1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
ReligiVatikan

Habemus Papam: Robert Prevost dari AS Jadi Paus Leo XIV

9 Mei 2025

Gereja Katolik memiliki pemimpin baru. Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus Leo XIV. Ia adalah paus pertama dari Amerika Serikat, yang juga memiliki kewarganegaraan Peru.

Paus Leo XIV menyapa umat untuk pertama kali dari balkon basilika Santo Petrus di Vatikan, 8 Mei 2025
Paus Leo XIV yang baru terpilih menyapa umat yang bersorak-soraiFoto: Alessandra Tarantino/AP Photo/picture alliance

Pemilihan kali ini cukup sensasional, meskipun nama Robert Prevost telah disebutkan berkali-kali sebagai calon pengganti mendiang Paus Fransiskus. Untuk pertama kalinya, seorang kandidat dari Amerika Serikat (AS) terpilih sebagai Kepala Gereja Katolik.

Di era Presiden AS Donald Trump dengan agendanya "America First", seorang paus yang sepenuhnya berasal dari Amerika, dengan kewarganegaraan AS dan Peru, kini mengambil alih kepemimpinan Gereja Katolik.

Prevost (69) yang memilih nama Leo XIV lebih dari 100 tahun setelah paus terakhir menggunakan nama ini, berasal dari Chicago, tempat ia dilahirkan pada tanggal 14 September 1955.

Setelah menempuh pendidikan, gelar pertama, dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1982, ia meninggalkan AS dan tidak pernah kembali untuk jangka waktu yang lama. Prevost belajar dan menyelesaikan gelar doktornya di Roma.

Asap putih muncul dari cerobong Kapel Sistina, menandakan terpilihnya paus baru

Sosok Robert Prevost

Prevost sudah menjadi anggota Ordo Santo Agustinus sejak 1977. Ordo ini didirikan pada abad ke-13 dan kini berfokus pada pelayanan pastoral dan pendidikan. Selama lebih dari 10 tahun sejak 1985, ia aktif menjalankan berbagai peran untuk ordo tersebut di Peru, termasuk sebagai profesor teologi.

Pada tahun 2001, Paus Leo XIV pindah ke Roma dan menjadi pemimpin tertinggi Ordo Agustinus. Ia tinggal di kompleks megah tepat di luar tiang-tiang Lapangan Santo Petrus. Menariknya, berbagai stasiun televisi menggunakan atap kompleks itu untuk penyiaran langsung prosesi konklaf, yang tentu saja menguntungkan secara finansial bagi ordo.

Namun, jalan Prevost kembali membawanya ke Peru, ke salah satu wilayah termiskin di negara itu. Paus Fransiskus mengirimnya ke Chiclayo pada November 2014, awalnya sebagai Administrator Apostolik, lalu menjadi uskup gereja setempat. (ed: Pemimpin gereja yang ditunjuk untuk memimpin sebuah keuskupan sementara, biasanya ketika posisi uskup tetap kosong.)

Selama beberapa dekade terakhir, Gereja Katolik di Peru menghadapi berbagai masalah, sebagian karena letaknya yang jauh dari Roma dan terkadang berada di bawah pengaruh kekuatan konservatif AS. Paus Fransiskus tentu tidak mengirim seseorang ke Peru jika ia hanya ingin menyingkirkannya dari Roma.

Tetap erat dengan Vatikan

Pada 2019 dan 2020, Paus Fransiskus menunjuk Prevost sebagai anggota dua kongregasi penting di Roma. Ini membuatnya terus menjalin kontak erat dengan Vatikan.

Momen krusial berikutnya terjadi pada akhir Januari 2023, saat Prevost diangkat sebagai Prefek Dikasteri atau Kepala Bagian di Vatikan urusan Uskup, di mana posisi ini begitu penting dalam karier di gereja. Ia juga menjadi Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.

Akhirnya, Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai kardinal saat konsistori atau sidang para kardinal pada Desember 2024. Hanya dalam lima bulan, Prevost secara mengejutkan berhasil mencapai puncak kariernya, setelah terpilih sebagai Paus Leo XIV.

Sebelumnya, surat kabar Italia telah mencantumkan namanya sebagai kandidat terkuat dan menyebut Prevost sebagai "mediator asal AS", yang menurut La Stampa, bisa menjadi "kejutan dalam konklaf."

Prevost disebut sebagai sosok yang menggabungkan "keteguhan ajaran, perhatian kepada umat, dan semangat membawa ajaran Tuhan.”

Akankah ia melanjutkan kebijakan Paus Fransiskus?

Pemilihan Prevost ini jelas bukan langkah menjauhi arah yang ditempuh Paus Fransiskus. Ia justru diperkirakan akan melanjutkan banyak hal, terutama dalam isu-isu sosial.

Namun dalam beberapa hal, Prevost mengambil sikap yang lebih tegas dibandingkan Paus Fransiskus. Terkait isu kontroversial seperti pentahbisan perempuan menjadi pastor, ia mengingatkan bahwa Gereja Katolik harus berbeda dari masyarakat.

"Menjadikan perempuan sebagai pastor tidak serta merta menyelesaikan masalah,” ungkap Prevost. "Bisa jadi justru menciptakan masalah baru.”

Pendahulunya, Bergoglio (Paus Fransiskus), kerap dianggap sosok asing dalam sistem Vatikan, yang membuatnya justru dihargai oleh banyak kalangan luar. Sebaliknya, Prevost adalah sosok yang menyelami sistem dan berpegang teguh pada tatanan itu.

Dengan perbedaan latar belakang ini, menarik untuk melihat sejauh mana ia akan mengikuti atau membuat arah yang berbeda dari jejak pendahulunya.

Umat Katolik mendokumentasikan dan merayakan pemilihan Paus Leo XIVFoto: Eloisa Lopez/REUTERS

Agenda penting menantinya

Sebagai pemimpin Gereja Katolik baru, Paus Leo XIV sudah menghadapi sejumlah agenda penting yang diwarisi pendahulunya. Sebagai pemimpin absolut, ia bisa saja membatalkan semua agenda itu, tapi inilah yang membuat Prevost berbeda.

Salah satu agenda itu adalah peringatan 1.700 tahun Konsili Nicaea yang akan berlangsung pada akhir Mei. Ini adalah peristiwa penting bagi umat Katolik. Konsili ini menandai formulasi kredo Kristen utama pada tahun 325, jauh sebelum perpecahan dalam kekristenan terjadi.

Mendiang Paus Fransiskus dan Patriark Ekumenis Ortodoks Timur Bartholomew dari Konstantinopel telah lama merencanakan untuk mengunjungi Nicaea bersama-sama. Kota yang kini bernama Iznik itu terletak di tenggara Istanbul, Turki.

Selain itu, ada juga kanonisasi tidak biasa untuk Carlo Acutis (1991–2006), remaja yang meninggal dunia karena leukemia dan dijuluki "influencer Tuhan.” Upacara ini ditunda karena wafatnya Paus Fransiskus, yang awalnya dijadwalkan pada 27 April. Paus Leo XIV hampir pasti akan menjadwalkan ulang agenda ini.

Namun, ada yang lebih penting, yakni bagaimana Paus Leo XIV menangani proyek inti teologis Paus Fransiskus: "Sinode tentang Sinodalitas” atau proses membuat Gereja Katolik menjadi lebih baik. Bahkan sebulan sebelum wafat, dengan persetujuan Paus Fransiskus, Vatikan mengumumkan perpanjangan proyek reformasi ini hingga Oktober 2028.

Paus Leo XIV melambaikan tangan dari balkon basilika Santo Petrus di VatikanFoto: Francesco Sforza/REUTERS

Bayang-bayang yang menyelimuti kepausan

Masih perlu dilihat bagaimana Paus Leo XIV akan menafsirkan pedoman-pedoman tersebut, akan menjadi lebih fleksibel atau justru lebih ketat. Prevost adalah salah satu dari 55 kardinal dalam konklaf yang juga ikut serta dalam Sinode tahun 2023 dan 2024.

Namun pada saat itu, namanya ramai diperbincangkan karena alasan lain. Sebuah laporan resmi diajukan terhadapnya atas dugaan menutupi kasus pelecehan seksual di dalam gereja. Pada hari Rabu (07/05), tidak lama sebelum para kardinal berkumpul di Kapel Sistina, organisasi internasional korban pelecahan oleh pastor (SNAP) yang berbasis di AS kembali menegaskan tuduhannya terhadap enam kardinal, termasuk Prevost.

Tanpa penjelasan detail, Prevost membantah keras tuduhan tersebut. Kini, ia terpilih menjadi paus.

Direktur Program SNAP Peter Isely memperingatkan agar tidak memilih salah satu dari mereka yang dituduhkan oleh jaringan ini sebagai penerus Paus Fransiskus. Ia berpendapat, paus baru seharusnya tidak memiliki catatan di masa lalu dan benar-benar menerapkan pendekatan "nol toleransi” yang sebelumnya dijanjikan oleh Paus Fransiskus.

Setelah pengumuman terpilihnya Prevost sebagai Paus Leo XIV, SNAP mengeluarkan pernyataan publik dengan mengatakan, "Gereja tidak memiliki kredibilitas untuk bicara tentang hak anak selama masih melindungi pelaku dan membiarkan para uskup tersebut dari pertanggungjawabannya.”

Kepada paus baru, SNAP juga menyampaikan langsung dengan mengatakan, "Anda bisa mengakhiri kasus pelecehan ini, pertanyaannya hanyalah: Maukah Anda mengakhirinya?”

 

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Khoirul Pertiwi

Editor: Hani Anggraini

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait