1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Hadapi Teror Cara Jerman

17 Desember 2015

Serangan teror oleh sejumlah orang serentak di beberapa tempat. Skenario seperti di Paris bagi Jerman menakutkan. Sekarang ada polisi satuan khusus untuk hadapi ancaman itu. Apa itu perlindungan yang bisa diandalkan?

Deutschland neue Spezialeinheit der Bundespolizei BFE+
Satuan khusus BFE+Foto: Reuters/H. Hanschke

BFE+ adalah nama satuan khusus anti terornya. Satuan pertama dengan anggota 50 orang bertugas di Blumenberg dekat ibukota Berlin. Peresmiannya tahun 2015 dilaksanakan Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere dalam upacara singkat. BFE+ terdiri dari 250 polisi, dan ditempatkan di lima lokasi di seluruh Jerman.

Satuan baru ini bertugas untuk menghentikan teroris, dan jika perlu menembak mati. Untuk itu mereka dilengkapi sebuah pistol yang biasa digunakan polisi Jerman, dan ditambah senapan serbu tipe G36, yang jadi standar perlengkapan bagi angkatan bersenjata Jerman.

Dari namanya, BFE+ (Beweissicherungs- und Festnahmeeinheit Plus) berarti satuan pengamanan barang bukti dan penangkapan. Pembentukan satuan ini adalah reaksi pemerintah Jerman atas serangan teror di Paris November lalu. Ini juga reaksi dari semakin kuatnya tuntutan agar angkatan bersenjata Jerman juga bisa ditempatkan di dalam negeri, mengingat ancaman teror yang semakin marak.

Menurut konstitusi Jerman, angkatan bersenjata tidak boleh ditempatkan untuk operasi militer di dalam negeri. Mereka bisa diperbantukan misalnya jika bencana alam terjadi.

Mulai Juni lalu langkah memperlengkap polisi dengan senjata berat sudah mulai diperdebatkan di kalangan departemen dalam negeri. Penyebabnya adalah serangan teror atas kantor tabloid Perancis, Charlie Hebdo di Paris Januari 2015. Ketika itu teroris menggunakan Kalashnikov, senjata serbu buatan Rusia.

Menanggapi kemungkinan serangan

Sekarang polisi Jerman juga menggunakan senjata kaliber sama, agar jika terjadi tembak-menembak mereka setidaknya bisa menghadapi dengan perlengkapan seimbang. Tujuan perlengkapan ini adalah, “menguasai keadaan dalam temak-menembak dengan teroris.“ Demikian dikatakan Menteri Dalam Negeri negara bagian Rheinland Pfalz.

Serangan seperti yang terjadi di Paris Januari lalu adalah yang pertama dalam bentuk ini di Eropa, demikian wakil kepala serikat pekerja untuk kepolisian GdP, Jörg Radke. Ia menambahkan, tipe penyerang di Paris menunjukkan pengalaman berperang dan menggunakan senjata perang. Sejauh ini teroris mengadakan serangan kemudian bersembunyi lama. Teroris tipe baru terus bergerak dinamis dan melaksanakan serangan di beberapa tempat. Ini tantangan besar bagi polisi biasa.

Polisi biasa Jerman berpatroli di KölnFoto: picture alliance / dpa

Selama ini Jerman hanya bisa mengandalkan tim istimewa seperti GSG9 yang terus dilatih dan dilengkapi know how terbaru. Tiap negara bagian juga punya tim sendiri, yang disebut SEK dan MEK. Tetapi mereka lebih berupa tim yang bergerak cepat untuk menangkap atau menghentikan serangan. Mereka misalnya tidak terlatih untuk melancarkan aksi pemantauan dan pengejaran secara besar-besaran. Untuk menutupi kekurangan ini, sekarang dibentuk BFE+.

Namun langkah pemerintah ini sudah mendapat kritik dari berbagai pihak. Serikat pekerja bagi kepolisian GdP mengkritik bahwa sampai BFE+ berfungsi penuh, polisi biasa masih harus dikerahkan jika terjadi serangan teror, padahal perlengkapan mereka tidak memadai. Jadi GdP menuntut agar polisi biasa juga lebih diperlengkapkan. Sementara pakar keamanan Wolfgang Petri menilai satuan baru tidak perlu didirikan. Dananya sebaiknya digunakan untuk menambah kapasitas dan perlengkapan satuan polisi yang sudah ada.

ml/as (twitter, die Zeit, Süddeutsche.de)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait