasil jajak pendapat yang digelar Pew Research Centre di delapan negara sekuler berpenduduk mayoritas muslim
Foto: Ahmad Gharabli/AFP/Getty Images
Malaysia
Hasil jajak pendapat Pew Research Centre tahun 2015 silam mengungkap lebih dari separuh (52%) penduduk muslim Malaysia mendukung pandangan bahwa konstitusi negara harus mengikuti Syariah Islam secara menyeluruh. Sementara 17% mewakili pandangan yang lebih moderat, yakni ajaran Al-Quran hanya sebagai acuan tak resmi penyelenggaraan negara. Sisanya (17%) menolak pengaruh agama pada konstitusi.
Foto: Getty Images/M.Vatsyayana
Pakistan
Dari semua negara berpenduduk mayoritas muslim, Pakistan adalah yang paling gigih menyuarakan penerapan Syariah Islam sebagai konstitusi negara. Sebanyak 78% kaum muslim mendukung pandangan tersebut. Hanya 2% yang mendukung sekularisme dan menolak pengaruh agama dalam penyelenggaraan negara.
Foto: Reuters/P.Rossignol
Turki
Pengaruh Kemalisme pada masyarakat Turki masih kuat, kendati politik agama yang dilancarkan partai pemerintah AKP. Hanya sebanyak 13% kaum muslim yang mendukung Syariah Islam sebagai konstitusi, sementara mayoritas (38%) mewakili pandangan moderat, yakni Al-Quran sebagai acuan tak resmi. Uniknya 36% penduduk tetap setia pada pemisahan agama dan negara.
Foto: Getty Images/C. McGrath
Libanon
Mayoritas kaum muslim Libanon (42%) yang memiliki keragaman keyakinan paling kaya di dunia menolak pengaruh agama pada konstitusi. Adapun 37% penduduk mendukung Al-Quran sebagai acuan tak resmi penyelenggaraan negara. Hanya 15% yang menuntut penerapan Syariah Islam secara menyeluruh.
Foto: J.Eid/AFP/Getty Images
Indonesia
Hingga kini Indonesia masih berpedoman Pancasila. Tak heran jika 52% kaum muslim menolak penerapan menyeluruh Syariah Islam. Namun mereka mendukung pandangan bahwa prinsip Al-Quran harus tercerminkan dalam dasar negara. Sebanyak 22% penduduk menginginkan Syariah sebagai konstitusi dan 18% menolak pencampuran antara agama dan negara.
Foto: Getty Images/O. Siagian
Yordania
Penduduk muslim di Yordania tergolong yang paling konservatif di dunia. Sebanyak 54% menginginkan Syariah Islam sebagai landasan negara. Sementara 38% menolak Syariah, namun mendukung pandangan bahwa konstitusi tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran. Hanya 7% yang memihak Sekularisme sebagai prinsip dasar negara.
Foto: S. Samakie
Nigeria
Sebagian besar kaum muslim Nigeria (42%) lebih mendukung faham Sekularisme ketimbang Syariah Islam. Di negeri yang sering dilanda konflik agama itu hanya 22% yang mengingingkan Syariah Islam sebagai konstitusi. Sementara 17% mewakili pandangan moderat, dan puas pada konstitusi yang tidak melanggar hukum Islam.
Foto: DW/Stefanie Duckstein
Palestina
Tahun 2011 hanya 38% penduduk Palestina yang mendukung Syariah sebagai konstitusi, pada 2015 jumlahnya berlipatganda menjadi 65%. Sementara 23% mewakili pandangan yang lebih moderat terkait penerapan Syariah. Hanya 8% yang menolak agama mencampuri urusan negara. (rzn/hp - Pew Research Centre, Economist)